Hari Bumi, Simak 7 Rekomendasi Destinasi Wisata Ramah Lingkungan

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam memperingati Hari Bumi, salah satunya mengunjungi destinasi wisata ramah lingkungan di Indonesia. Mengutip dari laman Kemenpar RI, berikut rekomendasi destinasi wisata ramah lingkungan di Indonesia.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 23 Apr 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 03:00 WIB
Desa Wisata Les di Buleleng Bali Dinobatkan Sebagai Desa Terbaik ADWI 2024, Ada Apa Saja di Sana?
Air Terjun Yeh Mampeh di Desa Wisata Les, Buleleng, Bali. (dok. Jadesta)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Bumi atau Earth Day diperingati setiap 22 April. Sejak 1970, peringatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran terkait krisis iklim dan lingkungan.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam memperingati Hari Bumi, salah satunya mengunjungi destinasi wisata ramah lingkungan di Indonesia. Mengutip dari laman Kemenpar RI, berikut rekomendasi destinasi wisata ramah lingkungan di Indonesia:

1. Desa Wisata Krebet (Bantul, Yogyakarta)

Desa Wisata Krebet berada di Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebelum menjadi desa wisata dengan segudang daya tarik, dahulu desa ini merupakan desa kecil di perbukitan kapur.

Mayoritas masyarakat di desa ini dahulu fokus pada pertanian sebagai sektor ekonomi utama. Kemudian pada pertengahan 1970-an, sebagian masyarakat mulai membuat kerajinan berbahan kayu.

Dari yang awalnya berupa kerajinan sederhana, kemudian berkembang menjadi kerajinan yang lebih detail. Beberapa hasil kerajinan kayu buatan masyarakat setempat, meliputi patung, wayang, topeng, hingga batik.

Wisatawan berkesempatan mendapatkan pengalaman seru membatik kayu saat berkunjung ke desa ini. Wisatawan juga bisa berkunjung ke air terjun yang berada dekat desa ini, di antaranya Air Terjun Pulosari, Air Terjun Banyunibo, dan Air Terjun Kedung Pengilon. Pada 2024, Desa Wisata Krebet masuk ke dalam salah satu nominasi dari 50 Besar ADWI.

2. Desa Wisata Les (Buleleng, Bali)

Desa Wisata Les berlokasi di Kabupaten Buleleng, Bali. Desa ini menawarkan pengalaman berwisata di tengah suasana alam yang menenangkan.

Wisatawan bisa melihat indahnya Air Terjun Yeh Mampeh. Air terjun ini merupakan salah satu air terjun tertinggi di Bali. Bagi pencinta trekking, bisa menuju ke Bukit Yangudi.

Desa wisata ini juga memungkinkan wisatawan untuk melakukan aktivitas snorkeling bersama kelompok pemerhati terumbu karang. Mereka berperan aktif dalam menjaga kelestarian ekosistem bawah laut setempat.

Daya tarik lain dari Desa Wisata Les adalah produksi garam palungannya. Proses produksi garam di sini dibuat dengan metode tradisional tanpa bahan kimia tambahan.

Masyarakat setempat juga membuat inovasi garam dengan aneka rasa, seperti rosemary dan pedas, yang didukung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Garam produksi Desa Wisata Les bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar Bali dan luar negeri. Pada 2024, Desa Wisata Les meraih penghargaan sebagai Desa Wisata Terbaik di Indonesia dalam Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.

 

Desa Wisata Jatiluwih (Tabanan, Bali)

3. Desa Wisata Jatiluwih (Tabanan, Bali)

Selain Desa Wisata Les, Bali juga memiliki desa wisata ramah lingkungan yang berada di wilayah Tabanan. Adalah Desa Wisata Jatiluwih yang bahkan sudah dikenal hingga mancanegara.

Berlokasi di lereng gunung tertinggi kedua di Bali, Gunung Batukaru, desa wisata ini menawarkan suasana yang alami, dingin, dan sejuk. Salah satu hal yang terkenal di desa ini adalah sistem pengairan sawah tradisional khas Bali yang disebut subak

Subak telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO karena mencerminkan keharmonisan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan (spiritualitas). Hal ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana dalam agama Hindu yang dianut oleh mayoritas orang Bali.

Daya tarik lain di desa wisata ini adalah kekayaan flora, fauna, serta hasil bumi yang luar biasa. Wisatawan bisa trekking, bersepeda, hingga bertani. Pada 2024, desa wisata ini meraih penghargaan sebagai salah satu desa wisata terbaik di dunia dari United Nations (UN) Tourism.

4. Ekowisata Tangkahan (Langkat, Sumatra Utara)

Selanjutnya, ada Ekowisata Tangkahan yang berlokasi di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Berlokasi di dekat perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser, destinasi wisata ini menawarkan pengalaman berlibur yang menyenangkan dengan menjelajahi alam.

Konon, Desa Tangkahan muncul dari kesadaran masyarakat terkait kerusakan lingkungan karena penebangan liar di Kawasan Leuser. Peristiwa tersebut terjadi sekitar era 1980 hingga 1990-an.

Masyarakat setempat kemudian mengembangkan kawasan ini menjadi destinasi ekowisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saat ini, Ekowisata Tangkahan dikenal sebagai salah satu tempat konservasi fauna endemik Sumatra, yakni gajah sumatra.

5. Pulau Macan Eco Lodge (Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Pulau Macan Eco Lodge berada di Pulau Macan, Kepulauan Seribu, Jakarta. Lokasinya yang berada di gugusan utara Kepulauan Seribu dan agak jauh dari Teluk Jakarta menjadikannya masih terasa alami, asri, bersih, dan segar.

Pulau Macan Eco Lodge menawarkan sensasi wisata ramah lingkungan dengan konsep ecotourism (ekoturisme). Kawasan wisata ini mengimplementasikan penggunaan listrik tenaga surya, material kayu daur ulang pada bangunan penginapan, kebijakan bebas plastik, tidak terdapat AC (Air Conditioner) pada kamar, hingga program pelestarian terumbu karang dan mangrove.

Wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas bahari menarik, seperti berenang, snorkeling, kayaking, atau sekadar bersantai menikmati suasana pantai. Menjelang sore, wisatawan dapat menyaksikan indahnya panorama matahari terbenam sambil menyantap makan malam.

 

Tambling Wildlife Nature Conservation (Lampung Barat, Lampung)

6. Tambling Wildlife Nature Conservation (Lampung Barat, Lampung)

Pulau Sumatra juga memiliki destinasi wisata ramah lingkungan yang disebut Tambling Wildlife Nature Conservation, Kabupaten Lampung Barat, Lampung.  Tambling Wildlife Nature Conservation masih menjadi bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Kawasan ini dikenal sebagai kawasan konservasi harimau sumatra. Saat ini, hanya tersisa sekitar 400 ekor harimau sumatra di dunia.

Sebelum seperti sekarang, dahulu kawasan ini mengalami deforestasi hingga 20 persen. Aktivitas perburuan liar dan memancing yang tidak ramah lingkungan juga turut merusak keanekaragaman biodiversitas Tambling.

Pada 1996, kawasan ini mulai dikelola oleh Yayasan Artha Graha Peduli sebagai kawasan konservasi alam. Saat ini, Tambling Wildlife Nature Conservation menjadi lokasi ideal bagi perlindungan flora dan fauna khas Sumatra. Dalam lahan seluas 48.153 hektare hutan dan 14.089 hektare Kawasan pesisir, terdapat 187 spesies burung dan 63 spesies reptil.

7. Taman Nasional Tanjung Puting (Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah)

Taman Nasional Tanjung Puting berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Daya tarik utama destinasi wisata ini adalah fauna khas Kalimantan, orang utan.

Kawasan ini sekaligus menjadi salah satu kawasan konservasi orang utan Kalimantan terbesar di Indonesia. Luasnya bahkan mencapai 415.040 hektare.

Pada era Hindia Belanda, Tanjung Puting merupakan cagar alam dan suaka margasatwa. Pada 25 Oktober 1996, kawasan ini berubah menjadi Taman Nasional.

Hingga saat ini, Taman Nasional Tanjung Puting masih menjadi salah satu kawasan konservasi terkemuka di Indonesia. Wisatawan dapat berinteraksi dengan orang utan dari jarak dekat.

Selain orang utan, ada juga owa kalimantan, bekantan, rusa, beruang madu, dan aneka burung. Wisatawan bisa menjajal pengalaman yang lebih menyenangkan dengan mengikuti paket wisata bermalam di kapal sambil menyusuri Sungai Sekonyer.

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya