[VIDEO] Kampung Mataram Kuno di Liyangan

Jejak di Temanggung, khusunya Situs Liyangan, mejadi kunci untuk memecahkan teka-teki kehidupan masyarakat di masa Mataram Kuno.

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 11 Nov 2013, 03:06 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2013, 03:06 WIB
potret-candii-2-131110d.jpg
Medang, jantung Pulau Jawa di abad VIII hingga X milik kerajaan yang kini dikenal dengan sebutan Mataram Kuno. Candi-candi monumental yang tersebar dari dataran Kedung sampai Prambanan tak cuma sebagai simbol poros kekuasaan, tapi juga bukti kejanyaan kerajaan bernapas Hindu dan Buddha itu.

Situs Ratu Boko menjadi saksi bisu keyakinan Hindu dan Buddha berjalan harmonis. Prasasti Abhayagiri Vihara menunjukkan keraton sekaligus benteng pertahanan yang dibangun di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut ini sebagai saksi gonjang-ganjing kekuasaan 2 dinasti, Sanjaya dan Syailendra.

Sejumlah arkeolog yakin prahara politik berperan dalam kehancuran Mataram Kuno. Banyak pula peneliti yang percaya hancurnya Mataram Kuno karena bencana meletusnya Gunung Merapi.

Jejak di Temanggung, Jawa Tengah, khusunya Situs Liyangan, mejadi kunci untuk memecahkan teka-teki kehidupan masyarakat di masa Mataram Kuno. Identitas kerajaan agraris ini mulai terkuak pada 2008. Ketika muntahan material Gunung Sindoro dikupas para pencari pasir.

Dari para penambang pula misteri permukiman mataram kuno terungkap. Di balik gundukan pasir ternyata tersimpan tata hidup masyarakat Medang.

Banyak ditemukan gerabah di sana, begitu pula pecahan keramik dari China abad VIII hingga IX masehi. Luas Situs Liangan lumayan besar. Lebih dari 6 hektare berada di areal yang sama dengan penambangan pasir.

Untuk mengindari risiko hilang atau rusak, tahun lalu dibentuk tim peduli Situs Liangan. Anggota 13 orang, saban hari mereka mengawasi wilayah yang sarat benda-benda purbakala.

"Ketika ada ekskavasi kami atau tim ini menjadi subjek, kami ingin beri sesuatu pada desa kami," kata Sofiodin Ansori, Pembina Tim Peduli Situs Liyangan dalam tayangan Potret Liputan 6 SCTV, Senin (11/11/2013).

"Tentunya akan ada museum di area sini sehingga benar-benar situs ini punya cerita tidak terpotong-potong, ketika suatu benda ditaruh di museum mana tentunya akan terpotong. Diharapkan cerita ini lengkap di sini," tambah dia. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya