Badan Geologi Minta Masyarakat Tetap Waspada Potensi Awan Panas dari Aktivitas Gunung Semeru

Aktivitas Gunung Semeru berupa erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.

oleh Gilar Ramdhani pada 29 Mar 2024, 23:08 WIB
Diperbarui 29 Mar 2024, 23:09 WIB
Tingkat Aktivitas Gunung Semeru Level Siaga, Badan Geologi Minta Masyarakat Waspadai Awan Panas dan Aliran Lahar
Penampakan Gunung Semeru pada Jumat Pagi, 29 Maret 2024.

Liputan6.com, Lumajang Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta masyarakat sekitar Gunung Semeru untuk mewaspadai erupsi berupa awan panas dan guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengimbau masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

"Pada Kamis, 28 Maret 2024 pukul 15.18 WIB kemarin telah terjadi erupsi G. Semeru, Jawa Timur. Erupsi berupa Awan Panas dengan jarak luncur tidak diketahui dikarenakan visual Gunung Semeru tertutup kabut. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 37mm dan durasi 27 menit, tinggi kolom abu erupsi tidak dapat teramati karena Gunung Semeru tertutup kabut," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid.

Menurut Wafid, aktivitas Gunung Semeru berupa erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.

"Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru. Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak G. Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan," tutur Wafid.

Pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter dan GPS kontinyu pada periode ini masih berfluktuasi, namun di akhir periode pengamatan menunjukan adanya pola yang relatif menurun pada bagian bawah tubuh Gunung Semeru dan di bagian atas menunjukkan proses inflasi, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunungapi ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.

"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," jelas Wafid.

Rekomendasi Badan Geologi

Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Semeru pada Level III (Siaga) maka Badan Geologi merekomendasikan:

  1. Masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak
  2. Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)
  3. Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya