Mobil F1 Bukan Mobil Paling Aerodinamis

Mobil komersial besar dan sangat minim lekukan karena yang penting bisa mengangkut barang dalam jumlah besar.

oleh Sigit Tri Santoso diperbarui 01 Jun 2016, 11:08 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2016, 11:08 WIB
Rio Haryanto
Pebalap Manor Racing asal Indonesia, Rio Haryanto, akan start dari posisi ke-19 pada F1 GP Monako, Minggu (29/5/2016). Hasil kualifikasi juga menempatkan Pascal Wehrlein di posisi ke-20. (Bola.com/Twitter/Manorracing)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah mobil didesain khusus menyesuaikan kebutuhannya. Mobil komersial besar dan sangat minim lekukan karena yang penting bisa mengangkut barang dalam jumlah besar.

Namun tetap saja Saat mendesain mobil, nilai aerodinamika tetap diperhatikan. Tak heran bila di atas kepala truk ada tambahan spoiler agar aliran angin melaju mulus. Tidak tertahan kontainer yang berdiri tegak. Selain menjaga stabilitas, aliran udara yang mulus juga berpengaruh pada konsumsi BBM.

Biasanya efek aerodinamika sudah mulai terasa saat mobil melaju 60 km/jam. Di atas itu kestabilan mobil mulai diuji. Desain mobil yang baik akan membuat angin berlari mulus saat menabrak mobil. Dan juga bagaimana efek down force bisa bekerja sehingga mobil tidak melayang. Sebuah teori yang berlawanan dengan yang diterapkan pada pesawat terbang.

Lihat mobil F1, mobilnya ceper dengan banyak spoiler dan diffuser. Desain ini lebih bertujuan untuk merangkul down force supaya mobil F1 tidak terbang. Di luar itu ternyata, nilai aerodinamika mobil  F1 tidak sebaik mobil jalanan. Penasaran, baca tautan ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya