Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto menyinggung kerja intelijen Indonesia yang dia anggap tidak sesuai tugasnya saat pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center (JCC), Senin malam.
Pidato Prabowo pun mendapat respons dari politisi PDIP Charles Honoris. Menurutnya, pernyataan Prabowo tersebut adalah ilusi yang dipengaruhi sejarah masa lalunya.
Baca Juga
"Prabowo seharusnya paham bahwa intelijen negara saat ini tidak seperti era Soeharto, di mana dia sebagai salah satu petinggi ABRI sekaligus menantu presiden, menjadi bagian di dalamnya," ucap politisi PDIP Charles Honoris, Selasa (15/1/2019).
Advertisement
Dia menegaskan, sejarah mencatat di era Orde Baru, bukan hanya mengawasi saja para tokoh. Tetapi juga atas hilangnya para aktivis.
Charles pun mencontohkan, bagaimana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang sering diawasi tak pernah mengeluh. Apalagi teriak-teriak.
"Ini ada seorang jenderal yang justru pernah menjadi pelaku pada rezim otoriter dulu, sekarang berteriak-teriak jangan intelin rekan-rekannya, yang sebagiannya juga adalah jenderal. Ini kan lucu. Terlebih Prabowo tidak menunjukkan bukti apa-apa bahwa rekan-rekannya itu telah diinteli," ungkap Charles.
Era Keterbukaan
Dia mengingatkan, bahwa ini sudah era reformasi dan keterbukaan. Setiap orang yang merasa diinteli bisa menempuh jalur hukum jika mendapat perlakuan sewenang-wenang atau tidak sesuai prosedur oleh aparat negara.
"Lagian Prabowo kan juga punya fraksi di DPR, yang bisa melakukan pengawasan terhadap kerja-kerja aparat negara. Jadi jangan dibayangkan sekarang seperti era Orba dulu, di mana presiden dan menantu kompak membungkam suara-suara kritis," pungkasnya.
Sebelumnya, Prabowo menyebut kerja intel adalah memata-matai musuh negara bukan sebaliknya memantau tokoh-tokoh dalam negeri, termasuk mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement