Alami Krisis, Harga Chip Semikonduktor untuk Otomotif Melambung Tinggi

Pemerintah saat ini tengah mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor guna memenuhi kebutuhan pasar domestik

oleh Arief Aszhari diperbarui 12 Des 2022, 11:07 WIB
Diterbitkan 12 Des 2022, 11:07 WIB
20151117-Mengintip Proses Perakitan All New Kijang Innova di Pabrik Toyota TMMIN-Karawang
Foto yang diambil pada 16 November 2015 memperlihatkan pekerja tengah menyelesaikan produksi All News Kijang Innova di Pabrik TMMIN Karawang. Mobil baru tersebut akan memberi warna baru pada perkembangan pasar MPV dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor guna memenuhi kebutuhan pasar domestik. Khusus di industri otomotif, kekurangan komponen penunjang produksi kendaraan ini memang mulai berangsur membaik, namun kondisi tersebut masih akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengatakan, pembangunan ekosistem industri semikonduktor juga sejalan dengan target Making Indonesia 4.0.

"Karena itu, kami kerahkan kemampuan bangsa dari ahli elektronik hingga mikroelektronik,” ujar Taufik, dalam pernyataan resminya, ditulis Senin (12/12/2022).

Taufiek mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada tahun 1986 silam. Bahkan, mampu ekspor dalam bentuk chip semikonduktor yang nilainya mencapai Rp 135 juta pada masa itu.

“Oleh karenanya, upaya membangun kembali industri semikonduktor di era kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini menjadi peluang yang sangat besar. Sebab, butuh peta jalan 10-20 tahun ke depan tentang industri semikonduktor yang bisa mengisi kebutuhan dalam negeri,” paparnya.

Menurut Taufiek, Kemenperin sedang menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung, Jawa Barat. “Seluruh universitas dan akademisi akan masuk dalam skema ekosistem tersebut,” ujarnya.

Harga melambung tinggi

Sementara itu, Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia, Prihantanto Agung mengibaratkan sektor industri semikonduktor seperti kecil-kecil cabai rawit. Barangnya kecil tetapi menentukan dalam proses produksi otomotif.

“Barangnya kecil harganya cuma US$ 0,1 namun bisa membuat kami jualan mobil yang harganya ratusan juta,” ujarnya.

Selama pandemi, lanjut Prihantanto, rantai pasok semikonduktor global terputus dan berdampak bagi sektor otomotif di Indonesia. “Ini memukul industri kami,” tuturnya.

Harga semikonduktor yang semula sekitar US$ 0,1 melonjak berkali lipat hingga menyentuh US$ 9 sampai 25.

Bagi industri otomotif produk otomotif tidak akan jalan tanpa semikonduktor. “Terpaksa kami beli. Kalau tidak, industri mobil bisa mati," pungkasnya.

Infografis Dampak Bermain Game Berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis dampak bermain video game berlebihan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya