Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pihak mengharapkan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 dapat berlangsung satu putaran. Salah satu alasan adalah demi menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian baik global maupun dalam negeri.
Ketua Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Anggawira menilai pilpres satu putaran membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Baca Juga
“Satu putaran ini bisa jadi salah satu hal positif untuk mengakselerasi program-program yang ada. Itu jadi harapan kami. Tren pertumbuhan ekonomi di 5% bisa makin tinggi jika uang beredar makin besar. Terobosan kebijakan finansial di pemerintahan yang baru ini jadi hal yang sangat penting,” kata Anggawira dalam acara Nongki Repnas bertajuk ‘Menakar Pilpres Satu Putaran: Sisi Ekonomi Politik dan Efisiensi Anggaran’, Senin (18/12/2023).
Advertisement
Anggawira menilai tidak hanya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, pilpres yang berlangsung satu putaran juga dapat mempercepat program-program pemerintah yang sedang berjalan.
“Kalau satu putaran peluang untuk mengakselerasi program-program yang ada bisa lebih cepat lagi,” ujarnya.
Pilpres Satu Putaran Menghemat Biaya
Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M. Qodari menjelaskan bahwa pilpres 2024 satu putaran bisa menghemat biaya hingga Rp17 triliun. Uang itu nantinya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih mendesak, termasuk pemberian subsidi kepada rakyat yang membutuhkan.
Kemudian, secara politis, pemilu satu putaran bisa menjaga kestabilan dalam negeri dan juga meminimalisasi ancaman polarisasi di masyarakat. Qodari khawatir ancaman polarisasi semakin besar jika putaran kedua menyajikan pertarungan antara Prabowo versus Anies Baswedan.
"Saya melihat potensi polarisasi ini besar sekali karena begitu calon cuma dua, maka akan berhadap-hadapan termasuk isu primordial dan isu agama akan muncul,” kata Qodari.
Qodari melanjutkan apalagi kontestasi cuma dua maka Anies pasti akan diplot sebagai calon Islami karena sudah didukung oleh UAS, HRS, karena sudah membuat kesepakatan dengan ulama. Sementara Prabowo akan dicap seperti Jokowi.
“Pak Prabowo mohon maaf dengan berat hati saya katakan pasti dicap sebagai calon Kristen. Pak Jokowi pernah dicap Kristen padahal bukan Kristen. Pak Prabowo dengan sangat mudah pasti dicap dengan isu-isu primordial,” sambung dia.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai September 2023 selalu berada di kisaran 5%. Pada kuartal pertama, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03%. Kemudian pada kuartal kedua meningkat menjadi 5,17%. Pada periode setelahnya (Juli-September) atau kuartal ketiga, perekonomian Indonesia sedikit melambat menjadi 4,94%.
(*)