Pengamat: Besarnya Koalisi Tak Jamin Kemenangan di Pilkada Sumut

Pemilih di Sumatera dianggap sudah rasional dalam menentukan pilihannya.

oleh Andrie Harianto diperbarui 14 Jun 2018, 13:22 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2018, 13:22 WIB
Pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Edy-Ijeck) mendapat nomor urut 1 dan pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djarot-Sihar) mendapat nomor urut 2. (Liputan6.com/Reza Efendi)
Pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Edy-Ijeck) mendapat nomor urut 1 dan pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djarot-Sihar) mendapat nomor urut 2. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Liputan6.com, Jakarta - Besar-kecilnya koalisi pengusung pasangan calon di ajang Pilkada Sumatera Utara tak menjadi jaminan kemanangan. Hal ini disampaikan pengamat politik Sumatera Utara, Bakhrul Khair Amal menanggapi hasil survei yang dirilis Indo Barometer baru-baru ini.

Dalam risetnya, Indo Barometer menunjukkan pasangan nomor 1 Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) kalah popularitas dan elektabilitas dibanding pasangan nomor 2 Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss).

Pasangan Eramas hanya dipilih oleh 36,9 persen pemilih. Sedangkan pasangan Djoss dipilih oleh 37,8 persen. Padahal, koalisi pendukung pasangan nomor 1 terbilang gemuk. 

"Harus dilihat bahwa koalisi partai pendukung itu hanya merupakan syarat pencalonan untuk dapat lolos mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)," kata Bakhrul, Rabu (13/6/2018).

Menurut Bakhrul, hitung-hitungan idealnya koalisi gemuk meningkatkan elektabilitas suatu pasangan calon. Pasalnya, seluruh kader partai politik pendukung diminta pimpinan partai untuk mengenalkan pasangan tersebut kepada masyarakat.

Namun, ia menilai masyarakat menentukan pilihan secara rasional di Pilkada Sumatera Utara.

"Artinya faktor kedekatan pasangan calon secara pribadi dengan masyarakat itu tetap menjadi hal yang paling mempengaruhi pilihan masyarakat," ujarnya.

Partai politik dihadapkan dua kondisi berbeda dalam upaya pemenangan kandidat jagoannya. Di satu sisi seluruh pengurus partai selalu menyerukan agar seluruh kader berperan aktif namun di sisi lain belum tentu seluruh kader melaksanakan hal tersebut.

"Ada namanya teori Dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang selalu berbeda. Memang di depan seperti itu, namun di belakang apakah konstituen seluruhnya akan melaksanakan itu dan benar-benar memilih sesuai aturan yang dibangun partai politik?" pungkasnya.

Popularitas

Selain tingkat keterpilihan, survei Indo barometer juga mengemukakan, secara individual Djarot lebih dikenal oleh masyarakat sebagai calon gubernur dengan persentase pemilih 94,4 persen mengalahkan Edy Rahmayadi 87,9 persen.

Hal yang sama juga terjadi pada calon wakil gubernur dimana Sihar Sitorus tingkat pengenalannya di tengah pemilih mencapai 74,6 persen mengalahkan Musa Rajekshah 70,5 persen.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya