Banyak Fakta tentang Airbag yang Jarang Kita Ketahui

Penggunaan airbag berfungsi meminimalkan terjadinya cedera saat terjadi kecelakaan.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 27 Nov 2017, 07:10 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2017, 07:10 WIB
Airbag Takata (Foto: Carscoop)
Airbag Takata (Foto: Carscoop)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan airbag atau kantong udara seakan lumrah dibenamkan pada mobil masa kini. Sebab, airbag merupakan fitur keselamatan yang dapat melindungi pengemudi dan penumpang jika terjadi kecelakaan.

Penggunaan airbag berfungsi melindungi kepala, leher, dan dada. Karena itu, airbag diterapkan pada bagian lingkar kemudi untuk sopir dan dasbor di hadapan penumpang depan.

Menurut Department Technical Service Division PT Toyota Astra Motor (TAM), Iwan Abdurahman, airbag tidak hanya ada pada pengemudi dan penumpang depan, karena jumlah kantong udara tergantung model mobil. Oleh karena itu, airbag bisa juga diletakkan di dekat lutut, curtain, samping, dan lain-lain.

Kata Iwan, kecepatan kendaraan yang menyebabkan airbag mengembang bisa berbeda-beda, tergantung juga jenis benda yang ditabrak. Semakin kokoh benda yang ditabrak, maka kecepatannya bisa semakin rendah.

“Selain itu arah tabrakan. Apabila kita menabrak saat kondisi miring, dibutuhkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan tabrakan frontal,” ungkap Iwan kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Iwan menjelaskan, airbag memiliki dua jenis sensor. Pertama, sensor depan yang terletak di sekitar headlamp. Sensor ini akan mendeteksi tabrakan arah depan. Kedua, sensor tengah terletak di dalam kabin, tepatnya di bawah lantai di bawah audio.

“Jika tabrakan yang terjadi begitu besar, energi atau getaran tabrakan akan terus ke kabin dan dideteksi oleh sensor ini. Artinya, tabrakan yang terjadi harus cukup kuat untuk mengaktifkan airbag tersebut,” kata Iwan.

Pegiat keselamatan sekaligus Kepala Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengungkapkan parah atau tidaknya kecelakaan bisa dilihat dari bukti kondisi kerusakan kendaraan.

Tabrakan tidak seketika dapat membuat airbag mengembang bila mobil dipacu dengan kecepatan di bawah 20 km/jam.

“Kalau kecepatan di atas 20 km/jam, maka bisa kita lihat dari terburainya airbag yang ada. Sensor airbag akan (mengirimkan sinyal untuk) meledak (saat mobil) menghajar sesuatu dengan momentum yang setara dengan kecepatan 20 km/jam ke atas,” ucap Jusri kepada Liputan6.com.

 

 

Airbag Dibuat Tidak Mudah Mengembang

Airbag Takata Kembali Makan Korban Tewas
Airbag menghempaskan serpihan benda tajam saat mengembang.

Adapun airbag memang dirancang agar tidak mudah meledak. Technical Training Manager PT Honda Prospect Motor (HPM) Muhamad Zuhdi menyatakan, teknologi airbag mobil memang dirancang sedemikian rupa agar berkembang pada kondisi-kondisi tertentu.

"Kalau dibuat sebaliknya (mudah mengembang), justru membahayakan pengemudi atau penumpang,” tuturnya.

Empat alasan kantong udara tidak mengembang. Apa saja?

Menabrak Benda Bergeser

Kantong udara tidak akan mengembang jika menabrak benda yang bergerak, karena energi yang diterima tidak cukup kuat untuk menghidupkan sensor yang akan menghidupkan airbag.

Menabrak Tiang

Kantong udara tidak akan mengembang jika mobil menabrak tiang, pohon, pilar atau benda sejenis tepat di bagian tengah kendaraan. Hal itu terjadi karena letak sensor bukanlah di tengah, melainkan di depan kanan dan kiri.

Tabrakan Depan Miring

Tabrakan dari depan dengan arah miring ke kiri atau ke kanan dengan sudut di atas 30 derajat tidak akan membuat sensor mengembangkan kantung udara. Pada kecelakaan dengan kemiringan di atas 30 derajat, mobil akan tetap berjalan sampai jarak tertentu, contohnya kasus-kasus mobil menabrak pembatas jalan di sisi kiri atau kanan.

Tabrak Belakang

Benturan dari belakang, samping dan terguling tidak akan membuat sensor airbag menyala karena yang diperlukan pada kecelakaan itu bukanlah kantung udara melainkan sabuk pengaman dan sandaran kepala yang mampu menjaga tubuh dan leher tidak terbentur.

"Semua mobil menggunakan syarat seperti itu. Cuma mungkin ada standar berbeda seperti kecepatan dan derajat tubrukan," katanya.

Kekhawatiran Bahan Material Airbag

Ilustrasi airbag mengembang
Ilustrasi airbag mengembang saat kecelakaan. (Herdi Muhardi)

Sedangkan dikutip situs resmi Nissan, ada hal-hal yang membingungkan terkait airbag sehingga menimbulkan beberapa pertanyaann:

Apakah airbag yang mengembang akan menghalangi pernafasan?

Tidak. Airbag dirancang sedemikian rupa serta diuji untuk memastikan keamanannya saat digunakan. Perlu diketahui, material yang digunakan untuk airbag adalah nilon tipis dengan lubang-lubang kecil. Dari lubang inilah, gas yang menyebabkan airbag mengembang keluar dan airbag akan mengempis perlahan.

Ada lubang pada bagian airbag. Bila gas Nitrogen keluar dari lubang tersebut apakah dapat berbahaya?

Jangan takut, airbag mengembang karena adanya gas Nitrogen yang ditiupkan ke kantong udara dari kain nilon tipis. Udara yang kita hirup 78 persen mengandung gas Nitrogen. Jadi, gas ini aman terhirup.

Ada asap saat airbag berkembang. Apakah ini wajar?

Melihat awan asap memenuhi mobil, jangan panik dulu. Awan asap itu sebenarnya adalah tepung jagung atau bedak talkum yang digunakan untuk mencegah airbag lengket ketika masih dalam kondisi terlipat. Sangat berbahaya bila airbag lengket ketika ada kecelakaan.

Dalam perjalanan selalu adahal-hal tak terduga yang bisa saja terjadi, jadi pastikan Anda selalu merasaaman dan nyaman saat berkendara dengan memilih mobil yang dilengkapi airbag.

Airbag Bisa Kedarluwarsa

Airbag
Ilustrasi airbag (Foto: Autoblog).

Mobil yang telah mendapatkan airbag tetap harus dilakukan pengecekan. Bahkan beberapa waktu lalu banyak kampanye tentang pengecekan airbag.

Kini, airbag pada mobil pun diusulkan memiliki usia pakai untuk jangka waktu tertentu atau punya tanggal kedaluwarsa .

Tanggal kedaluwarsa diperlukan sebagai peringatan untuk mencegah komponen vital tersebut jadi tidak berfungsi.

Seperti dilansir dari Motorbeam, kekhawatiran ini yang mendorong pabrikan kendaraan untuk mempertimbangkan mengganti komponen airbag dalam jangka waktu tertentu andai belum pernah digunakan.

Selama ini, kinerja pada airbag berasal dari sistem Supplemental Restraint System (SRS) yang menggabungkan prinsip dasar elektronik dan kimia.

Cara kerja airbag tersebut dimulai dari sensor elektrik yang mengirimkan sinyal ke pemantik. Pemantik ini kemudian meledakan gas nitrogen yang membuat airbag mengembang.

Adapun segel berbahan plastik pada pemantik tersebut kondisinya akan semakin memburuk karena tidak pernah digunakan. Dampaknya, tentu saja airbag tersebut belum tentu dapat mengembang saat dibutuhkan karena segel yang sudah usang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya