Dukung Kondusifitas Jelang 22 Mei, Ulama dan Santri Doa Bersama di Tugu Proklamasi

Menurut Irfaan, pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu karena terdapat kecurangan, seharusnya menyelesaikannya melalui jalur yang konstitusional.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2019, 22:29 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2019, 22:29 WIB
Sejumlah ulama dan santri yang tergabung dalam Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) menggelar doa bersama untuk menjaga persaudaraan dan persatuan. (Istimewa)
Sejumlah ulama dan santri yang tergabung dalam Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) menggelar doa bersama untuk menjaga persaudaraan dan persatuan. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ulama dan santri yang tergabung dalam Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) menggelar doa bersama untuk menjaga persaudaraan dan persatuan jelang penetapan pemenang Pilpres dan Pileg pada Rabu, 22 Mei 2019.

Dalam kegiatan tersebut, para santri dan ulama  memberikan dukungan moril kepada KPU agar menjalankan tugasnya hingga selesai sesuai aturan yang berlaku.

"KPU sama dengan Ulil Amri dalam penyelenggaraan pemilihan umum yang harus ditaati dan dihormati," ujar koordinator JIK, Irfaan Sanoesi di kawasan Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2019).

"KPU telah bekerja luar biasa keras mewujudkan kedaulatan rakyat lewat pemilihan umum. Rakyat datang ke TPS adalah wujud people power sebenarnya. Sebaiknya kita apresiasi dan memberikan penghargaan tertinggi bagi pahlawan demokrasi yang gugur di hari pencoblosan," lanjut Irfaan.

Karena itu menurut Irfaan, pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil pemilu karena terdapat kecurangan, seharusnya menyelesaikannya melalui jalur yang konstitusional.

"Jika menemukan kecurangan tempuhlah jalur yang konstitusional dan diatur oleh undang-undang karena negara kita adalah negara hukum. Kami menolak segala bentuk aksi inkonstitusional yang bisa mendatangkan mudharat bagi negeri ini", ujar Irfaan.

Hal senada juga diungkapkan oleh KH. Kurtubi Dewan Syuriah Jamiah Ahli Thariqah Al-Mu'taborah (JATMI) Jakarta Timur yang mengatakan bahwa people power itu sudah dilaksanakan ketika 17 April silam.

Sebaiknya semua pihak menahan diri dan tidak memprovokasi masyarakat dengan isu-isu yang provokatif dan dapat menimbulkan perpecahan di akar rumput.

"Ancaman disintegrasi bangsa Indonesia yang terbelah karena perbedaan sikap politik, menjadi benih perpecahan yg harus dihentikan," kata KH. Kurtubi.

Sementara itu, KH Sulaeman Tanfidz JATMI Jakarta Timur mengemukakan bahwa people power yang sekarang dibungkus dengan nama Gerakan Kedaulatan Rakyat yang digaungkan oleh tokoh-tokoh tertentu merupakan bentuk delegitimasi dan sikap tidak percaya terhadap KPU.

"Kami menilai people power atau gerakan kedaulatan rakyat justru telah melecehkan kedaulatan rakyat sesungguhnya yang telah dilaksanakan tanggal 17 April lalu," ujar Sulaeman.

"Kami datang ke sini, untuk mendukung dan menerima sepenuhnya hasil KPU. Siapa pun pemenangnya adalah kehendak rakyat dan akan menjadi ulil amri kita semua", kata KH. Sulaeman yang juga eks 212.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Aksi Damai

KPU Pantau Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu 2019
Siluet wartawan saat mengabadikan rekapitulasi penghitungan suara melalui aplikasi Situng di Kantor KPU, Jakarta, Sabtu (20/4). Menurut KPU, rekapitulasi penghitungan suara resmi Pemilu 2019 tetap dilakukan secara manual. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Aksi JIK merupakan aksi damai dan mengirimkan delegasi 50 Ulama ke KPU, untuk beraudiensi menyatakan dukungan penuh agar KPU semakin percaya diri menuntaskan amanahnya sampai selesai.

"Terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk sekedar memenuhi syahwat berkuasa elit politik tertentu," tutup KH. Sulaeman.

Jaringan Islam Kebangsaan yang turun dalam Aksi hari ini adalah para ulama dan santri berasal dari berbagai Ponpes dan majelis taklim, di antaranya; Ponpes Sabilul Mursyidin, Ponpes Cinta Rasul, Ponpes Nurul Hikam, Majelis Taklim Masrom al-Khairat, Majelis Taklim al-Mukarromah, Majelis Taklim Raudhatul Mutaallimin, Nurul Bayan, Zahrul Firdaus, Nasuha, Murussafaat, Majelis dan Zikir Miftahul Nurul.

Terakhir JIK mengajak semua elemen masyarakat Indonesia untuk senantiasa menjaga persaudaraan sesama anak bangsa (Ukhuwwah Wathaniyah), sesama muslim (Ukhuwwah Islamiyyah) dan menjaga persaudaraan dalam kemanusiaan (Ukhuwwah Insaniyyah) demi kokohnya NKRI.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya