Liputan6.com, Jakarta Bugatti terkenal sebagai hypercar pencetak rekor kecepatan. Bugatti Chiron salah satunya. Namun, Bugatti disinyalir akan menambah model kedua dengan misi berbeda. Benarkah? CEO Bugatti Stephan Winklemann akan mengungkapkannya.
Tambahan portofolio Bugatti diklaim lebih praktis untuk kebutuhan harian. "Jika membahas model kedua Bugatti, saya percaya bahwa kami tidak harus membuat mobil untuk keperluan akhir pekan. Mobil ini harus dapat digunakan untuk harian. Secara bentuk pun berbeda (dari Chiron) serta membawa misi berbeda," jelas Winklemann kepada Autocar.
Advertisement
Baca Juga
Winklemann menambahkan, "Bila mereka keluar dari ranah hypercar, tidak akan selaras dengan jiwa mendasar W16." Memang itu pencipta identitas sang hypercar, dibekali jantung 16 silinder dari grup VW agar nama Bugatti bersinar. Hampir jadi satu-satunya pabrikan mobil dengan jumlah silinder sebanyak itu. Andai memangkas empat ruang bakar, mungkin mereka bisa saja melahirkan produk yang sedikit membumi. Ambil contoh VW Phaeton W12. Kendati begitu, jalan pikiran Winklemann tidak ke sana. Ia beropini kalau elektrifikasi jadi pendekatan paling tepat.
Pabrikan eksklusif lain sudah menambah jajaran SUV. Ada Bentley, Lamborghini, Aston Martin, bahkan Ferrari yang tinggal menunggu eksekusi. Makanya bukan tidak mungkin Bugatti mengikuti tren. Atau bila masih mempertahankan idealisme, ada probabilitas Grand Tourer empat pintu. Terkait hal ini, disebutkan Volkswagen Group belum memutuskan apapun.
"Bagi Bugatti, ini tentu sebuah kesempatan bagus dan berpotensi unggul. Tapi saya juga melihat grup besar seperti VW punya banyak prioritas. Mereka tengah menjajaki revolusi elektrifikasi dan harus cermat dalam setiap pengeluaran. Model kedua berarti menambah ukuran perusahaan jadi 2 kali lebih besar. Sudah jelas butuh komitmen seratus persen, tentu keyakinan saja belum cukup!" ucapnya.
Â
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tidak Mau Berbagi Platform
Lantas bila berbicara soal biaya, ada satu cara memangkas terutama dari segi pengembangan: sharing platform. Strategi ini lazim digunakan seperti Porsche dan Audi berbagi basis mobil listrik. Bugatti tidak mau menggunakan cara ini, mereka ingin mengembangkan basis pembangun secara mandiri.
Kelak sang EV telah lahir dari merek ciptaan Ettore Bugatti, diyakini akan menitikberatkan performa. Daya jangkau justru dinomorduakan. Namun untuk saat ini, lama waktu pengisian menjadi hambatan tersendiri. "Kami akan menjual mobil (elektrik) di tempat dengan infrastruktur terbaik – Pantai Timur dan Barat AS, Britania Raya, Asia, dan lain-lain. Selain itu, pembeli kami setidaknya memiliki mobil lebih dari satu sehingga tidak mengandalkan satu unit saja."
Urusan eksklusivitas berperan penting dalam pamor merek ini. Keberadaan model kedua dengan volume lebih besar, dipercaya tidak akan memengaruhi nilai spesial dan terutama nilai jual kembali. Ia menjelaskan, "Kita berbicara mobil yang tak sampai seribu unit, ambil contoh 300 di Amerika, 300 di Eropa, 300 di Asia, dan begitu selanjutnya. Pada akhirnya eksistensi di jalan raya tetap mendekati nol sehingga tidak berdampak pada eksklusivitas," pungkas Winklemann.Â
(Krm/Tom)
Sumber: Oto.com
Advertisement