Hii.. Siswa Temukan Ulat di Sajian MBG Kudus, Tempenya Bau Kecut

Pada pelaksanaan MBG hari keenam, lebih dari 50 kotak makan ditemukan dalam kondisi tidak layak konsumsi

oleh Tim Regional Diperbarui 23 Apr 2025, 02:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 02:30 WIB
Salah satu siswa di SMA Negeri Kudus sedang mengambil kotak menu MBG. (Liputan6.com/Arief Pramono)
Salah satu siswa di SMA Negeri Kudus sedang mengambil kotak menu MBG. (Liputan6.com/Arief Pramono)... Selengkapnya

Liputan6.com, Kudus - Kekhawatiran banyak pihak terkait kualitas dan kebersihan menu makanan yang disajikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi pelajar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kini mulai mencuat.

Kondisi itu terjadi dalam pelaksanaan program MBG bagi pelajar di wilayah Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah baru-baru ini. Sejumlah siswa dan pihak sekolah di SMA Negeri 1 Kudus mengeluhkan kualitas makanan yang dinilai tak layak konsumsi.

Ironisnya lagi, siswa di SMA Negeri 1 Kudus menemukan ulat pada tumis kacang. Temuan itu saat mereka hendak menyantap menu makanan bergizi gratis yang diterimanya.

Selain mendapati sayur yang terdapat ulat, nasi yang disajikan saat hari pertama pelaksanaan MBG di SMA setempat juga didapati nasinya kurang matang dan keras.

Wakil Kepala SMA 1 Kudus, Sulistyani mengatakan, menu makanan MBG yang diterima disekolahnya dikirim oleh pihak dapur Sentra Produksi Pangan Gizi (SPPG) berinisial DK yang berlokasi di Desa Jepang Pakis.

“Program MBG di SMA Negeri 1 Kudus mulai berjalan sejak 14 April 2025,” ujar Sulistyani yang dikonfirmasi wartawan di SMA Negeri 1 Kudus pada Selasa (22/4/2025).

Menurut Sulis, program MBG kali ini diberikan bagi siswa kelas 10 dan 11, dengan total penerima manfaat sebanyak 823 orang. Sedangkan untuk siswa kelas 12 masih dalam tahap pengajuan untuk tahun mendatang.

“Pada hari pertama pelaksanaan, banyak keluhan dari siswa kami. Ada ulat dalam tumis kacang, nasi terasa ngletis (belum matang sempurna), dan pengiriman terlambat,” terang Sulistyani.

Sulis menyebut, keluhan serupa juga berlanjut pada hari-hari berikutnya. Yakni pada pelaksanaan MBG hari keenam, lebih dari 50 kotak makan ditemukan dalam kondisi tidak layak konsumsi.

“Menu ayam bumbu kecap yang disediakan tercium bau kecut dan terasa basi. Kotak aluminium pembungkus makanan terlihat berminyak dan seperti tidak dicuci bersih. Buah yang disertakan juga dinilai kurang layak,” ucap Sulis.

Terkait kondisi tersebut, Sulistyani mengaku telah menyampaikan keluhan secara resmi kepada pihak dapur SPPG. Keluhan itu juga telah direspons pihak SPPG.

“Untuk pengiriman makanan hari ini, kami melihat sudah ada perbaikan. Makanan yang dikirim dalam kondisi baik dan layak konsumsi,” tukasnya.

Sulistyani pun berharap pengawasan mutu makanan MBG yang didistribusikan kepada para siswa agar lebih ketat. Langkah tersebut demi menjamin keamanan dan kenyamanan siswa.

Sementara itu, salah satu siswa SMAN 1 Kudus M. Zaafani Musyaffa’ mengaku bahwa nasi yang disantapnya kurang matang dan teksturnya keras, saat hari pertama pelaksanaan MBG pada Senin (14/4) lalu.

Bahkan Zaafani juga sempat mendengar, jika di kelas lain ada yang menemukan ulat yang terdapat dalam sayur kacang panjang.

Siswa kelas XI SMA 1 Kudus ini juga pernah mendapatkan menu makan dengan bau yang tidak sedap, terutama ayamnya. Sedangkan sayurnya kurang matang dan tempe juga terasa asam.

"Untuk nasi tidak ada permasalahan. Sedangkan yang bermasalah hanya ayam dan tempe. Untuk hari ini (22/4) tidak ada permasalahan," terang Zaafani.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Dandim Kudus Tegur SPPG

Dandim 0722/Kudus, Letkol Inf. Hermawan Setya Budi memberikan teguran kepada pihak dapur SPPG yang penyediaan makanan. (Liputan6.com/Arief Pramono)
Dandim 0722/Kudus, Letkol Inf. Hermawan Setya Budi memberikan teguran kepada pihak dapur SPPG yang penyediaan makanan. (Liputan6.com/Arief Pramono)... Selengkapnya

Dikonfirmasi, Komandan Kodim (Dandim) 0722/Kudus, Letkol Inf. Hermawan Setya Budi mengaku segera memberikan teguran kepada pihak dapur SPPG yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan tersebut.

Menurut Hermawan, pihaknya segera turun langsung mengawal ketat pelaksanaan program MBG di Kabupaten Kudus. Langkah pengawalan itu untuk memastikan kualitas makanan dalam program MBG layak konsumsi dan memenuhi standar kebersihan.

“Saya akan cek langsung ke lapangan dan saya akan kawal ketat pelaksanaan program MBG. Kalau memang ada aduan dari siswa, pasti akan saya tindaklanjuti,” ujar Letkol Hermawan saat dikonfirmasi pada Selasa (22/4/2025).

Hermawan pun menyebut pentingnya pelayanan MBG yang optimal. Apalagi program ini menyasar kebutuhan gizi bagi para pelajar. Karena itu, tidak boleh ada kompromi dalam hal kualitas makanan untuk siswa.

“Program MBG harus benar-benar dijalankan dengan maksimal. Kalau ada kekurangan, harus segera diperbaiki dan dievaluasi. Tujuannya agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh para siswa,” tukas Hermawan.

Hermawan juga menegaskan, setiap SPPG didampingi ahli gizi yang bertanggung jawab memeriksa kualitas makanan yang diberikan kepada siswa.

“Jangan sampai ada peristiwa keracunan atau sejenisnya akibat MBG seperti di daerah lain,” imbuh Hermawan.

Hermawan mengakui adanya keterbatasan jumlah dapur SPPG menjadi salah satu kendala. Saat ini, hanya ada tiga dapur yang melayani kebutuhan makan gratis tersebut.

“Dapur masih terbatas di tiga titik. Mungkin ini yang membuat pelayanan belum optimal. Ini yang perlu kita evaluasi agar pelayanannya bisa lebih maksimal ke depannya,” pungkasnya.

Kata Wagub Taj Yasin

Wakil Kepala SMA 1 Kudus Sulistyani telah menyampaikan keluhan secara resmi kepada pihak dapur SPPG. (Liputan6.com/Arief Pramono)
Wakil Kepala SMA 1 Kudus Sulistyani telah menyampaikan keluhan secara resmi kepada pihak dapur SPPG. (Liputan6.com/Arief Pramono)... Selengkapnya

Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin meminta kepada pelaksana program MBG agar menjamin kebersihan dan kualitas makanan yang disajikan.

“Saya mohon dijaga kebersihannya, dijaga kualitasnya. Tadi saya dengar di salah satu kabupaten yang makanannya sudah tidak baik. Nah, ini harus kita tinjau,” ujar Taj Yasin usai berkegiatan di Kabupaten Kudus pada Jumat (18/4/2025).

Taj Yasin pun mengingatkan, bahwa program MBG bukanlah sekadar bagi-bagi makanan. Namun tetap akan ada proses evaluasi dan akreditasi bagi pelaksananya. “Kalau memang baik, layak, ya diteruskan. Kalau tidak, bisa diganti,” ujar pria yang juga sebagai Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan MBG Jawa Tengah ini.

Taj Yasin menyebut, hingga kini sudah ada 129 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG, yang tersebar di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah.

“Di Kabupaten Kudus sendiri sudah ada lima dapur yang berjalan. Kemarin kami sudah kumpulkan seluruh Sekda kabupaten/ kota di Jawa Tengah di Semarang untuk koordinasi,” imbuhnya.

Taj Yasin menegaskan, program MBG bukan hanya untuk memenuhi gizi anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan. Program tersebut akan terus dimonitor dan dievaluasi secara berkala.

Sebagai informasi, hingga saat ini telah didirikan tiga dapur SPPG yang beroperasi di wilayah Kota Kretek. Yakni adalah dapur SPPG milik Ponpes Nashrul Ummah di Kecamatan Mejobo, yang sudah berjalan sejak Februari 2025.

Selanjutnya kehadiran dua dapur SPPG baru, yang mulai beroperasi pekan lalu. Dua SPPG baru ini yaitu Ponpes Al Khalimi di Kecamatan Jekulo dan Dani Katering di Kecamatan Kota.

Untuk teknis pelaksanaannya, masing-masing dapur SPPG ditugaskan menyiapkan sekitar 3.000 porsi makanan per hari. Ribuan porsi makanan ini didistribusikan bagi sekolah-sekolah penerima manfaat MBG dalam radius 2 kilometer dari lokasi dapur.

(Arief Pramono)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya