Kisah Narpan Apong Merajut Asa dari Balik Tumpukan Sampah Elektronik

Sejak 2017, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyediakan pelayanan penjemputan langsung sampah elektronik di masyarakat.

oleh Ika Defianti diperbarui 13 Agu 2024, 15:17 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 14:07 WIB
Sampah Elektronik
Apong, seorang pemulung di Bantargebang memanfaatkan berbagai sampah elektronik untuk diperbaiki kembali. (Gempur M Surya/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Berbagai warna kulkas berjejer di depan rumah Narpan atau yang biasa disapa Apong. Kulkas berbagai warna dan jenis itu masih berfungsi meskipun sudah tak terlihat baru. Semua kulkas masih berfungsi dengan baik. 

Selain kulkas, berbagai barang elektronik juga terpampang di depan rumahnya. Mulai dari mesin cuci dengan berbagai merek dan jenis hingga berbagai kipas angin. Semua masih dapat digunakan. 

Sore itu, Apong sedang bersantai dengan istri dan anaknya. Kedatangan Liputan6.com langsung disambut dengan senyum semringah. Dia kemudian menyalakan lampu di ruang 'kerjanya' yang ada di samping rumahnya. Bangunan semi permanen itu dapat menampung belasan barang elektronik. 

Ruangan dengan ukuran 3x3 meter itu berisi peralatan servis dan sejumlah barang elektronik yang telah diperbaiki dan siap dijual. Rumah Apong berlokasi sekitar 300 meter dari gunung sampah Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. 

"Masih bisa dipakai semua ini. Sudah saya service tinggal nunggu ada yang beli saja, sebelum dijual ya dipakai buat sendiri dulu," kata Apong. 

Sebagian besar barang-barang elektronik yang telah diperbaiki Apong didapatkan dari para petugas pengangkut sampah dari Kota Bekasi. Biasanya dia diinformasikan ketika mereka membawa sampah elektronik dari berbagai perumahan. 

Warga asli Tegal, Jawa Tengah ini tak pernah menolak ketika ada informasi itu. Meskipun harus mengeluarkan sejumlah uang, Apong berpikir barang-barang tersebut nantinya dapat dijualkan kembali kepada para pemulung ataupun warga sekitar Bantargebang. 

Sampah Elektronik dari Warga Bekasi

Barang elektronik itu biasanya diambil ke rumah warga secara langsung atau menunggu truk sampah sebelum masuk ke TPA Bantargebang milik Pemkot Bekasi. Puluhan barang elektronik yang sudah berfungsi kembali berkat racikan tangannya sudah terjual. 

Harga yang ditawarkan juga bervariasi. Rata-rata kulkas satu pintu ataupun mesin cuci dijual kembali tak sampai Rp700 ribu. 

"Kadang ada yang datang ke rumah ambil kulkas atau mesin cucinya. Tapi kadang juga COD dengan orangnya," ucap dia.

Profesi sebagai tukang servis barang elektronik sudah dilakoni Apong hampir 9 tahun. Sebelumnya dia bekerja sebagai pemulung yang memilah sampah di Bantargebang selama 16 tahun. 

Ketua Komunitas Pemulung Bantargebang Sejahtera ini belajar servis barang elektronik secara otodidak. Awalnya dia berpikir keras bagaimana berbagai barang elektronik yang terbuang dapat dimanfaatkan kembali daripada hanya menjadi sampah tertumpuk dengan jenis sampah lainnya. 

"Awalnya kalau nemu barang elektronik gitu bawa pulang terus dibenerin. Ternyata bisa, yaudah habis itu berenti milah sampah nerusin servis aja," jelas Apong.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Layanan Penjemputan Sampah Elektronik di Jakarta

Sampah elektronik
Beberapa sampah PCB dari komponen perangkat elektronik dari proses pemilihan di kawasan Bantargebang, Kota Bekasi. (Gempur M Surya/Liputan6.com)

Penggunaan berbagai peralatan elektronik sudah akrab dengan keseharian masyarakat. Mulai dari baterai, ponsel, komputer, televisi, hingga kulkas semuanya akan menjadi sampah elektronik bila sudah usang dan tak terpakai lagi.

Bagaimana cara Anda membuangnya selama ini? Tahukah anda bahwa sampah elektronik memerlukan penanganan khusus? 

Alasannya yakni adanya kandungan B3 dalam barang elektronik yang jika dibuang secara bebas dapat membahayakan dan mencemari lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan limbah elektronik atau e-waste merupakan sampah atau limbah yang berasal dari peralatan elektronik. 

Sejak 2017, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyediakan pelayanan penjemputan langsung sampah elektronik di masyarakat. Selain itu juga disiapkan tiga mekanisme pengumpulan sampah secara gratis. Yakni penjemputan langsung ke rumah warga minimal 5 kilogram.

Untuk penjemputan limbah elektronik meliputi barang elektronik bekas, seperti televisi, handphone, kulkas, mesin cuci, kipas angin, AC, dan sejenisnya. Kemudian ada pula dengan drop box atau kotak penampungan sampah di 49 titik dan tempat penampungan sampah sementara di setiap kecamatan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya