Liputan6.com, Jakarta - Pihak Istana menyambut baik hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menyebut tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi mencapai angka 75 persen menjelang pensiun pada 20 Oktober 2024.
Hasil survei ini dinilai menunjukkan bahwa masyarakat mendukung dan percaya terhadap kepemimpinan serta kebijakan Jokowi.
Baca Juga
"Kami sangat menghargai dan mengapresiasi hasil survei dari Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo masih sangat tinggi, hingga mencapai 75 persen menjelang akhir masa jabatannya," kata Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana kepada wartawan, Sabtu (4/10/2024).
Advertisement
"Hasil ini mencerminkan dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi serta kebijakan-kebijakan yang telah diimplementasikan selama ini," sambungnya.
Menurut dia, tingginya kepuasan masyarakat ini menjadi bukti bahwa kerja keras pemerintah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mulai dari, bidang infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
"Tingkat kepuasan yang tinggi ini adalah bukti bahwa upaya keras pemerintah dalam berbagai bidang, mulai dari infrastruktur, kesehatan, pendidikan, hingga penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," jelasnya.
Yusuf menyebut masih banyak tantangan yang harus dihadapi pemerintah. Untuk itu, kata dia, Jokowi terus mendorong inovasi dan penyempurnaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
"Beliau selalu terbuka terhadap masukan dari semua elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia," tutur Jubir Istana ini.
Â
Hasil Survei IPI
Sebelumnya, Lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) mencatat sekitar 75 persen masyarakat Indonesia merasa puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) jelang masa jabatannya berakhir.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, para responden ditanya "Apakah sejauh ini Ibu/Bapak sangat puas, cukup puas, kurang puas atau tidak puas sama sekali dengan kinerja Presiden Jokowi?" Hasilnya 75 persen publik puas dengan kinerja Jokowi.
"Mayoritas merasa puas dengan kinerja Presiden Jokowi 75 persen," kata Burhanuddin dalam Rilis Temuan Survei Nasional: Evaluasi Publik Terhadap 10 Tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat (4/10).
Apabila dirinci sebanyak 15,04 persen masyarakat merasa sangat puas dan 59,92 persen masyarakat cukup puas terhadap kinerja Presiden Jokowi. Kemudian, ada sekitar 20,21 persen yang merasa kurang puas dan 4,23 persen tidak puas sama sekali, lalu ada 0,60 persen masyarakat yang tidak tahu/tidak menjawab.
Burhanudin menjelaskan, salah satu faktor naik turunnya kepuasan terhadap kinerja Presiden sangat dipengaruhi tingkat inflasi.
Â
Advertisement
Bandingkan Inflasi Era SBY dan Jokowi
Dia membandingkan angka inflasi yang berhasil dicatat di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi.
"Pertama, kita survei Oktober 2014 Pak Jokowi punya approval rating 64 persen bulan Januari 2015, terlihat ada semacam honey moon period, meski enggak terlalu tinggi. Beda dengan SBY pada November 2004 itu langsung 80 persen," ujarnya.
Menurutnya, angka Jokowi tak setinggi SBY karena pertama, saat pertama dilantik Jokowi langsung menaikkan harga BBM.
"Jadi masa bulan madu dengan publik cepat selesai, kenaikan BBM punya dampak ke inflasi," imbuhnya.
Dalam survei tersebut, Burhanuddin juga menampilkan tren inflasi yang berhasil dijaga di bawah 5 persen di era kepemimpinan Jokowi sejak November 2014 hingga Agustus 2024.
Berdasarkan data tersebut, ada penurunan rata-rata angka inflasi tahun ke tahun (YoY) dari 5,14 persen di periode pertama Jokowi memimpin kemudian menjadi rata-rata 2,84 persen sampai akhir masa jabatan Jokowi.
Data inflasi tersebut kemudian juga dibandingkan dengan catatan inflasi di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di era SBY, angka inflasi tahun ke tahun (YoY) tercatat rata-rata di 9,90 persen pada periode pertama Presiden SBY dab di angka rata-rata 5,62 persen di periode kedua SBY.