Hari Santri dan Pergeseran Stigma Tak Elite

Menurut Ma'ruf, setidaknya ada tiga alasan bagi santri untuk terus berperan dalam kemajuan Indonesia.

oleh Muhammad Ali diperbarui 22 Okt 2022, 00:01 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2022, 00:01 WIB
Pawai Hari Santri Nasional. ©Liputan6.com/Herman Zakharia
Pawai Hari Santri Nasional. ©Liputan6.com/Herman Zakharia

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari Santri Nasional 2022 bakal diwarnai dengan suasana berbeda. Peserta upacara bendera pada peringatan tersebut harus mengenakan sarung, atasan putih, berpeci hitam bagi laki-laki, dan untuk perempuan dapat menyesuaikan.

Aturan itu termuat dalam edaran yang dikeluarkan Kemenag dengan No SE 27 tahun 2022 tentang Pelaksanaan Upacara Bendera Peringatan Hari Santri 2022.

"Khusus Upacara Bendera Peringatan Hari Santri pada kantor pusat, dilaksanakan di halaman Kantor Kementerian Agama Jalan Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta Pusat, dimulai pukul 09.00 WIB dan disiarkan secara langsung melalui kanal media sosial Kementerian Agama," kata Sekjen Kemenag Nizar Ali di Jakarta, Rabu 19 Oktober 2022.

Sejak ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu, Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober. Pada tahun ini, peringatan Hari Santri bertemakan "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan".

Pada Hari Santri Nasional tersebut, Pemerintah menyelengarakan kegiatan yang berlangsung di Gedung Kementerian Politik Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Jakarta Pusat. Dalam acara itu, Kemenkopolhukam mengundang berbagai kalangan ulama, habib, santri, hingga pejabat negara.

Menkopolhukam Mahfud Md menyampaikan, ini menjadi pertama kalinya peringatan Hari Santri Nasional diselenggarakan di Gedung Kemenkopolhukam. Tentu bukan tanpa alasan, sebab politik turut mengurusi soal ideologi negara.

"Ideologi negara ini dulu dibangun oleh bangsa Indonesia bersama kaum santri, bersama para ulama, sehingga menjadi kewajiban bagi seluruhnya mempertahankam ideologi negara, dan tidak usah dipertentangkan dengan ideologi lain karena ideologi negara itu ideologi santri," tutur Mahfud di Lapangan Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).

Peran santri dalam kehidupan bersosial kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Stigma santri yang dulu dinilai tak elite, sosok kampungan dan ketinggalan zaman, kini telah tergeser. Mereka telah menorehkan prestasi baik di kancah nasional maupun internasional.

Banyak dari kalangan alumni pesantren yang sukses memegang jabatan penting di pucuk pemerintahan. Pun di bidang lainnya. Alhasil, anggapan lulusan ponpes yang hanya bisa bekerja di Kementerian Agama dan berlapangan pekerjaan sempit pun perlahan mulai hilang.

"Sudah ada yang menjadi Presiden, Wakil Presiden, masuk ke berbagai profesi pejabat, saudagar, pimpinan Ormas, Gubernur, Bupati, Walikota, bahkan sastrawan. Sekarang juga sudah banyak masuk ke berbagai jabatan penting di perguruan tinggi. Bukan hanya bekerja dalam urusan agama, tapi juga berbangsa bernegara," jelas dia.

Mahfud menyatakan, situasi tersebut mempertegas bahwa tidak ada diskriminasi terhadap santri. Negara pun sangat memperhatikan, salah satunya dengan menetapkan Hari Santri Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 22 Oktober.

"Harus diingat para ulama, santri, berjuang bersama politik konstusional untuk membangun NKRI yang berideologi Pancasila," Mahfud menandaskan.

 

Peran Santri

Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam paparannya, mengungkapkan sejak era sebelum kemerdekaan, santri sangat berperan dalam mengusir penjajah. Selain itu, kiai dan Ulama juga turut serta dalam melahirkan negara Indonesia.

"Alhamdulillah memang peran santri di Indonesia diakui oleh negara sehingga ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Karena santri terus berkiprah sejak sebelum kemerdekaan, ketika juga berjuang mengusir penjajahan, menyusun konstitusi negara juga santri ikut terlibat, Kiai Hasyim, Agus Salim, santri-santri NU yang ikut merumuskan konstitusi kita, mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tutur Ma'ruf di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).

Menurut Ma'ruf, setidaknya ada tiga hal alasan santri terus berperan dalam kemajuan Indonesia. Pertama adalah semangat hubbul waton minal iman atau mencintai Tanah Air yang dianggap sebagian daripada iman.

"Karena itu santri siap melakukan apa saja untuk membela, mempertahankan, memperjuangkan, karena apa, hubbul waton, ditanamkan hubbul waton minal iman, itu saya kira kenapa santri siap. Sampai mengorbankan nyawanya siap untuk bangsa dan negara," jelas dia.

Kemudian yang kedua, lanjut Ma'ruf, santri memegang teguh hifzul misah atau menjaga kesepakatan. Terbentuknya NKRI, Pancasila, adalah merupakan kesepaktan yang disebut Kesepakatan Nasional.

"Kalau santri mengatakan NKRI harga mati, itu artinya memegang teguh kesepakatan nasional, hifzul misah. Karena itu kita menolak segala bentuk ideologi lain, bentuk negara yang lain, karena apa, karena itu menyalahi kesepakatan," ujarnya.

Ada banyak ideologi yang juga dikenal Islami, seperti khilafah, mamlakah, emirat, bahkan republik. Namun, kata Ma'ruf, semua itu bukan ditolak tetapi tertolak di Indonesia.

"Kalau ditolak bisa masuk tapi ditolak. Kalau tertolak itu tidak bisa masuk, tertutup, karena apa, karena menyalahi kesepakatan yang oleh santri dipegang teguh sebagai kesepakatan nasional dalam rangka semangat hifzul misah," terangnya.

Adapun yang ketiga adalah semangat imaratul ardi atau membangun dan memakmurkan bumi. Tuhan sendiri telah mengatakan bahwa telah menciptakan manusia dengan tanggung jawab memakmurkan bumi.

"Karena itu kaum santri dituntut untuk memperbanyak sebab-sebab imarah, asbabul imarah yaitu melalui pengembangan ekonomi, melalui masalah pengembangan di pertanian, perkebunan, pertambangan, perindustrian. Untuk bisa mengembangkan bumi itu membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya santri dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bisa mewujudkan tugas imaratul ardi," Ma'ruf menandaskan.

 

Sejarah Hari Santri Nasional

Sebelumnya Presiden Jokowi telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Tanggal itu sebagai pengingat akan perjuangan para santri saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajah. 

Hal ini sampaikan Jokowi saat mendeklarasikan Hari Santri Nasional di Masjid Istiqlal, Jakarta pada 15 Oktober 2015 lalu. "Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut," kata Jokowi.

Ada pun salah satunya tokoh santri sekaligus ulama yang dimaksud Jokowi adalah KH Hasyim As'yari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sedianya Hari Santri akan ditetapkan pada 1 Muharam berdasarkan penanggalan Hijriah. Namun, setelah adanya masukan dari kalangan NU, sebagai pengusung utama Hari Santri Nasional, akhirnya Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

Lantas, mengapa tanggal tersebut yang dipilih oleh NU?

Melihat dari fakta sejarah, karena pada tanggal tersebut bertepatan dengan penandatanganan Resolusi Jihad di tahun 1945 yang digagas pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari dan puluhan Kiai se Jawa-Madura

Resolusi Jihad ini dianggap sebagai ikrar sekaligus manifestasi dukungan ulama dan para santri terhadap kemerdekaan Indonesia. Salah satu poin penting yang terkandung di dalamnya adalah bahwa membela Tanah Air dari penjajah hukumnya fardhu 'ain. Atau wajib bagi setiap individu dan yang membela penjajah menjadi kafir.

Sebelumnya, hal ini juga dijelaskan oleh Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur, yang dikutip dari laman Kemenag, 22 Agustus 2022.

"Secara historis Hari Santri merujuk pada peristiwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang kemudian melahirkan Hari Pahlawan pada 10 November," kata dia.

Ada pun penetapan Hari Santri Nasional bertujuan meneladani semangat jihad yang didengungkan kepada para santri untuk senantiasa menjaga keutuhan NKRI, sesuai dengan amanat, dan semangat yang digelorakan oleh para ulama.

Aspek lain yang melatarbelakanginya adalah pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.

Sementara itu, guna memperingati Hari Santri Nasional, rencananya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Apel Hari Santri yang akan dipusatkan di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Sabtu 22 Oktober 222.

Diperkirakan ada ada 5 ribu peserta yang hadir dan turut hadir pula, Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Selamat merayakan Hari Santri Nasional 2022. Terus lah berdaya menjaga martabat kemanusiaan.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya