Demo 11 April Ricuh, Pangdam Jaya: Saya Harap Unjuk Rasa Ini yang Terakhir

Demo mahasiswa yang seharusnya berlangsung damai banyak disusupi dan diprovokasi oleh orang di luar masa aksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Apr 2022, 07:33 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2022, 07:33 WIB
Suasana Memanas, Polisi Pukul Mundur
Sejumlah anak muda terlibat bentrok saat massa aksi demo mahasiswa di depan Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/4/2022). Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi BEM SI menggelar unjuk rasa besar-besaran di depan Gedung DPR/MPR RI, Senin ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima Kodam Jayakarta (Pangdam Jaya) Mayjen Untung Budiharto berharap demo 11 April 2022 yang berujung kericuhan menjadi aksi yang terakhir saat bulan ramadan.

"Saya berharap unjuk rasa kali ini yang terakhir," kata Untung saat jumpa pers di komplek Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin malam, (11/4/2022).

Harapan itu, lanjut Untung, karena aksi yang seharusnya berlangsung damai banyak disusupi dan diprovokasi oleh orang di luar masa aksi, berujung terpancingnya eskalasi aksi berujung ricuh.

"Kita ketahui bahwa dalam kedamaian itu ada orang yang ingin memprovokasi mahasiswa yang berniat baik menyampaikan aspirasinya," ujarnya.

"Aspirasi sudah diterima, saya kira respons pemerintah sudah untuk melaksanakan keinginan para unjuk rasa sehingga bulan suci yang kita lalui bisa berjalan dengan baik. Jangan sampai ada pertumpahan darah," sambungnya.

Senada dengan itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran juga berharap aksi unjuk rasa bisa berjalan dengan damai. Maka penting bagi setiap pihak yang hendak menyampaikan aspirasinya di muka umum untuk melayangkan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian.

"Harapan kami jika ada unjuk rasa ini pentingkah pemberitahuan. Karena kami bisa mengetahui elemen yang akan turun. Jumlah. Tuntutan, sehingga kami bisa memfasilitasi," tuturnya

"Kami sangat menyayangkan ada sekelompok yg memancing di air keruh bukan menyampaikan pendapat. Tapi membuat kerusuhan," tambahnya.

Adapun, Fadil menegaskan jika pihaknya akan menyeret para oknum yang kedapatan menjadi dalang provokasi pada aksi kali ini.

"Malam ini juga tim akan bergerak akan menindak tegas siapa saja yang melakukan pelanggaran hukum, mengusut siapa menjadi dalang. Mudahan kelompok pelaku bisa segera diungkap," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kata BEM SI

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengklaim jika aksi yang digelar di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (11/4), berjalan lancar dan kondusif.

"Alhamdulillah aksi hari ini berjalan dengan lancar dan kondusif, kami mulai aksi pukul 12.00 dan bubar pada pukul 15.30 WIB" Ujar kata Koordinator Media BEM SI, Luthfi Yufrizal dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/4/2022).

Menurutnya, aksi kemarin merupakan lanjutan dari aksi BEM SI pada 28 Maret 2022 lalu yang intinya menolak wacana penundaan Pemilu atau amandemen Pemilu, mengkaji Ulang UU IKN hingga menjaga stabilitas harga bahan pokok.

Dia pun menyebut jika apa yang menjadi tuntutan telah diterima langsung oleh Pimpinan DPR RI, Sufmi Dasco, Rahmat Gobel, dan Lodewijk di dampingi Kapolri RI, Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

"Aspirasi ini murni dari suara Rakyat untuk disampaikan ke Wakil Rakyat, kami meminta pimpinan DPR di sini mewakili suara Rakyat bukan suara partai politik," katanya.

 

Kerusuhan Bukan dari BEM SI

Adapun kerusuhan yang muncul pasca kedatangan para petinggi DPR dan Kapolri, Lutfhi menyebut kerusuhan itu bukan terjadi oleh massa BEM SI, tetapi pihak oknum provokator dan penyusup.

"Kerusuhan itu bukan oleh kami dari BEM SI, aksi kami damai dan sudah tersampaikan aspirasinya dengan baik. Setelah kami bubar, baru mulai berdatangan oknum provokator dan penyusup," tuturnya.

Adapun dalam aksi bertema BEM SI Geruduk Rumah Rakyat mereka turut membawa empat tuntutan. Berikut tuntutan yang disuarakan BEM SI:

1. Mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.

2. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022.

3. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.

4. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab.

 

Jalanya Aksi

Adapun aksi pada Senin (11/4) kemarin, dimulai sekitar pukul 13.00 Wib dengan massa aksi yang mulai mendatangi titik lokasi di depan Gedung DPR/MPR RI disusul sejumlah elemen masyarakat.

Hingga akhirnya, kericuhan pun terjadi ketika pukul 16.00 Wib, peserta aksi nampak berhamburan menuju Jalan Slipi dan Jalan Gerbang Pemuda. Sejumlah mahasiswa tetap bertahan, menguatkan barisan.

Dimana sebelumnya aksi sempat diwarnai insiden pengeroyokan terhadap Pegiat media sosial Ade Armando yang dianiaya massa sampai babak belur di depan gedung DPR RI, Senin (11/4).

Ade dianiaya saat ikut mengawal demo mahasiswa 11 April menolak penundaan Pemilu 2024. Dia dikeroyok di tengah massa yang teriak ‘pelaku penistaan agama’ oleh pihak yang diduga bukan dari kelompok mahasiswa.

Hingga akhirnya sekitar pukul 17.00 Wib disertai hujan, Demo mahasiswa 11 April menolak penundaan Pemilu 2024 selesai. Usai massa aksi memutuskan bubarkan diri dari depan Gedung DPR/MPR.

Dilanjuti akses jalan arteri dari Jalan Gatot Subroto menuju Grogol dan arah sebaliknya, telah dibuka polisi. Bersamaan personel brimob yang berkemas dan merapikan tameng-tameng untuk kemudian masuk ke dalam gedung DPR/MPR.

Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya