Jasa Marga Tutup Top-Up Tunai di Seluruh Gerbang Tol Jabodetabek

Mengendalikan penyebaran Corona Covid-19, PT Jasa Marga (Persero) melalui anak usahanya, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO) menerapkan social distancing secara bertahap termasuk dalam hal aktivitas transaksi tol

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Mar 2020, 18:34 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 18:34 WIB
Cara Jasa Marga Antisipasi Penyebaran Virus Corona di Rest Area Jalan Tol
Kendaraan memasuki area gerbang tol Jagorawi, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Mengendalikan penyebaran Corona (Covid-19), PT Jasa Marga (Persero) melalui anak usahanya, PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO) menerapkan social distancing secara bertahap termasuk dalam hal aktivitas transaksi tol.

Salah satunya dengan menutup sementara fasilitas top up tunai di gerbang tol wilayah Jabotabek yang secara aktif diberlakukan hari ini, Kamis (19/3/2020).

Dijelaskan Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Dwimawan Heru, langkah tersebut dilakukan karena pihak Jasa Marga mengutamakan kesehatan dan keamanan, baik pengguna jalan ataupun karyawan operasional.

"Dengan adanya fasilitas top up tunai masih ada transaksi dengan menggunakan uang tunai dan potensi kontak fisik antara pengguna jalan dengan karyawan operasional Jasa Marga,” jelas Heru dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (19/3/2020).

Untuk itu, agar tidak ada antrean transaksi di gerbang tol, Heru juga mengimbau pengguna jalan untuk memastikan kecukupan saldo uang elektronik sebelum memasuki jalan tol.

"Memastikan kecukupan saldo merupakan dukungan pengguna jalan untuk ikut menerapkan social distancing di gerbang tol," tegasnya.

Sebagai contohnya, di ruas jalan tol dengan sistem transaksi terbuka, pengguna jalan dengan saldo uang elektronik kurang dan harus meminjam di kendaraan belakangnya tetap melakukan kontak fisik berupa peminjaman uang elektronik.

Dan hal tersebut harus dihindari untuk pengendalian pandemic Covid-19 tersebut.

 

Kecelakaan Lalu Lintas Lebih Mematikan dari Virus Corona, Dua Nyawa Melayang Tiap Jam

Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah, dan beberapa pemangku kepentingan, serta berharapnya kesadaran berlalu lintas bagi pengendara agar angka kecelakaan ini bisa terus turun.

Dijelaskan Kasubdit SIM Ditregident Korlantas Polri, Kombes Pol Singgamata, jika melihat data angka kecelakaan lalu lintas 2018 ke 2019, dari segi kejadian terjadi peningkatan. Namun, dari segi fatalitas korban meninggal dunia mengalami penurunan.

"Atas usaha Polri, dan berbagai stakeholder dan pengguna jalan jumlah meninggal dunia karena kecelakaan memang menurun. Jika 2018 angka meninggal dunia kurang lebih 29.472 jiwa, sedangkan 2019 turun menjadi kurang lebih 25.671 jiwa," jelas Singgamata dalam talkshow di acara Jasa Marga Eco Driving, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Rabu (11/3/2020).

Lanjutnya, jumlah meninggal dunia karena kecelakaan dari 2018 ke 2019 memang mengalami penurunan 12 persen. Tapi, fakta tersebut tetap saja mengkhawatirkan, dan harus dicari solusinya untuk terus menurunkan angka kecelakaan dan korban meninggal dunia.

"Kalau dibikin rata-rata, kurang lebih ada 70 jiwa yang melayang karena kecelakaan per hari, atau setiap jam ada dua sampai 3 orang yang meningga dunia. Dengan tidak bermaksud mengecilkan virus Corona sebagai penyakit yang mematikan, ada penyakit di jalan yang juga menular yaitu tidak tertib dan agresif sehingga menyebabkan kecelakaan dan meninggal dunia," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya