Liputan6.com, Jakarta PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta (Perseroda) menerima dana hibah US$709,630 atau setara dengan Rp 11 miliar untuk studi energi terbarukan dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Trade and Development Agency (USTDA).
Hal tersebut ditandai dengan penandatangan dokumen perjanjian hibah (grant agreement). Penandatanganan perjanjian hibah dilakukan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Yong Kim pada Minggu, 13 November 2022 di Hotel Rimba, Bali.
Baca Juga
Penandatanganan ini juga disaksikan oleh Penjabat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Indo-Pacific Manager USTDA Tanvi Madhusudanan, dan Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud.
Advertisement
Tuhiyat menyampaikan, melalui proses seleksi yang ketat dalam program Global Partnership for Climate Smart Infrastructure, proposal MRT Jakarta terpilih sebagai program yang akan didanai melalui grant atau hibah dari USTDA.
"Melalui studi ini, kami berharap akan mendapatkan panduan serta peta jalan (road map) untuk transisi dan konservasi energi MRT Jakarta sebagai penyedia transportasi massal perkotaan berbasis rel yang ramah lingkungan," kata Tuhiyat dalam keterangan resminya, dikutip Senin (14/11/2022).
Tuhiyat menjelaskan kajian ini akan melihat potensi dan kemungkinan penggunaan energi baru terbarukan dalam operasional MRT Jakarta. Misalnya, kata dia, terkait potensi dan kemungkinan penggunaan panel surya di atap stasiun dan depo.
"Untuk mendorong efisiensi energi sehingga dapat menurunkan penggunaan energi dari sumber konvensional," jelas dia.
Tuhiyat menuturkan PT MRT dalam jangka panjang menargetkan akan menggunakan 100 persen energi baru terbarukan dalam operasionalnya pada 2035. Sejauh ini, lanjut dia, 10 persen dari total penggunaan listrik MRT Jakarta berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Sejumlah inovasi mulai dilakukan untuk mewujudkan rencana jangka panjang tersebut seperti menyediakan unit pengisian daya telepon seluler, laptop, dan tablet bersumber tenaga surya di stasiun," kata dia.
Menhub Rayu Korsel
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta Korea Selatan ikut andil dalam pengembangan MRT Jakarta fase 4. Alasannya, Indonesia dan Korea Selatan pernah sukses dalam pengembangan LRT Jakarta.
Tawaran ini disampaikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada delegasi Korea Selatan di sela-sela kegiatan 28th ASEAN Transport Minister Meeting pada Senin (17/10/2022) di Bali.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut, Menhub juga menawarkan sejumlah proyek perkeretaapian di hadapan negara anggota dan mitra wicara ASEAN.
Adapun proyek perkeretaapian yang ditawarkan Menhub mencakup MRT Jakarta Fase 4, pengembangan LRT Jakarta, serta pengembangan LRT Bali.
"Kami sangat berharap Korea Selatan dapat berpartisipasi dalam pengembangan MRT Jakarta Fase 4 dan mengulang kerjasama baik yang pernah terjalin sebelumnya pada pengembangan LRT Jakarta fase pertama," ujarnya, dikutip Selasa (18/10/2022).
Advertisement
MRT Jakarta Fase 4
Paralel dengan kegiatan 28th ASEAN Transport Minister Meeting di Bali, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub juga mengadakan rapat dengan K-Consorsium di Jakarta. K-Consorsium merupakan konsorsium buatan Korea Selatan yang dibuat untuk menindaklanjuti usulan pembangunan MRT Jakarta Fase 4.
Dalam rapat tersebut, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Risal Wasal menyampaikan MRT Jakarta Fase 4 akan dibangun dengan koridor timur-barat. Rencananya akan diintegrasikan dengan koridor utara-selatan yang sudah lebih dulu dibangun.
"Ada setidaknya tiga usulan trase yang dikaji pada kajian awal MRT Jakarta Fase 4, yaitu opsi I dari Bandara Soekarno-Hatta sampai dengan Jakarta International Stadium, opsi II dari Pondok Gede sampai dengan Joglo, serta opsi III dari TMII sampai dengan Fatmawati," urai Risal.
Peluang dan Kendala
Risal menjelaskan bahwa masing-masing usulan opsi lintas tersebut memiliki potensi dan kendalanya masing-masing. Kendati demikian, Risal menyampaikan bahwa telah dilakukan kajian awal untuk menyepakati opsi lintas yang akan ditawarkan kepada Korea Selatan.
"Berdasarkan kajian Multi-Criteria Analysis yang telah dilakukan, lintas yang paling memungkinkan untuk dibangun adalah lintas Fatmawati-TMII," tutur Risal.
Hal ini disebabkan lintas Fatmawati-TMII memiliki hambatan paling sedikit dan melewati banyak pusat kegiatan masyarakat sehingga diharapkan dapat mengangkut lebih banyak orang dibandingkan opsi lintas lainnya.
Lebih lanjut Risal menyampaikan bahwa MRT Jakarta Fase 4 untuk lintas Fatmawati-TMII ini nantinya akan dibangun secara melayang dan bawah tanah. "Koridor Fatmawati-TMII memiliki persentase jalan sempit sebanyak 31 persen sehingga jika dibangun secara melayang seutuhnya, akan memakan banyak sekali badan jalan," sambung Risal.
Baik dalam agenda 28th ASEAN Transport Minister Meeting di Bali maupun pada rapat yang digelar oleh DJKA di Jakarta, masing-masing perwakilan Korea Selatan menyampaikan antusiasmenya dalam berpartisipasi membangun infrastruktur di Indonesia.
Terlebih dengan pengalamannya membangun SDM dan infrastruktur pada proyek perkeretaapian di negaranya, delegasu Korea Selatan mengaku sangat optimis dapat menyelesaikan MRT Jakarta Fase 4 sesuai dengan target dan hasil yang maksimal.
Advertisement