Hasto: PDIP Bukan Partai Kemarin Sore, Hadir Perjuangkan Nasib Wong Cilik

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, partai bukanlah partai kemarin sore.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 27 Feb 2023, 22:53 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2023, 13:00 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, partai bukanlah partai kemarin sore. Hal tersebut disampaikannya, di hadapan ribuan anak muda Ponorogo yang hadir di acara Mlaku Bareng, Minggu (26/2/2023). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, partai bukanlah partai kemarin sore.

Hal tersebut disampaikannya, di hadapan ribuan anak muda Ponorogo yang hadir di acara Mlaku Bareng, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (26/2/2023).

Menurut Hasto, PDIP sudah hadir sejak sebelum Indonesia merdeka dan akan terus ada demi memperjuangkan nasib Wong Cilik.

Pertama adalah perspektif historis atau kesejarahan. Bahwa kesejatian PDIP adalah partai yang berakar dari rakyat, ada sejak Bung Karno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di tahun 1928. Saat itu, PNI berjuang untuk kemerdekaan RI.

“Pespektif historis ini penting. Bahwa PDI Perjuangan bukan partai kemarin sore, PDI Perjuangan ditempa oleh perjuangan dan pengalaman. Dan partai ini masih tetap ada sampai sekarang. Dan itu karena dukungan rakyat. Tanpa dukungan rakyat kita takkan ada,” kata Hasto.

Berbasis perspektif historis itu, maka para kader PDIP memiliki tugas yang membentang luas untuk berjuang menggunakan ide dan gagasan Bung Karno, dengan menyatu dengan rakyat, dan mendatangkan program yang konkret bagi rakyat.

“Makanya Ibu Mega selalu menginstruksikan kepada Tiga Pilar Partai untuk selalu memberikan perhatian kepada rakyat,” kata Hasto.

“Berpolitik bukan berorientasi pada elektoral semata,” tegasnya.

Yang kedua adalah perspektif ideologis dimana Bung Karno telah merumuskan Pancasila sebagai falsafah dasar yang digali dari rakyat sendiri. Dalam pengalamannya, Bung Karno bertemu dengan Pak Marhaen yang memberikan sebuah kesadaran akan sosok rakyat yang diperjuangkan oleh PDIP.

“Maka PDI Perjuangan wajib berjuang bagi Wong Cilik, petani, buruh dan nelayan, untuk diberdayakan dan dididik, lewat politik anggaran untuk dibebaskan dari kemiskinan. Untuk membuktikan Pancasila membebaskan Wong Cilik. Karena seperti kata Bung Karno, Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin,” kata Hasto.

Para kader PDIP harus memahami bahwa ideologi Pancasila adalah ideologi bangsa yang menjadi landasan bagi kita merancang kebijakan agar rakyat Indonesia dapat hidup lebih baik, anaknya cerdas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Tanpa kuasai iptek, tanpa kembangkan pendidikan anak kita, kita takkan mungkin jadi bangsa maju,” ujar Hasto.

 

Perspektif Lainnya

Perspektif ketiga adalah kerakyatan. Seluruh kader muda PDIP wajib mengobarkan semangat kerakyatan. Semua harus mengingat bahwa PDIP bisa menang dua kali berturut di dua pemilu terakhir, adalah karena dukungan rakyat.

“Indonesia jadi lebih baik bersama PDI Perjuangan dan Pak Jokowi. Sekarang dari Solo cukup 1,5 jam ke Ponorogo. Infrastruktur telah dibangun, dimana ini mendorong rakyat berproduksi, sesuatu yang menentukan agar nasib rakyat menjadi lebih baik. Maka mari kita pahami dan laksanakan ketiga perspektif itu,” kata Hasto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya