Liputan6.com, Jakarta Budayawan Butet Kartaredjasa membacakan puisi di acara puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/6).
Butet menyebut, ada orang yang tengah dibidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi berkoar-koar mau dijegal.
Menanggapi hal itu, Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution, mengaku prihatin. Sebab menurut dia, budayawan sudah mengedepankan komersial.
Advertisement
"Kita tentu prihatin apabila budayawan masuk dalam ranah yang mengedepankan komersial. Ekspresinya akan terbatas dan tidak mampu menjangkau sisi-sisi lain adanya ruang perbedaan," kata Syahrial, Senin (26/6).
Tak hanya itu, dia menilai sosok Butet sudah berada di kelompok yang antiperubahan dan bertengger pada kelompok yang prokemapanan.
"Apalagi jika mengabaikan soal silent majority di tengah rezim yang indeks demokrasi dan kebebasan berpendapatnya sedang merosot," ujarnya.
"Saya kira, Butet sudah pada fase keberadaannya ada di kelompok yang antiperubahan dan bertengger pada kelompok yang prokemapanan," kata dia.
Puisi Butet
Sebelumnya, budayawan Butet Kartaredjasa membacakan puisi di acara puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Butet menyindir ada kelompok yang hanya menginginkan "perubahan".
"Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Oh begitulah sebuah persaingan," ucap Butet di GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (24/6).
Butet kemudian bicara soal banjir yang disebut sebagai 'air yang parkir'. "Di sini nyebutnya banjir, di sana nyebutnya air yang parkir. Ya begitulah kalau otaknya pandir," tuturnya.
Selain itu, Butet menyebut ada orang yang dibidik KPK tapi berkoar-koar mau dijegal.
"Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lah kok koar-koar mau dijegal," ungkapnya.
Sumber: Alma Fikhasari/Merdeka.com
Advertisement