Ada banyak wilayah di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah yang terdampak gempa berkekuatan 6,2 skala richter pada Selasa 2 Juli 2013 lalu. Ada desa yang mengalami rusak parah, ada yang sedang, dan ada yang ringan.
Tak hanya itu, akses-akses jalan menuju desa-desa dampak gempa begitu sulit. Ditambah jarak antardesa terbilang sangat jauh. Bisa lebih dari 10 kilometer.
Salah satu desa yang mengalami rusak parah adalah Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Pada Sabtu (6/7/2013), Liputan6.com mencoba menuju desa yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Posko Pengungsian Polri di Desa Rejewali, Ketol tersebut.
Jalan aspal menuju ke sana hanya memiliki lebar sekitar 2-3 meter. Jika ada dua kendaraan roda empat berpapasan, mau tak mau salah satu mobil harus benar-benar menepi dan berjalan pelan.
Di sisi lain, jalan tak melulu aspal. Ada beberapa bagian jalan berbatu kerikil dan berpasir harus dilalui. Belum lagi medan yang meliuk-liuk, naik-turun, di antara perbukitan, kian menyulitkan kendaraan.
Satu jam perjalanan berlalu, akhirnya Liputan6.com tiba di Desa Bah, Ketol. Desa ini berada di lembah di antara dua bukit. Dekat dengan sungai yang mengalir di desa itu.
Bah adalah desa terdekat sebelum Desa Serempah. Di desa ini juga beberapa bangunan rumah tampak hancur. Beberapa tenda pengungsian pun berdiri di depan bangunan yang hancur.
Dari Bah menuju Serempah tinggal 2-3 kilometer lagi. Namun lagi-lagi, jalan menuju ke sana meliuk-liuk dan naik-turun. Bahkan, jalur menuju ke Serempah lebih sulit lagi. Berbatu, berpasir, dan berlubang dalam. Hingga membuat setiap kendaraan harus berhati-hati agar tidak tergelincir ke jurang yang ada di pinggir jalan.
Setelah melalui medan yang terjal, Liputan6.com tiba di Desa Serempah. Di sini bangunan rumah juga banyak yang rata tanah.
Bahkan, akses jalan dari Serempah menuju Desa Kunyang terputus. Longsor bersama belasan rumah ke dasar sungai sedalam sekitar 500 meter.
Tentu akses jalan yang menyulitkan itu juga menjadi kendala penyaluran bantuan atau mengevakuasi korban gempa yang selamat ke tenda posko pengungsian.
"Jujur, penyaluran bantuan terbilang sangat sulit. Kita harus hati-hati ke sini. Akses sulit juga bikin warga tidak mau dievakuasi," kata seorang prajurit TNI AD yang tidak mau disebutkan namanya.
Ini baru Serempah. Banyak desa lain memiliki kesulitan serupa terhadap akses jalannya. (Yus)
Tak hanya itu, akses-akses jalan menuju desa-desa dampak gempa begitu sulit. Ditambah jarak antardesa terbilang sangat jauh. Bisa lebih dari 10 kilometer.
Salah satu desa yang mengalami rusak parah adalah Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Pada Sabtu (6/7/2013), Liputan6.com mencoba menuju desa yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Posko Pengungsian Polri di Desa Rejewali, Ketol tersebut.
Jalan aspal menuju ke sana hanya memiliki lebar sekitar 2-3 meter. Jika ada dua kendaraan roda empat berpapasan, mau tak mau salah satu mobil harus benar-benar menepi dan berjalan pelan.
Di sisi lain, jalan tak melulu aspal. Ada beberapa bagian jalan berbatu kerikil dan berpasir harus dilalui. Belum lagi medan yang meliuk-liuk, naik-turun, di antara perbukitan, kian menyulitkan kendaraan.
Satu jam perjalanan berlalu, akhirnya Liputan6.com tiba di Desa Bah, Ketol. Desa ini berada di lembah di antara dua bukit. Dekat dengan sungai yang mengalir di desa itu.
Bah adalah desa terdekat sebelum Desa Serempah. Di desa ini juga beberapa bangunan rumah tampak hancur. Beberapa tenda pengungsian pun berdiri di depan bangunan yang hancur.
Dari Bah menuju Serempah tinggal 2-3 kilometer lagi. Namun lagi-lagi, jalan menuju ke sana meliuk-liuk dan naik-turun. Bahkan, jalur menuju ke Serempah lebih sulit lagi. Berbatu, berpasir, dan berlubang dalam. Hingga membuat setiap kendaraan harus berhati-hati agar tidak tergelincir ke jurang yang ada di pinggir jalan.
Setelah melalui medan yang terjal, Liputan6.com tiba di Desa Serempah. Di sini bangunan rumah juga banyak yang rata tanah.
Bahkan, akses jalan dari Serempah menuju Desa Kunyang terputus. Longsor bersama belasan rumah ke dasar sungai sedalam sekitar 500 meter.
Tentu akses jalan yang menyulitkan itu juga menjadi kendala penyaluran bantuan atau mengevakuasi korban gempa yang selamat ke tenda posko pengungsian.
"Jujur, penyaluran bantuan terbilang sangat sulit. Kita harus hati-hati ke sini. Akses sulit juga bikin warga tidak mau dievakuasi," kata seorang prajurit TNI AD yang tidak mau disebutkan namanya.
Ini baru Serempah. Banyak desa lain memiliki kesulitan serupa terhadap akses jalannya. (Yus)