Pakar Lingkungan Sepakat Pendanaan Energi Bersih Harus Konkret

Mahawan menambahkan, kondisi tersebut diperparah dengan adanya El Nino pada tahun 2023. Jika tidak segera diantisipasi, Mahawan khawatir emisi sektor AFOLU akan mengalami peningkatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2023, 13:25 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2023, 12:43 WIB
Pakar Lingkungan
Pakar Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mendorong pemerintah serta semua pihak untuk bergandengan tangan mengatasi masalah lingkungan yang kian hari semakin serius di Indonesia. Ia menyatakan emisi nasional Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2021 setelah menurun drastis pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 dan terjadinya La Nina pada tahun tersebut.

Hal itu diungkap Mahawan dalam Seminar Pendanaan Berkelanjutan Untuk Transisi Energi di Kampus UI Salemba, Senin (9/10/2023). Seminar diselenggarakan oleh Environment Institute (ENVIRO) bekerjasama dengan Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) dan Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan UI (ILUNI SIL UI).

"Pada tahun 2021, emisi total Indonesia mencapai 1,14 Gigaton CO2e dengan emisi sektor AFOLU masih bertambah 21 Megaton CO2e menjadi 891 Megaton CO2e. Tentu ini harus kita antisipasi bersama dan melibatkan semua pihak, baik itu pemerintah maupun sipil," kata Mahawan.

Mahawan menambahkan, kondisi tersebut diperparah dengan adanya El Nino pada tahun 2023. Jika tidak segera diantisipasi, Mahawan khawatir emisi sektor AFOLU akan mengalami peningkatan.

"Satu langkah yang bisa kita lakukan bersama adalah dengan penanaman dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang memadai," terangnya.

Lebih lanjut Mahawan berujar, emisi dari sektor energi juga terus meningkat menjadi 596 Megaton CO2e pada tahun 2021, perlu perhatian pada sumber emisi sektor energi yang akan terus bertambah dan mencapai 58% pada kondisi Business as Usual di tahun 2030.

"Hasil laporan Global Stock Take UNFCCC tahun 2023, menguak bahwa emisi global yang didominasi dari bahan bakar fosil tidak sejalan dengan target 1,5° Celsius Paris Agreement. Sangat berpotensi pemanasan global menembus 1,5° Celsius secara permanen," tuturnya.

"Oleh karena itu percepatan transisi energi dengan membuka lebar-lebar kran investasi energi bersih sangat dibutuhkan. Kepastian pembiayaan PLTA Batang Taru juga perlu didorong, dengan begitu kepastian produksi energi bersih bisa terjamin," sambung CEO Environment Institute itu.

 

Pembiayaan Energi Terbarukan Butuh Dorongan Multipihak

Hadir dalam kesempatan tersebut, Ratna Djuwita, Anggota DPR RI Fraksi PKB menyampaikan strategi penarikan investor ke energi baru terbarukan mendorong kapasitas Pembangkit Listrik berbasis energi baru terbarukan (PLT EBT).

"Pembiayaan energi baru terbarukan di Indonesia membutuhkan dorongan multipihak. Kita tahu PLTA Batang Taru misalnya begitu penting bagi Indonesia, khususnya warga Sumut terkait produksi energi bersih," tutur Ratna Juwita.

Narasumber lainnya Direktur Utama BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup) Joko Tri Haryanto, dan Tri Arko dari Universitas Indonesia. Seluruh pemateri sepakat pentingnya pendanaan dalam transisi menuju energi bersih di Indonesia serta mengajak semua pihak untuk mendukung pengembangan investasi energi bersih di Indonesia.

Perubahan Iklim Kian Masif

Perubahan Iklim yang kian masif terjadi di dunia, terutama di Indonesia, menggerakkan Institut Hijau Indonesia (IHI) untuk mengajak anak muda berkontribusi dalam menyikapi dampaknya.

Kampus-kampus di beberapa daerah di Indonesia menjadi sasaran IHI untuk menggelar Diskusi Kaum Muda dan Perubahan Iklim untuk Indonesia dan Dunia 2050 yang ke-6, salah satunya Universitas Sriwijaya (Unsri).

 Muhammad Ichlassul Amal, Program Officer Gerakan Indonesia dan Dunia 2050 berujar, mereka ingin mengajak generasi muda untuk lebih memahami tentang situasi saat ini dan dampak ke depan hingga 2050 mendatang.

Salah satunya dengan mengumpulkan ide, gagasan, harapan dan impian kaum muda, mahasiswa dan akademisi di tingkat lokal dan nasional tentang Indonesia tahun 2050.

“Kita ingin memperluas diskusi dan konektivitas mahasiswa di Sumatera Selatan (Sumsel), tentang ancaman multi krisis yang disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim,” ujarnya di kampus Unsri Palembang, Rabu (4/10/2023).

 

Ancaman Multikrisis Berdampak Besar

Mereka juga ingin memperluas upaya analisa cara-cara terbaik yang dapat dilakukan oleh generasi muda dan pihak-pihak lain, agar ancaman multi krisis yang berdampak besar bagi Indonesia dan dunia tidak terjadi.

Hasil diskusi yang sudah dikumpulkan oleh mahasiswa tersebut, akan dituliskan ke buku impian yang dirangkum dari mahasiswa yang berasal dari beberapa kampus besar di Indonesia, termasuk mahasiswa Unsri.

“Buku yang ditulis nanti akan diberikan kepada para pemangku kepentingan KLHK, sebagai perwakilan dari suara orang muda terkait ancaman dari krisis iklim yang selama ini menghantui kehidupan di muka bumi. Penulisan bukunya akan dimulai Oktober 2023 mendatang,” katanya.

Kegiatan Indonesia dan Dunia 2050 sudah dimulai sejak Oktober 2022. Saat ini sudah menghimpun hasil diskusi lebih dari 20 provinsi di Indonesia dan lebih dari 5 kampus dari berbagai provinsi.

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya