Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto sempat menyinggung kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait tarif impor perdagangan saat acara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta.
Dia pun mengulas semangat para pendiri bangsa untuk membangun ekonomi Indonesia di atas kali sendiri.
Baca Juga
"Ekonomi kita apa? Ekonomi kita berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, berarti ekonomi kita harus berdasarkan sila-sila itu. Harus berketuhanan, harus mengandung persatuan Indonesia. Kita tidak mau pertumbuhan-pertumbuhan tapi Indonesia bubar, tidak mau,” tutur Prabowo dalam sambutan sekaligus membuka acara sarasehan ekonomi, Selasa (8/4/2025).
Advertisement
Prabowo menegaskan, pemerintah tidak mau menjual kekayaan Indonesia dengan murah, termasuk urusan menjual tanah kepada bangsa asing. Tujuan utamanya adalah mengedepankan persatuan negara dan kemanusiaan untuk rakyat.
"Kita tidak mau yang lemah ditinggal, kita tidak mau yang miskin disuruh bersaing dengan yang kuat. Saudara-saudara, ini dasar kerakyatan dan tujuan terakhirnya adalah keadilan sosial. Ini yang mendasari pemerintah kita, dan pelaksanaannya pasal-pasal ekonomi yang ada di UUD 1945 Pasal 33. Bahwa ekonomi kita asasnya adalah kekeluargaan,” jelas dia.
Ketua Umum Partai Gerindra ini menyatakan, tidak boleh ada rakyat yang lapar di negeri merdeka 80 tahun ini, termasuk tidak boleh ada masyarakat yang tinggal di kolong jembatan, tidak makan, dan berbagai hal yang menusuk rasa keadilan.
"Ini yang mendasari dan kita buat strategi. Strategi kita ternyata adalah sejalan dengan PBB, dengan UN, Sustainable Development Goals (SDG) yang utama adalah food, energy, water dan sasaran SDG-SDG lainnya,” katanya.
Wujudkan Swasembada
Sebab itu, sambungnya, swasembada pangan menjadi sasaran utama yang mesti berhasil diwujudkan, termasuk swasembada energi, swasembada manajemen air, hingga swasembada industrialisasi demi menambah nilai Tanah Air di mata dunia.
"Apa yang terjadi sekarang goncangan dunia akibat negara ekonominya terkuat membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan peningkatan tarif yang begitu tinggi kepada banyak negara, ini bisa dikatakan menimbulkan ketidakpastian dunia. Banyak negara yang cemas,” terang dia.
"Padahal sebenernya pendiri-pendiri bangsa kita sejak dulu, termasuk saya sejak dulu, saya sudah ingatkan mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri,” Prabowo menandaskan.
Advertisement
Saham Asia Anjlok Usai Tarif Impor Dinaikkan
Sebelumnya, Pasar Asia-Pasifik memperpanjang aksi jualnya pada hari Senin karena kekhawatiran atas perang perdagangan global yang dipicu oleh tarif Presiden AS Donald Trump memicu sentimen penghindaran risiko.
Bursa saham Jepang memimpin penurunan di kawasan tersebut pada awal perdagangan. Indeks acuan Nikkei 225 anjlok 8,03% sementara indeks Topix yang lebih luas anjlok 8,64%.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 4,34% saat pembukaan, sementara indeks saham Kosdaq berkapitalisasi kecil turun 3,48%.
S&P/ASX 200 Australia turun 6,07% saat pembukaan. Indeks acuan tergelincir ke wilayah koreksi dengan penurunan 11% sejak level tertinggi terakhirnya pada bulan Februari, pada sesi sebelumnya.
Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada pada level 22.772, menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibanding penutupan terakhir HSI pada level 22.849,81.
Kontrak berjangka AS anjlok karena harapan investor terhadap keberhasilan negosiasi pemerintahan Trump dengan negara-negara untuk menurunkan suku bunga pupus.
Harga Minyak Anjlok
Sementara itu, harga minyak mentah AS anjlok di bawah USD 60 per barel pada hari Minggu di Amerika Serikat. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun lebih dari 3% menjadi USD 59,74, terendah sejak April 2021.
Pejabat ekonomi utama Trump menepis kekhawatiran akan inflasi dan resesi, dengan menyatakan bahwa tarif akan tetap berlaku apa pun yang terjadi di pasar.
Saham di AS mengalami aksi jual tajam pada hari Jumat lalu, setelah China membalas dengan tarif baru atas barang-barang Amerika Serikat, yang memicu kekhawatiran akan perang dagang global yang dapat menyebabkan resesi di ekonomi terbesar di dunia.
Advertisement
