Liputan6.com, Jakarta - Melakukan pendekatan ke Tesla, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, akan mengirim tim tingkat tinggi untuk bertemu dengan eksekutif pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut.
Melansir Reuters, langkah ini karena Indonesia bertujuan untuk menjadi produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia.
Pria yang biasa dipanggil Jokowi ini mengatakan, perjalanan ke Negeri Paman Sam akan menjadi bagian dari promosi Indonesia terkait undang-undang Cipta kerja atau Omnibus Law.
Advertisement
"Pekan depan kami akan mengirimkan tim besar ke Amerika Serikat dan Jepang untuk mempromosikan Omnibus Law. Ini sangat penting karena kita punya rencana besar untuk menjadi Indonesia sebagai produsen baterai lithium terbesar, dan kita memiliki cadangan nikel terbesar," ujar Jokowi.
Tim Indonesia sendiri, akan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Namun, ia hanya menyebutkan akan mengadakan pertemuan dengan Bank Dunia dan American fund managers terkait Omnibus Law.
Terkait pertemuan dengan Tesla, Luhut sendiri masih menolak berkomentar, dan hanya mengatakan ada kemungkinan besar bahwa perusahaan ingin berinvestasi dalam pengolahan Nikel di Indonesia untuk mengurangi biaya.
Luhut menambahkan, Indonesia bisa menjadi rantai pasok baterai ramah lingkungan dalam tujuh hingga delapan tahun, dengan memberdayakan smelter sumber energi terbarukan, sehingga bisa menjual baterai ramah lingkungan untuk pasar mobil Eropa pada 2030.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Komentar Kemenperin Soal Pabrik Tesla di Indonesia
Melebarkan sayap di kawasan Asia, Tesla kabarnya akan membangun pabrik baterai di Indonesia dalam waktu dekat. Informasi ini diperjelas Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier.
"Tesla berminat, nanti kita harap bisa masuk di kawasan industri Batang, Jawa Tengah," katanya saat diskusi secara virtual dengan awak media.
Â
Advertisement
Bangun Pabrik di Indonesia
Selain itu, bijih nikel yang merupakan bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik diketahui berada di Indonesia. Karena itu pabrikan asal Amerika Serikat tersebut memiliki keinginan membangun pabrik di sini.
"Mereka (Tesla) akan melebarkan sayap dengan cara mendekatkan (diri) ke sumber bahan baku kendaraan listrik, sementara kita tengah mencoba bangun pabrik baterai listrik sehingga ketemu," tutur Taufiek.
Tak hanya Tesla, Taufiek juga menegaskan, pabrikan otomotif lainnya, seperti Hyundai, telah menunjukkan komitmennya untuk membangun pabrik di Indonesia.
"Intinya produsen mobil listrik tertarik untuk masuk sehingga masyarakat punya pilihan lebih banyak. Dari pemerintah, kami sedang siapkan policy-nya," ujar Taufiek.