Kisah Haru Pamitan Gus Dur karena Sudah Tahu Waktu Wafatnya, Diceritakan Putrinya

Setelah berziarah, Gus Dur berpesan kepada salah satu sepupunya, "Dek, Minggu ngarep aku rene. Tolong sampean dongakno yo." Artinya, "Dik, minggu depan saya ke sini. Tolong kamu doakan ya."​

oleh Liputan6.com Diperbarui 16 Mar 2025, 00:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 00:30 WIB
Kisah Kesederhanaan Gus Dur Saat Foto Kepresidenan, Rela Tunggu Jas Disetrika
Kisah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). (Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, dikenal sebagai sosok ulama dan negarawan yang memiliki kedalaman spiritual. Kisah tentang firasatnya menjelang wafat diceritakan oleh putrinya, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, atau Alissa Wahid.​

Alissa Wahid, seorang psikolog asal Indonesia kelahiran Jombang, adalah putri sulung dari Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid. Dalam sebuah kesempatan, Alissa berbagi pengalaman yang menggambarkan kedekatan spiritual antara Gus Dur dan kakeknya, KH Hasyim Asy'ari.​

Suatu hari, dalam perjalanan di Mojokerto, Gus Dur tiba-tiba bertanya, "Iki nang ndi?" (Ini di mana?). Alissa menjawab, "Mojokerto, Pak."​

Mendengar jawaban itu, Gus Dur merespons, "Loh kok Mojokerto? Aku ini mau ke Tebuireng." Alissa kemudian menjelaskan bahwa mereka hendak ke rumah sakit di Surabaya terlebih dahulu.​

Namun, Gus Dur menegaskan, "Enggak, aku ini dipanggil Mbah Hasyim." Padahal, KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama dan kakek Gus Dur, telah lama wafat.​

Kata Alissa, seperti dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @kanalunik,​ malam itu juga, ambulans yang membawa Gus Dur berbalik arah menuju Tebuireng. Setibanya di sana, Gus Dur langsung berziarah ke makam kakeknya, Mbah Hasyim.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Seminggu sebelum Wafat, Ini Pesan Gus Dur

20150804-Milad Gus Dur, Keluarga Lakukan Ziarah Bersama-Jatim
Yenny Wahid saat melakukan ziarah ke makam sang ayah, mendiang Gus Dur di komplek pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Setelah berziarah, Gus Dur berpesan kepada salah satu sepupunya, "Dek, Minggu ngarep aku rene. Tolong sampean dongakno yo." Artinya, "Dik, minggu depan saya ke sini. Tolong kamu doakan ya."​

Pesan tersebut disampaikan Gus Dur dengan tenang, seolah mengetahui apa yang akan terjadi. Keluarga dan kerabat yang mendengarnya pun merasa haru dan terkejut.​

Tepat seminggu kemudian, keluarga mengantarkan Gus Dur untuk dimakamkan di Tebuireng, sesuai dengan pesan yang disampaikannya.​

Kisah ini menunjukkan kedekatan spiritual Gus Dur dengan leluhurnya dan firasatnya tentang waktu kepergiannya.​

Alissa Wahid menceritakan pengalaman ini dengan penuh haru, mengenang sosok ayahnya yang begitu bijaksana dan memiliki kedalaman spiritual.​

Seperti diketahui, Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit yang sudah dideritanya sejak lama.​

Kepergian Gus Dur meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia, mengingat perannya sebagai tokoh pluralisme dan demokrasi.​

Semasa hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang selalu memperjuangkan hak-hak minoritas dan toleransi antarumat beragama.​

Tanda Keistimewaan Gus Dur

Kawasan Makam Gus Dur (Liputan6.com/Istimewa)
Kawasan Makam Gus Dur (Liputan6.com/Istimewa)... Selengkapnya

Sebagai Presiden keempat Indonesia, Gus Dur membawa perubahan signifikan dalam tatanan politik dan sosial di Indonesia.​

Selain sebagai pemimpin organisasi Nahdlatul Ulama, Gus Dur juga merupakan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa.​

Kisah firasat Gus Dur menjelang wafatnya menambah deretan cerita tentang kebijaksanaan dan kedekatannya dengan Sang Pencipta.​

Banyak yang meyakini bahwa firasat tersebut adalah tanda dari keistimewaan spiritual yang dimiliki oleh Gus Dur.​

Hingga kini, kisah tersebut masih dikenang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam memahami makna kehidupan dan kematian.​

Alissa Wahid berharap, melalui kisah ini, masyarakat dapat mengambil hikmah tentang pentingnya persiapan spiritual dalam menghadapi ajal.​

Kisah ini juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur dan menghormati nilai-nilai yang telah diwariskan.​

Gus Dur telah pergi, namun ajaran dan teladannya akan selalu hidup dalam sanubari bangsa Indonesia.​

Semoga kita semua dapat meneladani kebijaksanaan dan ketulusan hati yang telah ditunjukkan oleh Gus Dur sepanjang hidupnya.​

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan dengan penuh makna dan kesadaran spiritual.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya