Cuaca Besok Rabu 4 September 2024: Jabodetabek Cerah di Pagi Hari, Malam Hujan Sebagian

Langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) besok, Rabu 4 September 2024 keseluruhannya diprakirakan cerah. Seperti itulah prediksi cuaca besok.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 03 Sep 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2024, 08:15 WIB
Waspada, Cuaca Jakarta Memanas
Warga beraktivitas menggunakan payung saat suhu udara mencapai 35 derajat Celcius di Kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (22/10/2019). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah) Event

Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) besok, Rabu 4 September 2024 keseluruhannya diprakirakan cerah. Seperti itulah prediksi cuaca besok.

Untuk siang hari, sebagian cuaca Jabodetabek dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman resminya www.bmkg.go.id, sebagian diprakirakan cerah dan cerah berawan.

Berbeda di malam hari, cuaca Jakarta diprediksi keseluruhannya cerah berawan, kecuali Jakarta Selatan cerah. 

Lalu di Bekasi, Jawa Barat langit malamnya diprakirakan cerah berawan. Kemudian di Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat waspada diprediksi bakal hujan petir.

Sementara itu di Kota Tangerang, Banten diprakirakan BMKG, cuaca di malam hari cerah berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah  Cerah  Cerah
 Jakarta Timur   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara   Cerah   Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah  Cerah  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah   Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Depok   Cerah  Cerah  Hujan Petir
 Kota Bogor   Cerah  Cerah Berawan  Hujan Petir
 Tangerang  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan

Tingkatkan Keamanan dan Kesejahteraan, BMKG Ajak Nelayan Manfaatkan Teknologi

20160113-Dampak Kebijakan BBM, Ratusan Perahu Nelayan Antre di Muara Angke
Ratusan perahu nelayan tampak bersandar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa, (13/01). Kebijakan pemerintah mengenai pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar membuat ribuan nelayan tidak melaut. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Sebelumnya, Plt Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak nelayan Indonesia bertransformasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan.

Dwikorita mengatakan, BMKG sendiri memiliki sistem informasi bernama Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS) dan aplikasi InfoBMKG sebagai acuan dalam melaut dan menangkap ikan.

Sebagai informasi, Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS) adalah sistem informasi cuaca maritim interaktif dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan dan pengguna transportasi laut.

Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem yang terjadi beberapa tahun belakangan ini menjadikan kondisi cuaca gampang berubah dan sulit ditebak dengan hanya mengandalkan tanda-tanda alam.

"Kondisi cuaca sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan ikan dari para nelayan, apalagi kondisi cuaca ektrim yang berpotensi membahayakan keselamatan nelayan yang tengah melaut," ungkap Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Kamis 29 Agustus 2024, dikutip Liputan6.com dari laman resminya www.bmkg.go.id.

Pentingnya Manfaatkan Aplikasi Cuaca

Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mewanti-wanti adanya potensi banjir rob sehari sebelum Lebaran atau lebih tepatnya pada 9 April 2024 akibat fenomena Supermoon.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatilogi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mewanti-wanti adanya potensi banjir rob sehari sebelum Lebaran atau lebih tepatnya pada 9 April 2024 akibat fenomena Supermoon. (Instagram @dwikoritakarnawati)

Dwikorita menilai, pemanfaatan aplikasi cuaca merupakan bagian dari perwujudan 'Early Warning, Early Action' guna semakin meminimalisir risiko kecelakaan laut yang dialami nelayan akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

"Konsep 'Early Warning, Early Action' memiliki arti peringatan dini dengan lebih dini bertindak dalam mitigasi terkait bencana akibat cuaca, iklim dan kondisi air yang kini cenderung ekstrem," papar dia.

Dwikorita mengatakan, kondisi cuaca bagi nelayan tangkap maupun budidaya sangat penting untuk mendukung kegiatan nelayan agar dapat melaut dengan aman dan tenang.

Melalui aplikasi yang didesign untuk mengetahui berbagai informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika tersebut, nelayan dapat memutuskan apakah akan melaut atau tidak. Termasuk, lanjut Dwikorita, mempersiapkan kebutuhan apa saja ketika melaut untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

"Informasi yang dihadirkan cukup lengkap. Mulai dari prakiraan cuaca tiga harian, tujuh harian termasuk perkiraan angin, arah kecepatannya, perkiraan arus, gelombang tinggi atau tidaknya, kondisi aktual hujan atau tidak," kata dia.

"Selain itu, di INA-WIS, memungkinkan untuk mengetahui informasi maritim selama sepuluh hari ke depan dan daerah tangkapan ikan," tandas Dwikorita.

Upaya BMKG Tingkatkan Keselamatan dan Kesejahteraan Nelayan

Melihat Rumah Apung di Kampung Nelayan Muara Angke
Kementerian Pertahanan juga membangun desalinasi yang bisa mengubah air laut menjadi tawar yang dapat digunakan warga Kampung Nelayan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menegaskan bahwa SLCN adalah upaya BMKG untuk meningkatkan pemahaman tentang informasi cuaca guna meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan nelayan.

Aplikasi besutan BMKG, lanjut dia,merupakan presentasi produk analitik pemodelan dan peramalan yang dilakukan dengan menggunakan AI, data besar, diverifikasi oleh data radar.

Sehingga, kata Guswanto, info yang dikeluarkan cukup akurat dan dapat membantu nelayan untuk memutuskan di mana dan kapan mereka harus pergi ke laut untuk menangkap ikan dengan memahami informasi yang disediakan di aplikasi seluler.

"SLCN ini merupakan suatu bentuk kegiatan penyampaian informasi meteorologi maritim dari BMKG di daerah kepada Nelayan Perikanan Tangkap dan Budidaya melalui stakeholder terkait, Penyuluh Perikanan dan Ketua Kelompok Nelayan yang membutuhkan informasi cuaca maritim untuk perikanan dan kelautan," paparnya.

Senada, Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo mengatakan lewat SLCN yang digelar rutin BMKG, pengetahuan dan pemahaman para nelayan dan penyuluh perikanan terkait informasi iklim dan pemanfaatannya dapat semakin meningkat sehingga bisa mendukung kegiatan pemerintah dalam hal ketahanan pangan serta visi Indonesia Emas 2045 dalam pembangunan di bidang maritim/kelautan.

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya