Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan tengah mempertimbangkan kemungkinan adanya kehidupan di planet yang mengorbit bintang mati, atau katai putih. Selama ini, kehidupan diyakini hanya dapat berkembang di sekitar bintang aktif seperti matahari yang mampu menyuplai energi dalam jangka waktu lama.
Namun, penelitian terbaru mulai menggoyahkan anggapan tersebut. Penelitian yang dimuat di jurnal The Astrophysical Journal dan dilansir oleh laman Science Alert pada Selasa (22/04/2025), mengungkapkan bahwa planet yang mengorbit katai putih (white dwarf) mungkin memiliki kondisi yang mendukung kehidupan.
Advertisement
Diperkirakan ada lebih dari 10 miliar bintang katai putih di galaksi Bima Sakti, yang membuka peluang sangat besar terhadap keberadaan dunia-dunia asing yang layak huni. Katai putih adalah sisa dari bintang bermassa rendah hingga menengah yang telah kehabisan bahan bakar nuklirnya.
Advertisement
Baca Juga
Setelah melalui fase raksasa merah, di mana bintang mengembang secara ekstrem, lapisan luar bintang akan terlepas dan membentuk nebula planet. Inti bintang yang tersisa kemudian menyusut dan menjadi katai putih, objek berukuran kecil (sekitar seukuran bumi) namun dengan massa mendekati matahari.
Akibatnya, katai putih menjadi salah satu benda paling padat di alam semesta, hanya kalah padat dari bintang neutron dan lubang hitam. Meski tidak lagi menghasilkan energi melalui fusi nuklir, katai putih tetap memancarkan panas dan cahaya selama miliaran tahun karena energi termal yang tersisa.
Radiasi ini cukup untuk menciptakan "zona layak huni" atau habitable zone di sekitarnya. Zona di mana suhu memungkinkan air tetap berada dalam bentuk cair, salah satu syarat utama bagi kehidupan seperti yang kita kenal.
Â
Planet Gas Raksasa
Salah satu temuan yang memperkuat potensi ini adalah planet WD 1856 b, sebuah planet gas raksasa berukuran mirip Jupiter yang mengorbit sangat dekat dengan katai putih. Fakta bahwa planet sebesar itu dapat bertahan di orbit sedekat itu setelah bintang induknya berevolusi menjadi katai putih menunjukkan bahwa planet lain.
Termasuk planet berbatu seperti bumi, juga mungkin bertahan dan bahkan terbentuk kembali setelah fase kehancuran. Namun, terdapat tantangan besar.
Fase raksasa merah yang mendahului katai putih sangat destruktif dan dapat menelan atau menghancurkan planet-planet yang berada terlalu dekat. Selain itu, atmosfer planet yang mengorbit katai putih harus cukup tebal untuk melindungi dari radiasi ultraviolet dan sinar-X yang bisa dilepaskan oleh katai putih selama tahap pendinginan awalnya.
Kendati demikian, model simulasi terbaru menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, planet-planet ini tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga memiliki potensi untuk mempertahankan atmosfernya, bahkan mungkin membentuk ekosistem yang unik. Jika planet tersebut terbentuk atau bermigrasi ke zona layak huni setelah bintang menjadi katai putih, maka potensi munculnya kehidupan mungkin masih terbuka lebar.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dinamika atmosfer, komposisi permukaan, serta kemungkinan adanya air dan unsur kimia penting di planet-planet ini. Dengan kemajuan teknologi teleskop seperti James Webb Space Telescope (JWST) dan proyek-proyek masa depan seperti teleskop LUVOIR dan misi exoplanet lainnya, para ilmuwan berharap dapat mendeteksi biosignatur atau tanda-tanda kehidupan di sekitar katai putih.
(Tifani)
Advertisement
