BKSAP DPR Sambut WWF Digelar di Bali: Isu Air Jangan Dianggap Remeh

World Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan pada 18-25 Mei 2024 di Pulau Bali, menjadi ajang yang produktif untuk membahas isu-isu keberlanjutan air di seluruh dunia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 20 Mei 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2024, 09:00 WIB
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana. (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta World Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan pada 18-25 Mei 2024 di Pulau Bali, menjadi ajang yang produktif untuk membahas isu-isu keberlanjutan air di seluruh dunia.

Anggota biro, Komite IPU (Inter-Parliamentary Union) untuk pembangunan berkelanjutan, Putu Supadma Rudana mengatakan, WWF ke-10 ini merupakan ajang yang signifikan untuk mengevaluasi perjalanan komunitas global tentang isu air. Menurutnya, WWF ke-10 sangat urgen bagi dunia mengingat isu air menjadi salah satu isu pembangunan berkelanjutan yang krusial untuk dicapai.

"Saat saya bertemu dengan Presiden Dewan Air Dunia Tuan Loic Fauchon di Jakarta. Kita menyadari air sendiri berpengaruh dan terpengaruh oleh perubahan iklim. WWF ke-10 menjadi pengingat kita, penanda bahwa isu air bukan isu yang ecek-ecek," kata Putu Rudana, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (20/5/2024).

"Isu air sangat krusial bagi keberlangsungan hidup manusia, wilayah, politik, bahkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya, kita perlu menganggap serius isu air tersebut," sambungnya.

Menurutnya, DPR RI akan menjadi host penyelenggaraan parliamentary side event ‘The 10th World Water Forum’ di Nusa Dua, Bali.

"Forum ini diharapkan tidak hanya sebatas dialog antarparlemen dunia, tetapi menghasilkan gerakan yang konkret terkait hak atas air," ungkapnya.

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP DPR RI) ini menyebut, WWF ke-10 akan membuka potensi dan peluang dalam investasi di sektor air. Selain itu, WWF ke-10 juga meningkatkan perputaran ekonomi hingga masyarakat kecil di Bali.

Sebab, kepala negara hingga anggota parlemen akan hadir dalam kegiatan WWF ke-10 di Bali

“Mereka bertemu tidak hanya hadir dalam forum, tetapi berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik dalam isu konservasi, perlindungan, pemeliharaan air, sarananya, dan limbah buangannya,” jelasnya

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ada Kearifan Lokal

Putu sebagai putra daerah Bali menyatakan, bahwa berbagai masyarakat dunia tentu memiliki kearifan-kearifan ini, dan menarik bagi parlemen untuk kemudian mengetahuinya lebih luas dan berbagi praktik-praktik tersebut.

“Di Bali, kearifan lokalnya adalah konsep Tri Hita Karana, konsep Hari Nyepi, dan sistem irigasi SUBAK dengan menjaga kesinambungan baik danau, sungai maupun springs atau mata air. Di Bali dan di Indonesia, tanah air kita juga memiliki penghormatan yang tinggi terhadap air atau disebut TIRTA. Indonesia juga memiliki penghormatan yang sama tinggi antara daratan dan sumber air, yaitu dengan menyebut negeri kita sebagai TANAH AIR,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya