Liputan6.com, Jakarta - Sesar Lembang bukan sekadar patahan. Patahan atau sesar aktif yang membentang sepanjang 29 kilometer dan berlokasi sekitar 8 kilometer dari sisi utara Kota Bandung ini salah satu yang berpotensi menyebabkan gempa di wilayah Jawa Barat.
Peneliti ahli utama Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja menyatakan, ancaman goncangan gempa sering kali memiliki dampak yang besar ketika terjadi di permukiman padat penduduk. Hingga saat ini Sesar Lembang masih terus bergerak yang bisa menghasilkan gempa bumi.
Berdasarkan penelitian, Sesar Lembang dapat menghasilkan kekuatan gempa mencapai sampai 7,0 magnitudo. Karena itu, dibutuhkan berbagai mitigasi untuk meminimalisir efek merusak dari berbagai bahaya yang sudah diperkirakan sebelumnya.
Advertisement
"Yang pertama adalah rumah-rumah harus lebih tahan gempa, semakin dekat ke sumbernya akan semakin besar guncangannya. Strukturnya (harus) lebih kuat," kata Danny kepada Liputan6.com.
Hal tersebut, lanjut dia, dapat diimplementasikan melalui sejumlah peraturan daerah, sebab menyangkut izin Mendirikan Bangunan (IMB). Lalu, memiliki sejumlah perencanaan sosialisasi ataupun edukasi kepada beberapa pihak terkait dalam pembangunan bangunan.
"Seperti developernya, tukang-tukang bangunan, dan sebagainya. Jadi ini pekerjaan yang sangat besar. Kemudian aspek yang kedua, itu juga harus diaplikasikan dengan tata ruang yang benar. Jadi sebagai acuan umum untuk status sesar aktif yang seharusnya tidak boleh ada pengembangan infrastruktur yang persis di jalur sesarnya," ucapnya.
Misalnya pembangunan rumah sakit, hotel, hingga sekolah. Dia menilai hingga saat ini pengaplikasian tersebut belum berjalan dengan baik. Padahal, menurut Danny hal tersebut memiliki dampak besar ketika gempa bumi terjadi.
Edukasi dan Sosialisasi
Mitigasi selanjutnya terkait edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak bencana gempa bumi hingga langka evakuasi saat peristiwa tersebut terjadi.
"Sebetulnya bencana Sesar Lembang itu seperti apa? Lokasinya di mana, jadi mereka paham. Jadi kalau misalnya mereka tidak ada pilihan rumahnya terpaksa di dekat Sesar Lembang, tapi paling tidak mereka tahu bahwa mereka harus bikin rumah yang kokoh, kemudian kalau gempa itu terjadi mereka harus ngapain, harus lari ke mana, dan sebagainya," papar Danny.
Danny melanjutkan, "Dan itu pun kelihatannya belum bagus, salah satu indikasinya kalau suatu saat nanti ada, kalau ada isu gempa Sesar Lembang bisa terjadi, biasanya masyarakat panik. Nah, kalau masyarakat masih panik berarti sebetulnya mereka belum paham."
Sesar Lembang dari Jarak Dekat
Liputan6.com sendiri berkesempatan melihat secara lebih jelas mengenai Sesar Lembang, akhir pekan lalu, didampingi peneliti dari BRIN, Eko Yulianto. Lokasi untuk melihatnya yaitu dari Gunung Putri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kami berangkat dari sekitar Dago Atas, Kota Bandung pukul 04.30 WIB. Karena perjalanan yang dilakukan masih pagi, jalanan menuju Lembang masih sangat lancar tanpa ada kemacetan. Maklum Lembang merupakan salah satu lokasi wisata yang didatangi oleh wisatawan yang membuat wilayah tersebut seringkali terjadi kemacetan.
Setelah perjalan kurang lebih 45 menit kami sampai di lokasi. Untuk melihat lebih dekat Sesar Lembang, kami harus berjalan sekitar 20 menit dengan jalanan menanjak. Sesekali kami berhenti untuk mengatur napas. Sebab biasanya di Jakarta hanya menjumpai jalanan yang mendatar.
Saat sampai di puncak Gunung Putri ternyata banyak wisatawan sedang berkemah. Benar saja, pemandangan yang disuguhkan memang memikat mata. Pemandangan perbukitan yang indah terbentang sangat indah bersamaan dengan terbitnya matahari. Kabut tebal juga menyelimuti Lembang pagi itu.
Permukiman padat penduduk tampak mewarnai berbagai sisi perbukitan di depan Gunung Putri. Tepat di balik perbukitan tersebut samar terlihat permukiman Ibu Kota Jawa Barat.
Kata Eko, perbukitan yang kami lihat tersebut merupakan jalur yang dilewati oleh Sesar Lembang. Secara morfologi, sesar aktif tersebut membentuk perbukitan memanjang dari timur sekitar bawah kaki Gunung Manglayang sampai ke barat hampir Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Awal mula terbentuknya Sesar Lembang tidak secara bersamaan. Untuk sisi sebelah timur terbentuk sekitar 180.000-200.000 tahun yang lalu bersamaan dengan sebuah peristiwa letusan Gunung Api Sunda Purba. Kemudian sisi barat terbentuk sekitar 50.000-60.000 tahun yang lalu bersamaan dengan letusan gunung.
Advertisement