Kiai Sahal Mahfudh, Paman Gus Dur yang Juga `Nyentrik`

Dalam pemahaman Kiai Sahal, ibadah memiliki dua dimensi: ibadah individual dan ibadah sosial.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Jan 2014, 10:28 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2014, 10:28 WIB
profil-kiai-sahal-140123b.jpg
Rais Aam Nahdlatul Ulama KH Sahal Mahfudh wafat di Pati, Jawa Tengah, dini hari tadi. Sejak 1963, Kiai Sahal memimpin Pondok Pesantren Maslakul Huda di Kajen Margoyoso, Pati, Jateng peninggalan ayahnya, KH Mahfudh Salam.

Almarhum ternyata punya berkerabat dekat dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. KH Mahfudh, ayahanda Kiai Sahal adalah sepupu KH Bisri Syamsuri, kakek Gus Dur dari pihak ibu.

Pada Muktamar Ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Solo, 2004, paman dan kemenakan itu ”bertarung” untuk posisi Rais Aam PB NU. Sang paman menang.

Kiai Sahal memanggil Gus Dur dengan nama Durrahman. Soal Gus Dur, Kiai Sahal menyatakan, "Durrahman itu bukan tokoh yang kontroversial seperti ditulis di koran. Tetapi dia memang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata kebanyakan orang dan selalu berpikir jauh lebih maju dari kita,” ujar Kiai Sahal.

Mereka berdua dekat. Bersama Gus Dur juga, Kiai Sahal pernah "menyimpang" dari dunia pesantren ketika memimpin Proyek Pengembangan Masyarakat  dari LP3ES. Beberapa kalangan di pesantren mencibir pilihan ini.

Ada 3 agenda dalam proyek ini, pertama, pelestarian lingkungan terkait pencemaran limbah dari pabrik tepung tapioka. Kedua, memperkenalkan teknologi terapan bagi penduduk desa, yaitu tungku yang dapat menghemat energi dan biaya.

Terakhir, Kiai Sahal merintis perkembangan organisasi ekonomi yang mandiri di kalangan rakyat pedesaan atau semacam home industry.

Dalam pemahaman pria kelahiran 17 Desember 1937 itu, ibadah memiliki 2 dimensi: ibadah individual dan ibadah sosial. Kedua aktifitas itu harus berjalan seiring, tidak boleh ada pemilahan atau penekanan pada salah satu.

"Kiai Sahal berinisiatif untuk mengkaji ulang konstruksi fikih yang ada dengan nalar ijtihadnya, hingga memunculkan istilah fikih sosial. Istilah tersebut mengartikan bahwa cara berpikir dan bertindak sebagai sebuah ijtihad dalam melihat realitas sosial...tanpa menghilangkan substansi tekstual/normatifnya dari Al Quran dan hadis," tulis Arief Aulia Rachman untuk tesisnya di UIN Sunan Kalijaga.

Almarhum memang dekat dengan dunia akademis. Kiai Sahal pernah menjadi staf pengajar di Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati, dosen di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, bahkan menjadi Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama Jepara. (Yus)

Baca juga:

KH Sahal Mahfud Wafat, SBY: Beliau Tokoh Meneduhkan

Kiai Sahal Mahfudh Wafat, JK: Indonesia Beruntung Memiliki Beliau

Kisah Kelana Almarhum Rais Aam PBNU Kiai Sahal Mahfudh

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya