Pramono Edhie: Pecundang dan Pahlawan Beda Tipis

Seorang pahlawan di negara tertentu bisa saja menjadi pecundang di negara lainnya.

oleh Rochmanuddin diperbarui 17 Feb 2014, 18:32 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2014, 18:32 WIB
pramono-edhie-140217c.jpg
Protes Singapura terhadap Indonesia terkait pemberian nama KRI Usman-Harun membuat hubungan Indonesia-Singapura sempat memanas. Meski protes itu tidak disampaikan resmi, namun banyak ditanggapi serius sejumlah petinggi negara.

Tak terkecuali anggota Konvensi Capres Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo. Pramono berharap, Singapura dapat memahami kebijakan pemerintah Indonesia.

"Sudahlah, saya berharap Singapura ngerti apa keputusan Indonesia terhadap kapal Indonesia (KRI Usman Harun)," ujar pria yang akrab disapa Edhie di Denpasar, Bali, Senin (17/2/2014).

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu berpendapat, seorang pahlawan di negara tertentu bisa saja menjadi pecundang di negara lainnya. "Antara pahlawan dan pecundang itu beda tipis. Pahlawan di negaranya, pecundang di negara musuhnya. Perkara tertangkap itu risiko," ujarnya.

Harusnya, tegas Edhie, masalah masa lalu tak perlu diungkit kembali. Sebab, masalah itu sudah tuntas sejak lama oleh kedua negara.

"Kedua normalisasi hubungan setelah gantungan, masalah pemberian nama itu urusan dalam negeri. Saya berharap Singapura mengerti," tandas adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. (Ali/Ism)

Baca juga:

Pembelaan Panjang Usman dan Harun di Pengadilan Singapura

Sejarah Usman Harun Tak Ada di Buku Pelajaran Sekolah

KRI Usman Harun, Prabowo: Singapura Hormati Perasaan Kita Jugalah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya