Liputan6.com, Jakarta - Christian dan Deepti Wetjen sebagai pemilik rumah jerami memiliki visi yang luas untuk mengimplementasikan rumah yang ramah lingkungan. Hunian ini memiliki luas bangunan 355 meter persegi, yang terdiri dari dua lantai.
Christian Wetjen mengakui pembangunan rumah ini dilakukan dengan beberapa proses pembelajaran yang panjang.
Baca Juga
Mulai dari mengikuti pengajaran workshop sampai dengan mengunjungi proyek perumahan lain yang menggunakan material jerami sebagai dindingnya, seperti ditulis Minggu (10/1/2016) dikutip dari Rumah.com
Advertisement
"Ketika melihat rumah dengan material jerami kelihatannya begitu mudah dibuat, bisa bersifat yang tahan lama dan setelah melihatnya saya langsung yakin bahwa saya juga bisa membangun rumah yang sama," ujar Wetjen mengenai penggunaan material alam bekas limbah peternakan.
Dinding yang terbuat dari jerami ini memiliki insulasi yang tinggi serta akustik alam yang bagus. Tentunya dinding ini bebas kebakaran karena diplester oleh pasir kapur atau pasir tanah liat serta high fire rating yang memberikan Anda alarm ketika akan terjadi kebakaran.
"Kami menyukai estetika dari bangunan ini, namun faktor utamanya adalah insulasi yang sangat bagus yang memberi kenyamanan bertempat tinggal," ucap Wetjen.
Hasilnya adalah sebuah rumah yang tidak membutuhkan pemanas atau pendingin udara. Anak-anak bisa bermain dan berlarian di rumah menggunakan celana pendek dan kaos meski sedang berada di tengah musim dingin.
"Tinggal di sini sangat menyenangkan," ucapnya. “Kita sangat cocok dengan iklim suhu yang ada di dalam rumah, sehingga kita tidak membutuhkan pemanas atau pendingin udara ketika hari sedang panas panasnya di musim panas. Ketika musim dingin kita juga tidak merasa kedingingan sama sekali,” tambah dia.
Untuk pembangunan rumah yang menggunakan material sejenis, dia merekomendasikan untuk membuat proyek tersebut sendiri. "Karena belum ada pekerja bangunan lokal yang menggunakan jerami untuk material bangunannya, selain itu lakukan riset yang mendalam," kata dia.
Tumbuh besar di Jerman, dimana keberlanjutan alam menjadi norma yang diterapkan, Wetjen terkejut mengetahui perumahan di Perth tidak lagi memanfaatkan desain tenaga surya dan layout fleksibel untuk pembangunan rumah.
Dengan tujuh orang yang tinggal di rumah ini, kekuatan tenaga surya dapat memenuhi kebutuhan energi mereka yang tinggi. Fitur ramah lingkungan lain yang ada di rumah ini adalah disediakannya sistem pemanas air bertenaga surya, tanki air yang menampung air hujan untuk membilas kloset dan menyiram tanaman, dan efisiensi energi pada pencahayaan.
Tak hanya itu desain tenaga surya pasif seperti jendela yang menghadap utara serta jendela yang bergulir untuk memaksimalkan ventilasi. (Isnaini K/Ahm)