Alasan Ahok Tetap Pilih Djarot Jadi Pendampingnya

Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah menjalani sidang ketiga dugaan penistaan agama.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 28 Des 2016, 06:06 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 06:06 WIB
Ahok-Djarot
Cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersama Cawagub Djarot Saiful Hidayat berada di acara penggalangan dana kampanye di Jakarta, Minggu (27/11). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah menjalani sidang ketiga dugaan penistaan agama. Usai sidang, Ahok berujar jika perjuangannya masih panjang, apalagi untuk Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.

"Ini perjuangan masih panjang. Jadi saya harapkan tetap berjuang untuk satu putaran," ungkap Ahok di Rumah Lembang Jakarta, Selasa (27/12/2016).

Ahok mengatakan, pada 12 Februari 2017 mendatang dirinya tidak mungkin kembali bertugas kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta karena berstatus sebagai terdakwa kasus penistaan agama. Ia mengaku banyak yang menanyakan kepadanya apakah wakilnya, Djarot Saiful Hidayat mampu menjalankan tugas menggantikannya.

"Banyak yang tanya apakah Djarot mampu? Banyak yang nyangka Djarot titipan PDIP, itu salah. Yang milih Djarot itu saya," ucap dia.

Mantan Bupati Belitung Timur ini menegaskan dirinyalah yang memaksa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk memasangkan Djarot kembali dengannya.

"Saya bilang ke Bu Mega kalau enggak kasih saya Djarot, saya enggak akan gabung ke PDIP, saya yang minta Djarot. Itu yang saya lakukan pas mau pemilihan, sebelum pengumpulan KTP pun saya minta Djarot," kata dia.

"Pas PDIP enggak mau kasih, makanya saya pilih Heru. Mega tanya, ada apa dengan Ahok-Djarot, yang milih kan Ahok. Kok sekarang enggak mau lagi sama Djarot, saya bilang ibu (Mega) enggak mau kasih karena mau isi KTP, makanya saya pilih Heru," sambungnya.

Ahok menjelaskan alasannya memilih Djarot untuk mendampinginya kembali memimpin Ibu Kota. Menurutnya, Djarot memiliki pengalaman selama 10 tahun menjadi wali kota.

"Ini orang jujur. Tahun 2005 saya ke China sama beliau (Djarot) dan PDIP, bupati-bupati lain ketangkep korupsi, buka tas pinggang ada US$ 20 buat belanja. Saya dan Djarot lihat-lihat saja enggak ada duit," tuturnya.

"Malamnya kami berdua sehabis makan tidur. Ini wali kota jujur, untuk mengelola negara enggak susah. Orang pintar banyak, yang susah cari orang jujur. Bagaimana tahunya jujur, karakter teruji pas jadi pejabat. Saya dan Djarot sudah teruji," jelas Ahok.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya