Kemendikbudristek Rampungkan 3 Festival Kearifan Lokal Kenduri Swarnabhumi 2024 di Jambi

Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November 2024.

oleh Tim News diperbarui 05 Agu 2024, 20:55 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 20:10 WIB
Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November 2024.
Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November 2024. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media kembali menggelar Kenduri Swarnabhumi untuk ketiga kalinya mulai Agustus hingga November 2024.

Acara ini bertujuan melestarikan budaya dan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, Jambi yang telah menjadi pusat peradaban. Selain itu juga untuk membangkitkan kesadaran masyarakat lokal menjaga warisan nenek moyang bagi generasi mendatang.

Selama Kenduri Swarnabhumi 2024, Kemendikbudristek menggandeng 10 pemerintah daerah (Pemda) di Jambi yakni Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tebo.

Lalu Kabupaten Sungai Penuh, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Merangin, Kota Jambi, serta Kabupaten Dharmasraya di Sumatera Barat.

Hingga saat ini, 3 dari 12 kegiatan festival daerah sebagai bagian Kenduri Swarnabhumi 2024 telah sukses diselenggarakan yaitu Festival Suku Batin IX di Kabupaten Batanghari, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut di Kabupaten Merangin, dan Festival Keris Siginjai di Kota Jambi.

Menurut Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra, Kenduri Swarnabhumi adalah sarana untuk menyadarkan kembali masyarakat luas tentang perjalanan peradaban Jambi yang maju.

"Beberapa kearifan lokal yang masih digunakan saat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya tersebut. Gelaran Kenduri Swarnabhumi menyatukan berbagai jaringan pelaku budaya dan komunitas lingkungan di Jambi untuk bersama-sama memajukan potensi kebudayaan yang selaras dengan pelestarian lingkungan," ujar Mahendra melalui keterangan tertulis, Senin (5/8/2024).

 

Perlihatkan Tradisi Budaya

Kemendikbudristek sukses gelar malam puncak Festival Keris Siginjai di Graha Sinjai, Kantor Wali Kota Jambi pada Sabtu 3 Agustus 2024 menampilkan berbagai acara yang menarik.
Kemendikbudristek sukses gelar malam puncak Festival Keris Siginjai di Graha Sinjai, Kantor Wali Kota Jambi pada Sabtu 3 Agustus 2024 menampilkan berbagai acara yang menarik. (Istimewa)

Mahendra mengatakan, ketiga festival yang telah dilaksanakan memperlihatkan tradisi budaya khas masyarakat DAS Batanghari yang masih dijaga hingga sekarang sebagai kearifan lokal.

Festival Suku Batin IX yang berlangsung pada 20 sampai 22 Juli di Kabupaten Batanghari mengingatkan asal usul keturunan Suku Batin IX. Yaitu salah satu suku asli di Jambi yang termasuk peradabannya serta menonjolkan kuliner otentik dan peran perempuan dalam kebudayaan mereka.

"Selama festival berlangsung, diadakan juga serangkaian acara seperti lomba masak tradisional brengkes ikan, Ritual Muwon Namo, pertunjukan kesenian yang mengangkat cerita kebudayaan setempat, dan pameran kerajinan tangan," ucap Mahendra.

"Ritual Muwon Namo merupakan tradisi memanggil hujan sebelum panen, dipentaskan untuk edukasi generasi muda mengenai warisan budaya yang memiliki nilai-nilai luhur," tutur Mahendra.

Festival Biduk Gedang Selang Beangkut, yang berlangsung pada 27 Juli di Kabupaten Merangin, merupakan gabungan dari perayaan seni, budaya dan pelestarian lingkungan di sekitar Sungai Tabir.

Festival ini menampilkan berbagai kegiatan seni dan budaya, penanaman bibit pohon, serta peluncuran Gerakan Sadar untuk Mengurangi Sampah Plastik (GERATIK) untuk memperkuat komitmen masyarakat setempat menjaga lingkungan sungai dan penebaran ribuan benih ikan ke Sungai.

Malam puncak festival digelar di Rumah Tuo Adat yang didirikan sejak 1330 dan menjadi simbol Kabupaten Merangin serta situs cagar budaya pada 1996 dengan harapan menyebarluaskan kebanggaan budaya dan sejarah lokal.

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya