Jokowi Sebut Harga Minyak Goreng Curah Jadi Rp 14 Ribu di 2 Minggu ke Depan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan persoalan harga minyak goreng bisa selesai dalam waktu tak lama.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2022, 13:24 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2022, 13:24 WIB
Presiden Jokowi Temukan Minimarket di Yogyakarta Kosong Akan Minyak Goreng
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengecek langsung ketersediaan minyak goreng di Yogyakarta. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden).

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan persoalan harga minyak goreng bisa selesai dalam waktu tak lama.

Dia menyebut, dalam sepekan dua pekan kedepan harga minyak goreng curah bisa di angka Rp14.000.

"Ini dalam seminggu dua minggu Insya Allah yang namanya minyak goreng curah akan berada di angka Rp14.000," ucap Jokowi saat pidato di Rakernas V Projo, Sabtu (21/5/2022).

Dia mengaku sudah menekan produsen minyak goreng agar harga di pasaran bisa murah. Kepala negara harus turun tangan supaya masalah minyak goreng selesai.

"Saya dengan amat sangat untuk kepentingan masyarakat banyak produsen produsen gede saya tekan semua, saya sebenarnya gak senang nekan nekan mekanisme pasar, tapi yang ini memang harus terpaksa harus dilakukan," kata Jokowi.

Eks Wali Kota Solo itu menceritakan sudah mengecek di Pasar Muntilan, Magelang, Jawa Tengah bahwa harga minyak goreng perliter sudah Rp14.500.

Dia harap semua harga minyak goreng di semua pasar rata dalam waktu dekat.

"Tadi saya cek di Pasar Muntilan tadi saya cek harga berapa perliter, Rp14.500. Saya besok mau cek lagi di pasar lain apakah mungkin dalam waktu seminggu dua minggu ini saya kira semua pasar harganya kurang lebih seperti itu," kata Jokowi.

 

Cabut Larangan Ekspor

Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk mencabut larangan sementara ekspor minyak goreng dan bahan baku minyak goreng karena pasokan dan harga minyak goreng curah kembali stabil.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan untuk membuka kembali ekspor minyak goreng mulai Senin, 23 Mei 2022. Adapun Jokowi sebelumnya sempat melarang ekspor minyak goreng beserta bahan bakunya pada akhir April 2022.

"Saya memutuskan bahwa ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin 23 Mei 2022," kata Jokowi dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (19/5/2022).

Menurut dia, keputusan membuka kembali ekspor ini diambil usai melihat pasokan dan harga minyak goreng di pasaran saat ini. Jokowi menyampaikan pasokan minyak goreng untuk kebutuhan nasional terus bertambah.

"Setelah dilakukan pelarangan ekspor di bulan April, pasokan kita mencapai 211.000 ton per bulannya melebihi kebutuhan nasional bulanan kita," jelasnya.

Selain itu, kata Jokowi, harga minyak goreng juga sudah mulai mengalami penurunan. Adapun harga minyak goreng sebelum ada pelarangan ekspor sekitar Rp 19.800, sedangkan saat ini berkisar Rp 17.200 sampai Rp 17.600.

"Serta mempertimbangkan adanya 17.000.000 orang tenaga di industri sawit baik petani pekerja dan juga tenaga pendukung lainnya, maka saya memutuskan bahwa ekspor minyak goreng akan dibuka kembali," tutur Jokowi.

 

Tak Efektif Menutup

Sementara, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyebut dirinya sejak awal tak setuju dengan larangan ekspor minyak goreng. Dia mengakui kebijakan itu memang membuat pasokan minyak goreng dalam negeri menjadi melimpah.

Hanya saja, kata Agus, harga minyak goreng di pasaran masih tergolong mahal, meski terjadi penurunan. Dia mengatakan hal ini dikarenakan sebagaian besar industri sawit di Indonesia masih dikuasai oleh pihak swasta.

"Karena negara hanya punya sekitar 4 persen sawit minyak goreng sehingga tidak mungkin ketika swastanya berulah, dia bisa menutupi," kata Agus saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (20/5/2022).

"Nah, kalau tujuannya agar harganya turun tentu ternyata tidak tercapai, harga masih mahal tapi barangnya ada. Artinya apa? Industri mau harga sawit ini mahal tanpa pemerintah bisa melakukan sesuatu yang bisa menurunkan harga," sambungnya.

Menurut dia, dibuka kembali ekspor minyak.goreng akan membuat kebutuhan nasional menjadi terpenuhi. Namun, minusnya harga menjadi tak turun.

"Iya karena kan sawitnya berlimpah, tapi harga tidak turun. Maksud presiden supaya harga turun. Selain supply, harga turun tapi harga tidak turun," kata Agus.

 

 

Reporter: Genantan Saputra/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya