Alasan Andi Arief Sebut Prabowo Jenderal Kardus

Menurut Andi Arief, sebutan 'Jenderal Kardus' pantas melekat di Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap memperhitungkan harmonisasi koalisi.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 09 Agu 2018, 06:25 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2018, 06:25 WIB
SBY Resmi Usung Prabowo sebagai Calon Presiden 2019
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (kanan) usai bertemu di Jakarta, Senin (30/7). Demokrat mengusung Prabowo sebagai capres 2019. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Politisi Demokrat Andi Arief mengaku geram dengan politik transksional yang dilakukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurutnya, sebutan 'Jenderal Kardus' pantas melekat di Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa (berkoalisi) walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," tegas Andi di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018) dini hari.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi Jenderal Kardus, jenderal yang enggak mau mikir," sambung Andi.

Secara gamblang ia menuding Prabowo menerima lobi-lobi politik, di luar sepengetahuan Partai Demokrat. Karenanya, secara pribadi Andi merasa partainya telah diselingkuhi oleh sang jenderal.

"Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai manapun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh," jelas dia.

Andi pun yakin, bahwa Prabowo telah melakukan politik transaksional dengan menerima suntikan dana segar sebesar Rp 500 miliar. "Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karir politik saya," kata dia saat menjawab keabsahan kabar mahar tersebut.

Kendati demikian, Andi masih menyambut baik itikad Prabowo yang mau menyambangi Ketum Demokrat SBY. Hal itu disebut Andi masih dalam koridor dukungan penuh partainya menjadikan Prabowo calon presiden.

"Kami sebetulnya ini ingin mendorong Pak Prabowo utuk menjadi presiden. Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat. Jadi saat ini kami masih bersama Pak Prabowo Subianto. Saya kira itu saja," Andi memungkasi.

Respons Gerindra

Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menampik pernyataan Andi Arief tersebut.

"Tidak betul ada mahar. Sampai sekarang PAN belum memutuskan, masih Rakernas. PKS masih memperjuangan hasil Ijtima Ulama," kata Riza saat dihubungi wartawan, Rabu (8/8/2018).

Menurut Riza, setiap partai yang berkoalisi memiliki kesempatan sama. "Jadi, kabar ada uang Rp 500 miliar itu tidak betul dan tidak mendasar," tegas Riza.

Dia menambahkan, hingga malam ini hubungan Gerindra dengan tiga partai yang digadang berkoalisi itu masih cukup baik.

"Hubungan kami (Gerindra) dengan PAN sangat baik, dengan PKS sangat baik, dengan Demokrat juga baik," kata Riza.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mendatangi kediaman Prabowo Subianto, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018) malam. Sandiaga yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut tiba sekitar pukul 20.45 WIB.

Sandiaga Uno datang menggunakan mobil Toyota Land Cruiser Hitam bernomor polisi B 1609 RFO. Sambil melambaikan tangan, dirinya langsung bergegas masuk tanpa memberikan keterangan kepada awak media.

Sandiaga disebut-sebut juga masuk dalam nominasi cawapres Prabowo. Begitu pula Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya