Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, jagad maya dihebohkan dengan kendaraan roda tiga yang dikendarai ibu-ibu. Diketahui kemudian, ini adalah motor listrik roda tiga yang dirakit di Indonesia dengan komponen dan sparepart asal Tiongkok dan Taiwan.
Lebih jauh, motor ini ternyata tak hanya bisa dikendarai sendiri, melainkan bisa membawa hingga tiga orang penumpang di belakang. Spesifikasi ini mengingatkan kita kembali dengan bajaj oranye dan biru yang kerap berseliweran di ibu kota.
Bajaj pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1970-an. Saat itu kendaraan ini diimpor langsung dari India demi menjawab kebutuhan transportasi perkotaan. Nama bajaj berasal dari produsennya, PT Bajaj Auto. Nama bajaj kemudian sangat identik dengan kendaraan roda tiga, meski PT Bajaj Auto sendiri tak hanya memproduksi produk roda tiga itu.
Advertisement
Baca Juga
Karena emisi yang tinggi dan suara sangat berisik, BMW untuk istilah bajaj merah warnanya kemudian diperbaharui. Tercatat sejak 2015 ada penggantian secara besar-besaran bajaj berwarna oranye dengan bajaj biru. Saat itulah TVS, yang juga asal India, juga ikut berpartisipasi.
Bahkan lebih jauh dari itu, TVS kemudian menjadi raja di pasar roda tiga Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan Pemprov DKI untuk meremajakan bajaj. Tahun itu pula TVS menjual 4.000 unit, atau lebih dari 80 persen total penjualan angkutan umum roda tiga.
Meski memang terkonsentrasi di Jakarta, TVS mengatakan bahwa ke depan, mereka akan terus ekspansi dengan memasuki pasar-pasar lain. Dan ini telah mereka buktikan.
Demi memanfaatkan momentum, bahkan mereka kembali meluncurkan "bajaj" baru bernama TVS King. Lewat produk ini, sepanjang tahun lalu mereka menguasai 60 persen pangsa pasar kendaraan roda tiga berbahan bakar gas (BBG).
Itu dari aspek penguasaan pasar. Apalagi yang berbeda?
Next
Penggerak
Aspek yang paling membedakan ketiganya adalah dalam hal penggerak. Bajaj oranye dibekali mesin dua tak yang serupa dengan milik Vespa sebagai pemegang lisensi. Mesin bensin kendaraan roda tiga ini berkapasitas 150 cc dari satu silinder.
Sementara TVS mengonsumsi bahan bakar gas. Mesinnya keluarkan tenaga maksimal 8,5 Tk dam torsi 14,5 Nm. Mesin keduanya sangat berbeda dalam banyak hal. Mesin TVS lebih halus, dan lebih ramah lingkungan karena menerapkan sistem 4 tak dan bahan bakar gas.
Lain lagi dengan Tiger. Tiger mengandalkan aki kering 60V-20 A (terdiri dari 5 buah aki) jenis Accu Sealed Lead Acid (SLA) ukuran 12 Volt 12Ah untuk sebagai penyimpan listrik. Kendaraan bisa bergerak melalui power motor berkekuatan 800 Watt.
Dibutuhkan daya 150 Watt untuk mengisi ulang baterai. Pengisiannya tidak boleh lebih dari 5 jam. Disebutkan, saat aki terisi penuh, motor listrik ini mampu menempuh jarak hingga 60 km, dengan kecepatan maksimal 35 km/jam dan daya angkut 125 kg.
Harga
Harga TVS roda tiga tidak ada yang pasti. Pasalnya, ia tidak bisa dibeli di dealer TVS sebagaimana jika ingin membeli sepeda motor. Kendaraan ini hanya bisa diperoleh melalui induk koperasi atau distributor yang bisa ditunjuk.
Salah satu penyedia TVS roda tiga, Andalas 3 misalnya, membanderol TVS roda tiga dengan harga Rp 76,5 juta on the road. Semua surat sudah diurus. Sementara Bajaj oranye, sudah tidak ada produk barunya.
Di beberapa situs jual beli online, TVS bekas ini juga dibanderol beragam, tergantung kondisi dan kelengkapan lain. Ada yang menjualnya Rp 30 juta, ada pula yang Rp 60 juta.
Sementara Tiger, harganya dibanderol Rp 39 juta. Jauh lebih murah ketimbang TVS. Harga tersebut sudah termasuk ongkos pengiriman ke seluruh tempat di Pulau Jawa. "Motor ini dirakit di Indonesia, komponen dan spare part-nya dari China dan Taiwan," kata Eza, anak pemilik outlet penjual motor listrik Tiger yang ada di Solo. Hanya saja, Tiger tidak dilengkapi BPKB atau STNK sebagaimana seharusnya kendaraan yang beroperasi di jalan raya.
Advertisement
Next
Desain
Ditilik dari segi desain, Bajaj dan TVS relatif sama, sementara dengan Tiger agak berbeda. Bajaj dan TVS dilengkapi lampu utama yang membulat, sementara Tiger berbentuk hati dimana lampu kanan dan kiri relatif dekat.
Dimensinya pun beda, terutama lebarnya. Dari ketiga kendaraan roda tiga ini, Tigerlah yang paling tipis, hanya 100 cm. Sementara bobotnya hanya 100 kg.
Popularitas dan wilayah operasi
Jelas, soal popularitas, bajaj oranyelah yang paling terkenal. Ia sudah beroperasi di Indonesia sejak puluhan tahun lalu. Kenangan saat jadi penumpangnya, yang berisik dan sangat terasa "getarannya", tersimpan dalam ingatan banyak orang.
Sementara Tiger adalah model yang baru saja terkenal. Ia juga hanya beroperasi di beberapa lokasi saja, tidak di Jakarta. Sementara dua pendahulunya sempat jadi raja jalanan ibu kota.
Berbeda halnya dengan taksi yang dapat mengantarkan penumpang hingga ke kawasan pinggiran Jakarta yang telah berbeda kota ataupun propinsi, Bajaj merupakan kendaraan umum yang wilayah operasionalnya dibatasi hanya pada satu kotamadya.
Pada pintu depan bajaj biasanya terpampang daerah operasional kendaraan tersebut serta nomor urut bajaj tersebut. Ditambah, dalam sejarahnya wilayah operasi bajaj memang terus dipersempit. Semakin banyak lokasi dimana bajaj tidak boleh beroperasi.
Â