Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, polemik kenaikan harga bawang putih ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Pasalnya harga bawang putih dari negara asalnya China turun, sedangkan di Indonesia justru malah mengalami kenaikan. Hal tersebut menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Ketua Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman, kenaikan harga tersebut disebabkan karena tata kelola importasi yang di monopoli sehingga hanya orang-orang tertentu yang diizinkan melakukan importasi bawang putih.
Baca Juga
Bahkan, Boyamin sendiri menyebut pernah melaporkan terkait dugaan korupsi impor bawang putih ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2022 lalu, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari lembaga antirasuah tersebut.
Advertisement
Terkait hal itu, Juru bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto saat dikonfirmasi terkait dengan laporan Boyamin, pihaknya mengatakan tidak memiliki akses informasi terkait proses di tingkat pelaporan karena bersifat rahasia dan hanya pelapor saja yang bisa bertanya dan di-update.
"Secara umum pelaporan yang masuk akan diverifikasi, telaah, dan pulbaket terlebih dahulu. Dan akan dinilai apakah ada yang perlu dilengkapi dari pelapor atau bisa ditindaklanjuti ke tahap Penyelidikan," ujar Tessa, melalui ketreangan tertulis, Senin (24/2/2025).
Sementara itu, terkait dengan kenaikan harga bawang putih, Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Eugenia Mardanugraha mengatakan, meski sedang melakukan efisiensi anggaran, pihaknya terus melakukan pemantauan terkait kenaikan harga bawang putih dan Komoditi lain.
"KPPU memantau secara online saja, tidak ada kunjungan ke pasar-pasar seperti tahun lalu," ucap Eugenia.
Â
Alasan yang Jadi Dugaan Kenaikan Harga
Kemudian, lanjut Eugenia, menanggapi alasan Kementerian Perdagangan (Kemendag) kenaikan harga disebabkan karena pemegang Surat Persetujuan Impor (SPI) atau importasi belum merealisasikan impor, pihaknya mengamini hal tersebut dikarenakan stok berkurang.
"Namun, harus dikroscek secara ketat jangan sampai penundaan impor merupakan hal kesengajaan yang dilakukan bersama-sama. Harus dilihat dulu penyebab SPI tidak terealisasi," kata dia.
"Apabila terbukti disengaja secara bersama-sama oleh beberapa importir dominan agar harga naik, ini melanggar UU Nomor 5 tahun 1999," sambung Euginia.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi monopoli dan permainan dalam proses importasi bawang putih yang mengakibatkan harga mahal, Ketua MAKI Boyamin berharap pemerintahan saat ini yang langsung dipimpin oleh presiden Prabowo Subianto dapat memperbaiki tata kelola importasi bawang putih tersebut.
"Saya meminta kepada pemerintahan sekarang untuk membuat tata kelola yang tidak monopoli atau dipatok harga di luar negeri berapa hanya boleh mengambil keuntungan berapa, tapi itu agak kurang mantap kalau yang paling mantap ya tidak monopoli semua orang boleh importasi bawang," kata Boyamin.
Untuk diketahui, bawang putih yang merokok komoditi impor yang sepenuhnya berasal dari China ini, harga di negara asalnya sedang turun, yang semula USD 1.400 per ton menjadi USD 1.350 per ton, jika kurs dollar Rp16.400 berarti harga di Cina hanya Rp22.140 per kg, ditambah custom clearence dan trucking Rp1.200 per kg. Jadi seharusnya harga sampai di Indonesia hanya Rp23.340. sedangkan di harga di Indonesia bisa mencapai Rp50.000 bahkan lebih.
Advertisement
