Liputan6.com, Jakarta: Kobaran api masih menghebat di Pasar Grosir Tanahabang, Jakarta Pusat. Meski sudah bekerja keras hampir enam jam, para petugas pemadam kebakaran yang diterjunkan belum dapat memadamkan api. Jilatan api bahkan menjalar ke sejumlah blok di pusat grosir tekstil itu. Selain Blok A dan E, si jago merah juga melalap Blok B, C, dan D. Hanya Blok F yang belum terbakar. Kebakaran yang meluas itu akibat angin yang bertiup kencang. Sementara puluhan personel aparat keamanan nampak berjaga-jaga di sekitar blok pasar yang dibangun tahun 1975 tersebut. Penjagaan ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan bila api sudah dipadamkan. Demikian pemantauan reporter SCTV Christyanto hingga Rabu (19/2) pukul 18.30 WIB [baca: Pasar Grosir Tanahabang Terbakar].
Pasar Tanahabang yang terbakar pada pukul 12.45 WIB tersebut adalah satu di antara pusat grosir tekstil di Indonesia. Nama Pasar Tanahabang tak hanya terkenal di Tanah Air, tapi juga di sejumlah negara tetangga hingga Benua Afrika. Namun, kebakaran tersebut jelas mengakibatkan ribuan pedagang bakal kehilangan mata pencarian. Selain tentunya kerugian materi yang tak sedikit.
Kondisi yang memprihatinkan itu jelas jauh berbeda dengan suasana hari-hari sebelumnya. Setiap hari, suasana hiruk-pikuk ribuan pedagang, pembeli serta pengunjung lain adalah pemandangan yang biasa di pusat grosir tekstil dan pakaian jadi tersebut. Areal pasar yang mencakup 39 ribu meter persegi lebih dan luas bangunan 11 ribu meter lebih ini terdiri dari 7.456 kios yang tersebar dalam beberapa blok. Setiap harinya, omzet perdagangan di pasar ini bisa mencapai Rp 7 miliar hingga Rp 8 miliar.
Diperkirakan, setiap hari, paling tidak sepuluh ribu konsumen memadati Pasar Tanahabang yang disebut-sebut sudah ada sejak zaman Kolonial Hindia Belanda--tepatnya tahun 1735. Bagi para konsumen, berbelanja tekstil dan pakaian jadi di pasar itu mendapat keuntungan tersendiri. Ini mengingat harga-harga di sana relatif lebih murah ketimbang di tempat lain. Sedemikian terkenalnya Pasar Tanahabang, sampai-sampai banyak pendatang yang tiba di Ibu Kota ingin langsung berbelanja ke sana.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa satu di antara pusat grosir tekstil itu memang terkesan kumuh. Tak cuma itu, masalah keamanan dan kemacetan lalu lintas di sekitar pasar juga acap kali dikeluhkan para pembeli. Bertambahnya jumlah penduduk, termasuk kedatangan orang-orang asing yang menetap sementara di kawasan Tanahabang untuk berbisnis tekstil kian menambah kepadatan kawasan tersebut.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)
Pasar Tanahabang yang terbakar pada pukul 12.45 WIB tersebut adalah satu di antara pusat grosir tekstil di Indonesia. Nama Pasar Tanahabang tak hanya terkenal di Tanah Air, tapi juga di sejumlah negara tetangga hingga Benua Afrika. Namun, kebakaran tersebut jelas mengakibatkan ribuan pedagang bakal kehilangan mata pencarian. Selain tentunya kerugian materi yang tak sedikit.
Kondisi yang memprihatinkan itu jelas jauh berbeda dengan suasana hari-hari sebelumnya. Setiap hari, suasana hiruk-pikuk ribuan pedagang, pembeli serta pengunjung lain adalah pemandangan yang biasa di pusat grosir tekstil dan pakaian jadi tersebut. Areal pasar yang mencakup 39 ribu meter persegi lebih dan luas bangunan 11 ribu meter lebih ini terdiri dari 7.456 kios yang tersebar dalam beberapa blok. Setiap harinya, omzet perdagangan di pasar ini bisa mencapai Rp 7 miliar hingga Rp 8 miliar.
Diperkirakan, setiap hari, paling tidak sepuluh ribu konsumen memadati Pasar Tanahabang yang disebut-sebut sudah ada sejak zaman Kolonial Hindia Belanda--tepatnya tahun 1735. Bagi para konsumen, berbelanja tekstil dan pakaian jadi di pasar itu mendapat keuntungan tersendiri. Ini mengingat harga-harga di sana relatif lebih murah ketimbang di tempat lain. Sedemikian terkenalnya Pasar Tanahabang, sampai-sampai banyak pendatang yang tiba di Ibu Kota ingin langsung berbelanja ke sana.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa satu di antara pusat grosir tekstil itu memang terkesan kumuh. Tak cuma itu, masalah keamanan dan kemacetan lalu lintas di sekitar pasar juga acap kali dikeluhkan para pembeli. Bertambahnya jumlah penduduk, termasuk kedatangan orang-orang asing yang menetap sementara di kawasan Tanahabang untuk berbisnis tekstil kian menambah kepadatan kawasan tersebut.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)