Garda Pangan, Bergerak Selamatkan Makanan Berlebih untuk Warga Prasejahtera

Jumlah sampah makanan tersebut memberi dampak besar terhadap ekonomi, berupa produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga mencapai Rp 551 triliun per tahun.

oleh Ika Defianti diperbarui 01 Okt 2022, 19:25 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2022, 19:25 WIB
Garda Pangan
Proses pengambilan makanan sisa oleh Garda Pangan di Surabaya. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sisa makanan jadi penyumbang komposisi sampah terbesar yang ada di Indonesia. Secara tidak langsung, masyarakat memang sering kali membuang makanan sisa yang mereka makan. Padahal, di sisi lain masih banyak masyarakat yang membutuhkan makanan.

Keresahan itu yang akhirnya menggerakkan hati Dedhy Trunoyudho bersama Indah Audivtia, dan Eva Bachtiar untuk membentuk food bank di Kota Surabaya, Jawa Timur. Awalnya, keluarga Dedhy memiliki usaha katering untuk berbagai kegiatan. Seringkali banyak sisa makanan yang terbuang setelah selesai acara.

Menurut dia, sisa makanan yang terbuang menjadi hal yang tidak ideal. Sebab jumlahnya yang tidak sedikit dan berdampak mencemari lingkungan. Akhirnya tercetuslah bersama sang istri, Indah untuk mendonasikan sisa makanan tersebut.

"Setelah itu kita cari-cari tahu, ternyata di luar negeri itu ada yg namanya food bank yang udah sering dilakukan di sana. Laku kita adopsi kita implementasi dengan nama Garda Pangan," kata Dedhy kepada Liputan6.com.

Kegiatan dari garda pangan pun dilakukan mulai Juni 2017. Saat itu untuk mengumpulkan donasi sisa makanan yang masih layak, Deddy bersama teman lainnya memperkenalkan garda pangan melalui perorangan atau individu di acara-acara besar. Misalnya acara Idul Adha, Idul Fitri, ataupun acara besar lainnya.

Selain itu juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas di Surabaya hingga mensosialisasikan melalui media sosial. "Nah dari situ kita ketemu dan kita mencari partner yang memang mempunyai masalah di food waste, dari pada dibuang akhirnya mereka menghubungi kita dan akhirnya kita menjadi partner untuk mengolah makanan terbuang," ucapnya.

Sedangkan untuk saat ini dalam menjalankan kegiatannya garda pangan memiliki sejumlah nasabah layaknya sebuah bank. Mulai dari sejumlah katering, kafe, restoran, toko roti, hingga hotel yang menyetorkan makanannya untuk didonasikan.

Biasanya bersama para relawan akan berkumpul di suatu tempat untuk menerima makanan sisa dari pada donatur untuk kembali dilakukan pengecekan. Hal tersebut untuk memastikan keamanan makanan yang akan disalurkan.

Pengecekan itu meliputi visual, aroma, dan random tasting. Setelah dicek dan kualitasnya masih bagus, makanan tersebut akan dikemas ulang dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

"Kita punya kriteria untuk penerima makanan kita, ya kita menerima lokasi untuk masyarakat. Dan market kita itu di daerah kampung," ujar Dedhy.

Selamatkan 2,9 Ton Makanan 

Warga Negara Bagian di AS Dilarang Buang Sisa Makanan ke Tempat Sampah
Ilustrasi makanan. (dok. Ella Olsson/Pexels.com)

Untuk kegiatan donasinya dilaksanakan setiap empat kali dalam satu pekan. Yakni setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Selain itu, Dedhy juga mengatakan jika garda pangan juga secara aktif menyebarkan kesadaran kepada masyarakat untuk mengurangi sampah makanan.

"Lewat kampanye-kampanye kreatif di media sosial atau di car free day (CFD)," jelas dia.

Untuk Agustus 2022, kata Dedhy, garda pangan telah mendistribusikan 12.080 porsi makanan yang terdiri dari 8.552 porsi dari food rescue dan 3.529 porsi dari donasi. Jumlah tersebut setara dengan 2,9 ton makanan dan telah disalurkan kepada 2.619 penerima manfaat di Surabaya.

 

1,3 Milar Ton Sampah Makanan Terbuang

Ilustrasi
Ilustrasi sampah makanan. (dok. pexels.com/Rachel Claire)

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menyoroti fenomena pemborosan pangan akibat menumpuknya jumlah sampah makanan, sebagai persoalan penting yang harus segera diselesaikan.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, secara global sekitar 1,3 miliar ton sampah makanan terbuang setiap tahun. Menurut data the Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua dunia.

Jumlah sampah makanan tersebut memberi dampak besar terhadap ekonomi, berupa produk domestik bruto (PDB) Indonesia hingga mencapai Rp 551 triliun per tahun.

"Menurut kajian Bappenas, food loss and waste di Indonesia tahun 2000-2019 berkisar 23-48 juta ton per tahun, setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun," ujar Arief, dikutip Jumat (30/9/2022).

"Yang berarti masing-masing dari kita menyumbang lebih dari satu kwintal sampah pangan per tahun. Hal itu berdampak kepada kerugian ekonomi kurang lebih sebesar Rp 213-551 triliun per tahun," bebernya.

 

Potensi Food Loos and Waste

Padahal, Arief menambahkan, potensi food loss and waste tersebut seharusnya dapat disalurkan untuk memberi makan 61-125 juta orang, atau sekitar 29-47 persen populasi Indonesia.

"Menurut peta ketahanan dan kerentanan pangan tahun 2021, ada 74 kabupaten/kota yang rentan rawan pangan. Data POU (angka rawan pangan), masih ada 23,1 juta jiwa atau 8,49 persen penduduk indonesia yang mengkonsumsi kalori kurang dari standar minimum untuk hidup sehat dan produktif," terangnya.

 

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan
Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya