Menyambut datangnya Bulan Haji atau Bulan Dzulhijah dalam peninggalan Jawa. Warga Desa Kemiren Banyuwangi, Jawa Timur menggelar ritual tumpeng sewu.
Apa makna dan bagaimana pelaksanaan ritual ini? Berikut informasi yang dihimpun dalam Liputan 6 SCTV, Senin (7/10/2013).
Malam semakin gelap di Desa Adat Using tapi geliat aktivitas warga belum berhenti. Mereka justru semakin sibuk, karena akan mengelar ritual tumpeng sewu.
Setiap satu keluarga menyiapkan 2 hingga 3 nasi tumpeng, berupa nasi diwadahi daun pisang dan ayam bakar, serta sambal urap khas warga setempat yang biasa disebut pecel pitik.
Sebagai pembuka ritual, kesenian barong diiringi musik hadrah diarak keliling kampung atau disebut ider bumi. Setelah doa dibacakan oleh sesepuh desa, nasi tumpeng siap dinikmati bersama.
Banyaknya warga yang mengikuti ritual membuat deretan nasi tumpeng dan obor memanjang di pinggir jalan hingga 2 kilometer.
Setiap tahun, ritual tersebut selalu dilaksanakan. Warga khawatir, jika ritual tidak dilaksanakan warga desa akan tertimpa musibah. (Tnt/Yus)
Apa makna dan bagaimana pelaksanaan ritual ini? Berikut informasi yang dihimpun dalam Liputan 6 SCTV, Senin (7/10/2013).
Malam semakin gelap di Desa Adat Using tapi geliat aktivitas warga belum berhenti. Mereka justru semakin sibuk, karena akan mengelar ritual tumpeng sewu.
Setiap satu keluarga menyiapkan 2 hingga 3 nasi tumpeng, berupa nasi diwadahi daun pisang dan ayam bakar, serta sambal urap khas warga setempat yang biasa disebut pecel pitik.
Sebagai pembuka ritual, kesenian barong diiringi musik hadrah diarak keliling kampung atau disebut ider bumi. Setelah doa dibacakan oleh sesepuh desa, nasi tumpeng siap dinikmati bersama.
Banyaknya warga yang mengikuti ritual membuat deretan nasi tumpeng dan obor memanjang di pinggir jalan hingga 2 kilometer.
Setiap tahun, ritual tersebut selalu dilaksanakan. Warga khawatir, jika ritual tidak dilaksanakan warga desa akan tertimpa musibah. (Tnt/Yus)