Liputan6.com, Jakarta - Masih terus ada penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia akibat virus Corona di Indonesia yang dilaporkan Tim Satuan Tugas atau Tim Satgas Penanganan Covid-19.
Per data hari ini, Minggu (5/3/2023), bertambah 165 orang positif Covid-19.
Baca Juga
Sehingga total akumulatifnya ada 6.737.159 orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia sampai saat ini.
Advertisement
Penambahan kasus sembuh ada 576 orang pada hari ini. Jadi hingga kini total akumulatif terdapat 6.573.185 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 di Indonesia.
Sementara itu, kasus sembuh pada hari ini bertambah 2 orang. Sampai saat ini di Indonesia sebanyak 160.930 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Data update pasien Covid-19 ini tercatat sejak pukul 12.00 WIB, Sabtu 4 Maret 2023 hingga hari ini, Minggu (5/3/2023) pada jam yang sama.
Sebelumnya, World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia telah mendesak semua negara untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang asal-usul Covid-19.
Hal ini terjadi setelah klaim dari beberapa lembaga pemerintah AS bahwa kebocoran laboratorium China di balik penyakit itu dibantah keras oleh Beijing.
"Jika ada negara yang memiliki informasi tentang asal-usul pandemi, informasi tersebut harus dibagikan kepada WHO dan komunitas ilmiah internasional," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Jumat 2 Maret 2023 seperti dikutip dari The Guardian.
Sebelumnya Direktur FBI, Christopher Wray, mengatakan kepada Fox News hari Selasa 28 Februari 2023 bahwa agensinya sekarang menilai sumber pandemi Covid-19 adalah "kemungkinan besar potensi insiden laboratorium di Wuhan".
WHO Tak Ingin Menyalahkan
Infeksi pertama dari Virus Corona tercatat pada akhir 2019 di salah satu kota di China, yang menampung laboratorium penelitian virus. Pejabat China membantah klaim FBI, menyebutnya sebagai kampanye kotor terhadap Beijing.
Sementara Tedros menekankan bahwa WHO tidak ingin menyalahkan, tetapi ingin "memajukan pemahaman kita tentang bagaimana pandemi ini dimulai sehingga kita dapat mencegah, mempersiapkan, dan menanggapi epidemi dan pandemi di masa depan".
Dia mengatakan politisasi penelitian asal-usul virus membuat karya ilmiah lebih sulit dan akibatnya dunia menjadi kurang aman.
Pada 2021, badan kesehatan PBB membentuk Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (Sago) untuk menyelidiki asal muasal pandemi. Namun hingga kini belum ada hasil pasti terkait asal virus tersebut.
"WHO terus meminta China untuk transparan dalam berbagi data dan untuk melakukan penyelidikan yang diperlukan dan membagikan hasilnya," kata Tedros, menambahkan bahwa dia telah menulis dan berbicara dengan para pemimpin China pada beberapa kesempatan.
"Sampai saat itu, semua hipotesis tentang asal-usul virus tetap ada," sambung dia.
Advertisement
Ada Keharusan Moral untuk Mengetahui Awal Pandemi
Komentar Direktur FBI, Christopher Wray muncul setelah sebuah laporan awal pekan ini mengatakan Departemen Energi AS telah menetapkan bahwa kebocoran laboratorium China kemungkinan besar menjadi penyebab wabah Covid-19. Namun, penilaian ini dilakukan dengan 'keyakinan rendah'.
Sementara itu, badan-badan lain dalam komunitas intelijen AS meyakini virus itu muncul secara alami.
Maria Van Kerkhove, kepala teknis COVID-19 WHO, mengatakan organisasi tersebut telah menghubungi misi AS di Jenewa untuk informasi lebih lanjut.
"Namun sejauh ini, mereka tidak memiliki akses ke data yang menjadi dasar laporan AS," kata Van Kerkhove.
"Tetap penting bahwa informasi itu dibagikan", untuk membantu memajukan studi ilmiah, tambahnya.
Kepala WHO, Tedros juga mengatakan ada keharusan moral untuk mengetahui bagaimana pandemi dimulai, demi jutaan orang yang kehilangan nyawa karena COVID-19 dan mereka yang hidup dengan Covid-19 lama.
Lebih dari 6,8 juta kematian akibat Covid-19 dan lebih dari 758 juta kasus yang dikonfirmasi telah dicatat oleh WHO. Organisasi tersebut mengakui bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.
Perjalanan Kasus Corona di Indonesia
Kasus infeksi virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Desember 2009. Dari kasus tersebut, virus bergerak cepat dan menjangkiti ribuan orang, tidak hanya di China tapi juga di luar negara tirai bambu tersebut.
2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka.
Ada dua suspect yang terinfeksi Corona, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Kontak tracing dengan pasien Corona pun dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Dari hasil penelurusan, pasien positif Covid-19 terus meningkat.
Sepekan kemudian, kasus kematian akibat Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 11 Maret 2020. Pasien merupakan seorang warga negara asing (WNA) yang termasuk pada kategori imported case virus Corona. Pengumuman disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Urusan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat
Yurianto mengatakan, pasien positif Covid-19 tersebut adalah perempuan berusia 53 tahun. Pasien tersebut masuk rumah sakit dalam keadaan sakit berat dan ada faktor penyakit mendahului di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita.
Jumat 13 Maret 2020, Yurianto menyatakan pasien nomor 01 dan 03 sembuh dari Covid-19. Mereka sudah dibolehkan pulang dan meninggalkan ruang isolasi.
Pemerintah kemudian melakukan upaya-upaya penanganan Covid-19 yang penyebarannya kian meluas. Di antaranya dengan mengeluarkan sejumlah aturan guna menekan angka penyebaran virus Corona atau Covid-19. Aturan-aturan itu dikeluarkan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres).
Salah satunya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Keppres ini diteken Jokowi pada Jumat, 13 Maret 2020. Gugus Tugas yang saat ini diketuai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ini dibentuk dalam rangka menangani penyebaran virus Corona.
Gugus Tugas memiliki sejumlah tugas antara lain, melaksanakan rencana operasional percepatan penanangan virus Corona, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan virus Corona.
Sementara itu, status keadaan tertentu darurat penanganan virus Corona di Tanah Air ternyata telah diberlakukan sejak 28 Januari sampai 28 Februari 2020. Status ditetapkan pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.
Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Sebab, daerah-daerah di tanah air belum ada yang menetapkan status darurat Covid-9 di wilayah masing-masing.
Agus Wibowo menjelaskan jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi.
Penanganan kasus virus corona (Covid 19) pun semakin intens dilakukan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi sekaligus memberikan pengobatan terhadap mereka yang terpapar Covid-19.
Advertisement