5 Kasus Pembunuhan Sadis di Indonesia yang Masih Misterius

Sejumlah kasus yang terjadi bahkan sudah mengarah kepada beberapa tersangka. Namun, pihak kepolisian tidak bisa langsung menetapkan seseorang tersangka satu pun karena bukti-bukti yang lemah

oleh Tim News diperbarui 05 Jun 2024, 13:04 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2024, 13:04 WIB
ilustrasi garis polisi (Merdeka.com)
ilustrasi garis polisi (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kasus pembunuhan di Indonesia hingga kini belum terungkap pelakunya. Kendati telah dilakukan proses penyelidikan oleh kepolisian, namun sejumlah kasus tersebut belum terpecahkan. Padahal, sudah banyak saksi mata yang diperiksa guna membantu mengungkap kejadian sebenarnya.

Sejumlah kasus bahkan sudah mengarah kepada beberapa tersangka. Namun, pihak kepolisian tidak bisa langsung menetapkan seseorang tersangka dengan bukti-bukti yang lemah.

Sejumlah kasus bahkan tergolong sadis, dan sampai membuat ahli forensik berpikir keras menyelidiki kasus tersebut bersama kepolisian. 

Berikut Sejumlah Kasus Pembunuhan di Indonesia yang hingga kini Belum Terungkap Dalangnya:  

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembunuhan Sadis Siswi SMK di Bogor

Polisi kembali melakukan olah TKP untuk mengungkap kasus pembunuhan siswi SMK Baranangsiang Bogor pada 2019 silam. Olah TKP digelar pada sebuah gang di Jalan Riau, Kamis (6/7/2023).
Polisi kembali melakukan olah TKP untuk mengungkap kasus pembunuhan siswi SMK Baranangsiang Bogor pada 2019 silam. Olah TKP digelar pada sebuah gang di Jalan Riau, Kamis (6/7/2023). (Liputan6.com/ Achmad Sudarno)

Kasus pembunuhan Andriana Yubelia, seorang siswi SMK Baranangsiang di Bogor, hingga kini masih belum terungkap sepenuhnya. Peristiwa tragis ini terjadi pada 8 Januari 2019, ketika Andriana ditemukan tewas dengan luka tusukan di bagian dada.

Andriana, yang saat itu berusia 18 tahun, ditemukan di sebuah gang sempit di Jalan Riau, Baranangsiang, Bogor Timur, sekitar pukul 15.55 WIB. Dilaporkan bahwa saat itu ia sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Menurut saksi mata, seorang pria yang tak dikenal mendekati Andriana sebelum melakukan penusukan dan kemudian melarikan diri.

Polisi segera melakukan penyelidikan dan memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian. Rekaman tersebut menunjukkan sosok pria yang diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan. Pria tersebut terlihat mengikuti Andriana sebelum melakukan aksi penusukan. Berdasarkan rekaman ini, polisi mengidentifikasi pria yang dicurigai berinisial S.

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pelaku kemungkinan besar mengenal korban dan memiliki motif pribadi. Namun, meskipun sudah ada beberapa petunjuk, termasuk kesaksian dari teman-teman dan keluarga Andriana, hingga saat ini, pelaku pembunuhan belum berhasil ditangkap.

Kasus ini menjadi perhatian publik karena kejamnya tindakan yang dilakukan terhadap Andriana dan ketidakjelasan motif di balik pembunuhan tersebut. Keluarga Andriana dan masyarakat luas berharap agar pelaku segera tertangkap dan diadili sehingga memberikan keadilan bagi korban.

Hingga kini, polisi terus melakukan upaya untuk mengungkap identitas pelaku dan menangkapnya. Masyarakat diimbau untuk memberikan informasi yang dapat membantu penyelidikan agar kasus ini bisa segera terpecahkan.

 


Pembunuhan Akseyna di Danau UI Belum Terpecahkan

BEM UI dan ratusan mahasiswa UI menggelar aksi memperingati tujuh tahun kematian Akseyna di dekat Danau Kenanga UI (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)
BEM UI dan ratusan mahasiswa UI menggelar aksi memperingati tujuh tahun kematian Akseyna di dekat Danau Kenanga UI (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Kasus pembunuhan Akseyna Ahad Dori, seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI), masih menyisakan banyak misteri hingga kini. Akseyna ditemukan tewas di Danau Kenanga, UI, Depok, pada 26 Maret 2015. Tubuhnya ditemukan mengapung dengan tas ransel berisi batu yang diikatkan ke punggungnya, seolah sengaja untuk membuatnya tenggelam.

Pada 26 Maret 2015 pagi, seorang petugas kebersihan menemukan jasad Akseyna mengapung di Danau Kenanga. Pada tubuhnya, terdapat luka lebam yang mencurigakan. Polisi yang datang ke lokasi segera melakukan olah tempat kejadian perkara dan membawa jasad Akseyna ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diautopsi. Hasil autopsi menunjukkan bahwa Akseyna meninggal karena kehabisan oksigen (asfiksia) akibat tenggelam, tetapi ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya.

Polisi menemukan beberapa barang bukti, termasuk tas ransel yang diikatkan pada tubuh Akseyna dan sepatu yang tertinggal di sekitar danau. Di dalam tas ransel, ditemukan batu-batu yang cukup berat untuk menenggelamkan seseorang. Selain itu, di kamar kos Akseyna ditemukan sebuah catatan yang diduga kuat sebagai surat wasiat, namun keaslian dan konteks surat tersebut masih diperdebatkan.

Polisi juga memeriksa rekaman CCTV di sekitar area kampus untuk mencari petunjuk. Meskipun ada beberapa rekaman yang menunjukkan pergerakan Akseyna sebelum ditemukan tewas, tidak ada bukti jelas yang mengarah pada tersangka atau motif pembunuhan.

Motif di balik pembunuhan Akseyna masih belum jelas. Beberapa teori yang muncul antara lain motif pribadi, akademik, atau hubungan sosial. Teman-teman dan keluarga Akseyna menyebutkan bahwa ia adalah mahasiswa yang cerdas dan tidak memiliki masalah berarti yang bisa memicu tindak kekerasan terhadapnya.

Hingga kini, kasus ini belum terpecahkan. Polisi masih kesulitan mengidentifikasi pelaku atau pelaku-pelaku yang bertanggung jawab atas kematian Akseyna.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, termasuk pemeriksaan saksi-saksi dan analisis forensik, belum ada titik terang yang signifikan dalam penyelidikan. 

 

 


Misteri Pembunuhan ASN, Jasad Dibakar dan Rusak

Ilustrasi - Pemakaman jenazah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Pemakaman jenazah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kasus pembunuhan Paulus Iwan Boedi, seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Semarang, Jawa Tengah, masih menyimpan banyak misteri hingga kini. Paulus Iwan Boedi ditemukan tewas secara mengenaskan pada 19 September 2022, setelah dilaporkan hilang sejak 24 Agustus 2022.

Paulus Iwan Boedi, seorang pejabat di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang, dilaporkan hilang pada 24 Agustus 2022. Setelah upaya pencarian intensif oleh keluarga dan pihak berwenang, tubuhnya ditemukan pada 19 September 2022 di kawasan Pantai Marina, Semarang. Jasadnya ditemukan dalam keadaan terbakar dan rusak parah, sehingga memerlukan tes DNA untuk mengonfirmasi identitasnya.

 jak penemuan mayat Paulus Iwan Boedi, pihak kepolisian melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap pelaku dan motif di balik pembunuhan ini. Beberapa petunjuk yang ditemukan termasuk:

Kondisi Mayat: Tubuh korban ditemukan dalam kondisi terbakar, menunjukkan adanya upaya untuk menghilangkan jejak atau mengaburkan identitas korban.Lokasi Penemuan: Mayat ditemukan di kawasan Pantai Marina, sebuah lokasi yang cukup sepi dan sering dijadikan tempat pembuangan barang bukti kejahatan.Motif: Penyidik menduga ada kaitannya dengan pekerjaan Paulus di Bapenda. Ada kemungkinan bahwa pembunuhan ini terkait dengan kasus korupsi atau sengketa lain yang sedang ditangani oleh korban.

Sejauh ini, beberapa dugaan muncul, termasuk kemungkinan adanya keterlibatan dalam kasus korupsi atau sengketa internal di lingkungan pekerjaannya. Sebagai seorang pejabat di Bapenda, Paulus Iwan Boedi mungkin memiliki akses dan pengetahuan tentang informasi sensitif yang bisa menimbulkan konflik dengan pihak-pihak tertentu. 

Hingga kini, pihak kepolisian belum berhasil menangkap pelaku atau pelaku-pelaku yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini. Beberapa saksi telah diperiksa, dan berbagai upaya penyelidikan terus dilakukan, termasuk analisis forensik dan pelacakan komunikasi terakhir korban.


Kasus Mutilasi Sadis Setiabudi 13

Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)
Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Kasus Setiabudi 13 merupakan salah satu pembunuhan terbilang sadis yang hingga kini masih belum terungkap pelakukanya. Pada pagi hari tanggal 23 November 1981, warga di sekitar Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua kotak karton berisi potongan tubuh manusia.

Dilansir dari Harian Kompas, sejumlah petugas keamanan yang pertama kali menemukan kotak tersebut awalnya mengira bahwa potongan daging di dalamnya adalah daging sapi. Namun, mereka segera terkejut saat melihat tangan manusia ikut terbungkus rapi bersama potongan daging lainnya. 

Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) lalu memeriksa mayat yang telah dipotong menjadi 13 bagian. 

Karena potongan tubuh tersebut ditemukan di Jalan Setiabudi, kasus ini kemudian dikenal luas sebagai "Setiabudi 13". Ketika tim LK UI tiba di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB, mayat sudah mulai membusuk, diperkirakan pembunuhan terjadi lebih dari sehari sebelumnya. Potongan tubuh kemudian dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Mun'im Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, pembunuh tidak hanya memotong-motong jasad korban, tetapi juga menyayat dan mengupas hampir seluruh daging dari tulangnya. Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepala juga masih tampak jelas. 

Diperkirakan pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi, terlihat dari bekas gesekan kecil pada tulang korban. Dari pemeriksaan, diperkirakan korban berusia antara 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi 165 sentimeter, dengan tubuh agak gemuk dan tegap, sebagaimana dijelaskan dalam buku karya dokter tersebut berjudul Indonesia X-Files.

Beberapa tahi lalat yang bisa menjadi ciri khas korban juga ditemukan dan diumumkan ke masyarakat luas. Penyakit korban, yakni lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluannya, juga diumumkan.

Mun'im berpendapat bahwa korban "digarap" oleh lebih dari satu orang, karena mengerat tulang dan mengelupas daging dari mayat bukanlah pekerjaan mudah.

Hingga kini, belum ada pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut. Identitas korban juga tidak terungkap meskipun telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban.

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya