Liputan6.com, Jakarta Tren rumah mini belakangan semakin diminati oleh mereka yang berjiwa petualang dan senang mencoba hal baru. Seorang pria warga Pacific Northwest, Scott Brooks menjadi salah satu contohnya. Ia membangun sebuah rumah kecil dengan biaya yang sangat minim, kurang dari USD500 atau setara dengan Rp6,5 juta. Wow!
Pengeluaran yang ramping tersebut memang bukanlah yang paling hemat dalam sejarah pembangunan rumah kecil. Tercatat ada dua mahasiswa yang membangun sebuah proyek rumah dengan pengeluaran biaya USD 489. Meski begitu, Brooks memperkirakan biaya pembangunan rumahnya kurang rinci dibawah USD500. Penasaran ingin melihat interiornya? Dilansir dari Rumah.com, berikut ini beberapa gambar rumah mungil milik Brooks
Advertisement
Rumah ini nampak seperti gudang kecil yang direnovasi dengan penambahan pintu, jendela serta kompor kayu. Hunian mungil milik Brooks ini memiliki luas kurang lebih 7,7 meter persegi dan tidak dirancang agar mudah dipindahkan.
Terletak di atas blok beton di kawasan pedesaan kawasan Pacific Northwest. Tanah seluas 8,1 hektar tersebut adalah milik teman Brooks.
Beberapa teman Brooks turut membantu merancang rangka dasar rumah ini dan dikombinasikan dengan beberapa bahan-bahan di sekitar hutan. Teman Brooks juga turut membantu mendesain sebuah kamar mandi yang terletak di luar rumah.
Sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya, rumah Rp6,5 juta ini terlihat cukup layak ditempati. Namun banyak keterbatasan baik di bagian eksterior dan interiornya. Bahan bangunannya didominasi dari daur ulang, selain itu rumah ini juga terletak di atas lahan gratis.
Meski Brooks tidak memiliki pengalaman soal pembangunan desain rumah mungil, namun ia berani mendesain interior rumahnya sendiri. Hasilnya, rumah ini terasa nyaman di bagian dalamnya.
Terdapat sebuah tempat tidur loteng yang bisa dilipat, kemudian ada sofa dan beberapa ruang penyimpanan untuk meletakkan barang-barang.
Di sudut area, Brooks merancang sebuah dapur kecil yang menyimpan sebuah meja penyiapan makan dan kompor dua sumbu. Untuk ruang makan, ia membuat meja makan lipat kecil ketika hendak menyantap makan.
Tinggal di sebuah ruang kecil ternyata mengubah gaya hidup Brooks, Ia mengaku lebih sering menghabiskan waktunya di luar ruangan, sambil sesekali mengambil makanan di dalam rumah dan kemudian berkemah di area pedesaan.
Meski proyek rumah mungil ini terbilang sukses, namun ternyata tidak semua orang cocok untuk tinggal di rumah kecil. Hal ini harus disesuaikan dengan gaya hidup dan kepribadian penghuninya.
Artikel ini dinukil dari gizmag.com