Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi E DPRD yang juga Sekretaris DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Desie Christiyana Sari meminta Pemprov DKI Jakarta memperhatikan fasilitas wall climbing (panjat tebing) bagi anak-anak usia dini.
Menurut Desie, permintaan penyediaan atau membangun fasilitas wall climbing merupakan aspirasi orangtua peserta didik yang duduk di bangku sekolah SD-SMA yang menjadi pecinta olahraga panjat tebing (climbing).
Advertisement
"Kegiatan panjat tebing di usia dini juga bisa mencegah hal negatif pada anak. Sebab, tidak sedikit anak-anak selepas sekolah, menghabiskan waktu luang dengan melakukan aktivitas tawuran atau hal negatif lainnya," ujar Desie Christiyana Sari, Rabu (26/2/2025).
Advertisement
Dikatakannya, fasilitas wall climbing dipandang sangat diperlukan, dalam upaya penyediaan sarana berlatih bagi siswa dan siswi di sekolah SD-SMA yang saat ini menekuni climbing untuk menjadi atlet profesional.
Dengan ketersediaan fasilitas wall climbing di sekolah dan GOR. Hal itu, kata anggota DPRD yang terpilih dari dapil Jakpus tersebut akan membantu KONI dan Pemprov DKI melahirkan atlet yang bisa mengharumkan nama Jakarta. "Khususnya pada setiap event olahraga, seperti PON atau pun kompetisi olahraga lainnya yang akan diikuti atlet dari Jakarta," paparnya.
Apalagi, sambung anggota DPRD DKI tiga periode itu, gubernur Pramono Anung merupakan tokoh yang sangat menyukai olahraga. Karena itu, Disorda DKI pun harus mensupport program Jakarta berolahraga yang sudah disampaikan gubernur Pramono Anung.
"Untuk ketersediaan fasilitas wall climbing itu, Pemprov tinggal melakukan penganggaran. Toh, anggaran yang dibutuhkan tidak besar jika difokuskan untuk peningkatan prestasi olahraga. Paling tidak untuk menyediakan 1 atau 2 wall climbing pada sekolah dan GOR yang ada di Jakarta," ujarnya.
Â
Beri Kemudahan
Lebih lanjut, penasehat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Jakarta Pusat itu berharap, agar pemprov dan KONI DKI memberikan kemudahan bagi siswa yang berprestasi saat meneruskan jenjang pendidikan lewat jalur prestasi olahraga.
Sebab, kata dia pengalaman yang dirasakan salah seorang orangtua siswa.Saat mengurus anaknya masuk sekolah lewat jalur prestasi, justru cenderung dipersulit dan harus meminta legalisir dan hal lainnya yang dirasakan sangat mempersulit proses tersebut.
"Pengalaman saya, ada siswa yang berprestasi di sekolah dan olahraga. Justru di ping-pong saat mengurus masuk sekolah. Saya kira ini sangat memalukan. Bagaimana anak mau berprestasi, jika saat meminta hak atas prestasi yang dibuat, justru dipersulit oleh pemerintah," kesalnya.
Karena itu, dia berharap jika proses pembentukan bibit atlet dimulai sejak dini dengan ketersediaan fasilitasnya berjalan baik. Hal yang juga perlu dilakukan pemprov dan KONI memerhatikan para atlet yang berprestasi dengan memberikan kemudahan bagi beasiswa sekolah. Agar, sambung Desie jangan lagi ada atlet yang sudah juara internasional, malah berakhir dengan tragis.
"Saya dapat info, ada atlet yang berprestasi internasional. Pasca tidak lagi menjadi atlet, hanya berjualan es keliling kampung. Seharusnya kalau pemprov memerhatikan para mantan atlet, hal sepeti ini tidak akan terjadi," tandasnya.
Advertisement
