Liputan6.com, Jakarta Kepala Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Ibnu Suhendra menegaskan penyanderaan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua, merupakan aksi terorisme. Pria berkebangsaan Selandia Baru belum dibebaskan hingga kini.
"KKB (kelompok kriminal bersenjata) menuntut kemerdekaan dengan mengancam akan menghilangkan nyawa pilot bila tuntutan tidak dipenuhi," kata Ibnu dalam webinar bertajuk, Penyanderaan Pilot Susi Air: Tindakan Terorisme? seperti dilansir dari Antara, Jakarta, Jumat 17 Maret 2023.
Menurut dia, cara-cara yang dilakukan oleh KKB itu, menurut dia, identik dengan aksi-aksi terorisme. Bagi Ibnu, jaringan teror yang beraksi di wilayah Indonesia saat ini menggunakan strategi menebar rasa takut sebagai cara untuk mencapai tujuannya.
Advertisement
"Selain itu, terdapat motif politik dan ideologi yang memenuhi unsur pidana dalam pengertian tindak pidana terorisme dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018," ujar Ibnu.
Dia mengatakan, penanganan aksi terorisme memerlukan upaya yang sistematis, terukur, dan terkoordinasi agar masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Dia menambahkan terorisme adalah masalah yang penuh kompleksitas yang tidak bisa ditangani secara serampangan. Terdapat ideologi yang harus diperangi, sekaligus merupakan akar permasalahan yang harus dituntaskan.
Pada kesempatan itu, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengatakan BNPT telah menegaskan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dapat diterapkan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan KKB termasuk penyanderaan pilot Susi Air.
Kekerasan KKB itu telah memenuhi unsur tindak pidana terorisme karena memiliki motif politik, ideologi, dan gangguan keamanan, yang juga menciptakan rasa ketakutan luas di tengah masyarakat.
"Kondisi dilematis tersebut harus segera dicarikan solusinya. Kita berharap tak hanya pilot Susi Air dapat bebas dalam kondisi selamat tak kurang satu apa pun, tetapi juga kekerasan tiada henti yang dilakukan TPNPB-OPM harus dihentikan," ujar Hery.
Upaya Pencarian Pilot Susi Air Diperluas
Polri dan TNI memperluas pencarian pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mahrtens yang disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua pimpinan Egianus Kogoya. Lokasinya mencakup dua kabupaten.
"Memang saat ini usaha kita sudah perluas pencarian di dua kabupaten yakni Kabupaten Nduga dan Lanny Jaya," tutur Kepala Operasi Damai Cartenz 2023 Kombes Faizal Ramadani dalam keterangannya, Senin (6/3/2023).
Menurut Faizal, memperluas pencarian di dua lokasi tersebut dapat mempercepat penanganan kasus penyanderaan itu. Sejauh ini, tidak ada batas waktu untuk melakukan pencarian dan penyelamatan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Lebih lanjut, Satgas Damai Cartenz 2023 juga melakukan upaya pendekatan lunak atau soft approach, dalam hal ini negosiasi bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat. Tidak ketinggalan juga meminta bantuan melalui unsur pemerintahan.
"Kita masih berusaha tapi belum maksimal. Kami terus bertekad untuk berusaha mendapatkan, menemukan dan menyelamatkan pilot Philip Mark," kata Faizal.
Advertisement
Kendala Negosiasi dengan KKB
Sebelumnya, pemerintah masih berupaya membebaskan pilot Susi Air, Kapten Philips Mark Methrtens yang disandera KKB Papua.
"Masalah pilot Susi Air yang dibawa sama KKB, intinya memang masih mengedepankan komunikasi. Memang yang paling di kedepankan adalah dari Pemda setempat, bupati setempat untuk coba berkomunikasi dengan pihak KKB dan juga dari tokoh adat setempat dulu," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Jumat 3 Maret 2023.
Menurut Dedi, tujuan utama pemerintah Indonesia adalah mementingkan keselamatan pilot Susi Air. Hasil komunikasi tim dan Pemda setempat bahwa pilot dalam kondisi baik meski sudah kurun waktu tiga minggu penyanderaan.
"Upaya soft approch, artinya bahwa komunikasi antara Pemda dan KKB itu yang masih diutamakan dulu, dan yang paling utama adalah keselamatan pilot menjadi faktor penentu," jelas dia.
Dedi menyampaikan, sinyal susah menjadi kendala utama dan terjadi di daerah Lanny Jaya. Tim mesti mencari titik tertentu sehingga dapat melakukan komunikasi dua arah. Dia memastikan kondisi terakhir pilot Susi Air dalam minggu ini dalam kondisi baik.
"Kalau pas kondisi bisa ngontak komunikasi, kalau pas dikontak tidak bisa ya tunggu nanti, pada saat dia di titik koordinat tertentu bisa berkomunikasi ya komunikasi, untuk memastikan bagaimana kondisi pilot, baik, dari pihak pemerintah sana atau pihak tokoh masyarakat coba memastikan suaranya, oh ada, ok," kata Dedi.
Dedi belum dapat memastikan ada tidaknya batas waktu negoisasi dalam bentuk soft approach untuk membebaskan pilot Susi Air. Yang pasti, Satgas Damai Cartenz bersama dan pasukan gabungan TNI-Polri, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat serta tokoh agama masih berupaya agar pilot Susi Air dikembalikan dalam keadaan selamat.
"Belum berani memastikan, karena di sana jalur komunikasi susah, kemudian untuk menempuh satu titik ke titik koordinat yang lain kan juga butuh waktu, butuh perjuangan, butuh effort yang sangat tinggi lah untuk bisa mencapai titik itu. Ya, untuk penegakan hukum kita siapin, nanti tetap jalur komunikasi dengan Pemda, tokoh agama, memberikan saran masukan kepada tim gakkum," Dedi menandaskan.
KKB Papua Sering Berpindah-pindah
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengungkapkan kendala penyelamatan pilot Susi Air, Capten Philips Mark Mehrtens dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Menurutnya, KKB tersebut bercampur dengan penduduk. Sehingga, aparat harus hati-hati melakukan operasi penyelamatan Philips.
"Diusahakan dicari karena tentunya di dalam situasi seperti ini mereka ini kan bercampur dengan masyarakat sehingga TNI harus hati hati di dalam melaksanakannya tugasnya atau menyelamatkan itu," kata Yudo di Mako Paspampres, Jakarta Pusat, Senin 26 Februari 2023.
Yudo menjelaskan, KKB tersebut memakai strategi berpindah-pindah titik yang bercampur dengan warga. Maka dari itu, operasi penyelamatan bukan hal mudah.
"Kita optimalkan prajurit yang ada disana karena yang kita hadapi bukan musuh yang tetap dan bisa berhadapan, bukan. Jadi gerombolan yang tempatnya berpindah-pindah dan bersama sama dengan penduduk, nah ini kan tidak mudah ngambil dari penduduk ini," tuturnya.
Yudo mengaku tak ada target waktu tertentu untuk menyelamatkan Philips. Sebab, kondisi di lapangan tidak mudah lantaran KKB berlindung di masyarakat. TNI tidak ingin malah penduduk yang menjadi korban.
"Kita gak ada target ini wong apa tadi loh di lapangannya tidak mudah langsung di suatu tempat yang diambil langsung kan tidak," ujarnya
"Itu tadi mereka berlindung selalu dengan masyarakat apa namanya, malah dengan anak-anak, ya kita usahakan ya sedapat mungkin kita laksanakan secara persuasif, ya kita tidak mau masyarakat menjadi korban karena itu," jelas Yudo.
Advertisement