Bantu Cegah Golput, Warga Luncurkan Aplikasi Ayonyoblos.id

Erick mengaku prihatin dengan adanya prediksi tinggi angka Golput di Pileg dan Pilpres, 17 April mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2019, 08:11 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2019, 08:11 WIB
pemilu-ilustrasi-131024c.jpg
Ilustrasi pemilih surat suara.

Liputan6.com, Jakarta - Angka warga yang yang memilih untuk tidak memilih, alias Golongan putih (Golput) diprediksi cukup tinggi di pilpres, April 2019 mendatang. Dalam survei terbaru, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksi potensi Golput di Pemilu tahun ini bisa mencapai angka 30 persen.

Terkait prediksi itu, sejumlah komunitas peduli pemilu membuat aplikasi berbasis web yang diberi nama ayonyoblos.id.  

Erick Sitorus, selaku pembuat aplikasi ini mengatakan, keistimewaan aplikasi karya anak bangsa ini terletak pada berbagai fitur  menarik yang dapat membantu pemilih ikut memantau jalannya Pilpres dan Pileg dengan lancar dan menyenangkan.

"Pemilih dapat menggunakan beberapa fitur yang seru antara lain tebak hasil pilpres, unggah salam nyoblos, unggah jari ungu, unggah foto C1 dengan melengkapi data TPS, serta rekap data C1. Semuanya tersedia gratis dan terbuka untuk umum,” ucap Erick di Jakarta, Selasa (2/4/2019).

Diluncurkannya aplikasi ini menurut Erick, untuk membantu masyarakat Indonesia melaksanakan Pilpres dan Pileg yang lancar dan minim golput, juga mendorong para pemilih milenial untuk menggunakan hak suara mereka.

"Pemilih dapat mulai menggunakannya mulai 1 April 2019. ” kata Erick Sitorus, CEO PT. Immobi Solusi Prima ini.

Tak Hanya itu, dia juga mengaku prihatin dengan adanya prediksi tinggi angka Golput di Pileg dan Pilpres, 17 April mendatang. 

Dia membeberkan data sejak pemilu 2004 tercatat, angka golput sebesar 23.3 persen,  yang meningkat menjadi 27.45 persen pada pemilu 2009, dan kembali meningkat menjadi 30.42 persen.

"Tahun saja, Indikator Politik Indonesia merilis pernyataan potensi masyarakat yang golput ke depannya bisa mencapai 20 persen. Angka yang tak berbeda juga dirilis lembaga Survei Indikator,” ucap dia.

Erick berharap, aplikasi yang dia buat dapat mengajak warga untuk ikut serta dalam pemilu, tidak golput, selanjutnya membantu melakukan rekap suara pemilihan presiden berdasarkan foto C1 dengan melengkapi data TPS yang dikirim masyarakat. 

Buat Permainan Menarik

Ilustrasi Pemilu 2019
Badut berbentuk kotak suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), ondel-ondel, dan marching band ikut meramaikan pawai Deklarasi Kampanye Damai di Monas, Minggu (23/9). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Untuk mendorong agar masyarakat lebih antusias dalam mengirim foto C1 dan melengkapi data TPS, Erick mengaku menggelar beberapa permainan kompetisi dimana peringkat dibuat berdasarkan kecepatan dan jumlah foto yang diunggah oleh masing-masing relawan serta tebakan hasil pilpres terdekat.

"Oleh karena itu, kami memerlukan informasi identitas untuk membedakan data antara satu relawan dengan relawan lainnya,” tutur Erick.

Dia mengatakan, pemilih yang ingin menggunakan aplikasi ini terlebih dahulu perlu melakukan autentikasi (login) dengan menggunakan akun Google dan Facebook.

"Pengguna aplikasi dengan sendirinya harus menyatakan bersedia bahwa nama (jika menggunakan Facebook) atau akun ID Google (bagian awal alamat email, sebelum tanda @) Anda ditampilkan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya