Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya, termasuk cagar budaya bawah air. Dalam pidatonya, Fadli Zon menyoroti kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa, terutama di Kepulauan Riau, yang menjadi tempat lahirnya Bahasa Indonesia dan Melayu.
“Pulau Penyengat adalah pusat gravitasi budaya Melayu dan Bahasa Indonesia. Di sinilah Raja Ali Haji, pahlawan nasional kita, melahirkan karya-karya monumental yang menjadi fondasi bahasa persatuan kita,” ujar Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam kunjungan kerjanya ke Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, Senin, 10 Maret 2025.
Advertisement
Baca Juga
Fadli Zon mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Pulau Penyengat, yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional, merupakan langkah penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian warisan budaya di wilayah tersebut.
Advertisement
“Pulau Penyengat menyimpan banyak naskah kuno, masjid bersejarah, dan peninggalan Kesultanan Riau Lingga yang perlu kita jaga dan kembangkan,” tambahnya.
Selain itu, Fadli Zon juga menyinggung potensi besar Kepulauan Riau dalam hal cagar budaya bawah air. Menurut catatan, sekitar 50-60% benda muatan kapal tenggelam di Indonesia berada di perairan Kepulauan Riau.
“Ini adalah potensi besar yang harus kita kelola bersama, tidak hanya untuk pelestarian tetapi juga untuk mendukung ekonomi budaya dan industri kreatif,” jelasnya.
Fadli Zon menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian untuk mengoptimalkan pemanfaatan warisan budaya bawah air. “Kita perlu memikirkan bagaimana benda-benda bersejarah ini bisa diselamatkan sekaligus dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi, seperti pariwisata budaya dan industri kreatif,” ujarnya.
Peningkatan Jumlah Cagar Budaya yang Terdaftar
Ia juga menyoroti perlunya peningkatan jumlah cagar budaya yang terdaftar. Saat ini, Indonesia memiliki 228 cagar budaya, sementara warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) mencapai 2.213.
“Di Kepulauan Riau, baru dua cagar budaya yang terdaftar. Padahal, potensinya sangat besar,” ungkapnya.
Dalam pidatonya, Fadli Zon juga mengapresiasi peran Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. “Bahasa Indonesia adalah salah satu mukjizat kita sebagai bangsa yang beragam. Tanpa bahasa ini, sulit membayangkan bagaimana kita bisa bersatu,” katanya.
Ia menceritakan pengalamannya saat menjadi anggota DPR, di mana terlibat dalam pendirian Asosiasi Parlemen Berbahasa Indonesia-Melayu bersama Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. “Ini adalah bukti bahwa Bahasa Indonesia memiliki pengaruh global,” ujarnya.
Menteri Kebudayaan ini juga menekankan pentingnya adaptasi budaya di era digital. “Budaya digital akan menjadi gaya hidup dunia ke depan. Kita harus memastikan bahwa ekspresi budaya kita, baik yang tradisional maupun kontemporer, dapat diakses dan dinikmati oleh generasi muda melalui platform digital,” tegasnya.
Fadli Zon mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah, komunitas, dan pelaku budaya, untuk bekerja sama dalam memajukan kebudayaan Indonesia. “Kita memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya kita agar tetap relevan di masa depan,” tutupnya.
Kunjungan Fadli Zon ke Tanjung Pinang ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan Indonesia, terutama di wilayah Kepulauan Riau yang kaya akan sejarah dan warisan budaya.
Advertisement
Infografis
