Jejak Andi Arief: Pengkritik Jokowi hingga Sebut Prabowo Jenderal Kardus, Kini Jabat Komisaris PLN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak susunan dewan komisaris PT PLN (Persero). Salah satu nama yang masuk adalah Andi Arief.

oleh Aries Setiawan diperbarui 25 Jul 2024, 06:05 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 06:05 WIB
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Demokrat, Andi Arief merespons pernyataan Ketua Umumnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mengatakan pihaknya bakal hancur lebur bila masih bergabung dalam Koalisi Perubahan. (Istimewa)
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Demokrat, Andi Arief. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak susunan dewan komisaris PT PLN (Persero). Salah satu nama yang masuk adalah Andi Arief. Politikus Partai Demokrat itu menduduki jabatan sebagai Komisaris Independen Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Andi Arief dikenal sebagai aktivis yang vokal mengkritik pemerintahan Jokowi. Pria kelahiran Bandar Lampung 20 November 1970 itu merupakan salah satu orang dekat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ketika SBY menjadi presiden, Andi Arief pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam dari tahun 2009 hingga 2014.

Andi Arief dikenal sebagai salah satu aktivis yang ikut berperan menumbangkan rezim Orde Baru. Bahkan pada tahun 1999, ia merupakan salah satu aktivis yang ikut diculik.

Ketika kuliah, ia menempuh studi Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Andi Arief pernah menjabat sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisipol UGM dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol.

Pada Pemilu 2004, Andi menjadi bagian tim pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla. Dua tahun setelahnya, ia ditunjuk menjadi Komisaris PT Pos Indonesia.

Setahun setelahnya, pada 2009, Andi memutuskan mundur dari PT Pos Indonesia karena fokus pada pemenangan SBY-Boediono di Pilpres 2009.

Kala itu, SBY meraih kemenangan untuk periode keduanya. Andi Arief kemudian ditunjuk menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.

Usai pemerintahan SBY berakhir, posisi Partai Demokrat berada di luar pemerintahan. Andi pun kerap mengkritik keras pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pada 3 Maret 2019, Andi sempat tersandung kasus penggunaan narkotika jenis sabu. Namun, polisi akhirnya melepas Andi pada 5 Maret 2019 karena dianggap tak cukup bukti untuk menjeratnya.

Pada 2024, Andi Arief bertugas sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat. Ia juga aktif dalam tim pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Andi Arief Keras Terhadap Prabowo

Presiden Terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto
Presiden Terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (8/7/2024). (Foto: Liputan6.com/Lizsa Egeham).

Bukan cuma terhadap Jokowi, saat perhelatan Pilpres 2019 Andi Arief kerap melontarkan kritikan tajam ke Prabowo Subianto.

Kala itu, ia menyinggung kesepakatan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh soal amandemen UUD 1945 menyeluruh. Ia menilai dua tokoh tersebut pragmatis.

"Semoga kekhawatiran saya soal cita-cita Prabowo menghidupkan demokrasi terpimpin tidak terjadi. Saya betul-betul khawatir, apalagi beliau sering pragmatis seperti Surya Paloh," kata Andi.

Di Twitter-nya, Andi Arief mem-posting informasi soal Surya Paloh dan Prabowo yang dalam pertemuannya sepakat amandemen UUD 1945 secara menyeluruh. Andi Arief pun lalu membawa-bawa nama Presiden Jokowi.

"Mudah-mudahan Pak Jokowi bisa menyelamatkan jalan demokrasi yang benar menghadapi rencana demokrasi terpimpin ala Pak Prabowo, Surya Paloh, dan beberapa kekuatan politik lainnya," tuturnya.

"Mereka menikmati demokrasi untuk memundurkannya," sambung Andi Arief.

"Mereka tidak akan timbul-tenggelam bersama rakyat, mereka timbul-tenggelam dengan cita-cita kediktatoran," ucap dia.


Sebut Prabowo sebagai Jenderal Kardus

Prabowo Kembali Kenakan Baret Merah
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hadir dalam upacara serah terima jabatan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Jumat (24/10/2014). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bahkan, Andi pernah menyebut Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus. Dia mencetuskan istilah tersebut sehari sebelum deklarasi pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno jelang Pilpres 2019 lalu.

Ungkapan itu dicetuskan setelah pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang dijadwalkan justru batal. Batalnya pertemuan ini menurut Andi Arief karena Partai Demokrat menolak kehadiran Prabowo.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," tulis Andi Arief beberapa Waktu lalu.

Andi lantas mengungkapkan, Prabowo adalah jenderal yang berkualitas buruk. Sebab, Prabowo sempat memberikan janji manis kepada SBY.

Tapi, sikap Prabowo berubah karena Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, yang juga merupakan elite Partai Gerindra.

"Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh, ditubruk uang Sandiaga Uno untuk mengentertain PAN dan PKS," ucapnya.

Kemudian, pada 2024, Andi Arief bertugas sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat. Ia juga aktif dalam tim pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.


Tersandung Kasus Narkoba

Direkomendasikan Jalani Rehabilitasi, Andi Arief Datang ke BNN
Politikus Partai Demokrat Andi Arief tiba di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (6/3). Berdasarkan hasil asesmen, Andi Arief diharuskan menjalani proses rehabilitasi secara berkala. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Pada 3 Maret 2019, Andi Arief sempat tersandung kasus penggunaan narkotika jenis sabu. Namun, polisi akhirnya melepas Andi pada 5 Maret 2019 karena dianggap tak cukup bukti untuk menjeratnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

Infografis Jokowi Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya