Liputan6.com, Jakarta Apakah Anda saat ini sedang mencari rumah dengan harga yang murah? Namun, masih bimbang, takut karena kondisi properti sedang lesu?
Menurut para ahli, siklus properti yang sedang lesu ini perlahan akan bangkit, seiring dengan perkembangan infrastruktur yang kian progresif.
Hal senada juga diamini oleh Aleviery Akbar, selaku associate director Residential Sales & Leasing Colliers Internatonal yang mengatakan, adanya pembangunan pada sektor transportasi dan konektivitas seperti jalan tol akan mendorong kondisi properti, khususnya untuk residensial (hunian).
Advertisement
Berbicara infrastruktur, tidak sedikit masyarakat memiliki stigma bahwa hanya jenis hunian apartemen lebih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, sehingga investor lebih bergairah mendukung pembangunan high-rise dibanding landed house.
Menurut Aleviery, tidak semua masyarakat Indonesia senang tinggal di hunian vertikal, seperti apartemen atau rumah susun. Sebab, apartemen lebih menunjukkan gaya hidup, sehingga tidak bisa disamaratakan untuk semua masyarakat.
“Meskipun lahan terbatas, masyarakat kita masih mengharapkan memiliki rumah tapak. Jadi, saya rasa sampai tahun 2018 jenis hunian yang masih menjadi incaran konsumen adalah perumahan,” ujar Aleviery kepada Rumah.com.
Apalagi, Bank Indonesia yang memberikan penurunan rate suku bunga antara 10,5% – 7,34%, dengan pembayaran uang muka minimal 15%. Ini membawa angin segar bagi konsumen yang hendak memiliki rumah pertama.
Tidak hanya untuk tipe rumah komersil, kemudahan juga berlaku untuk rumah murah (bersubsidi) di seluruh Indonesia. Dengan suku bunga sebesar 5%, yang berlaku tetap hingga cicilan terakhir, hal ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh konsumen untuk membeli rumah murah.
Monika Oyong, principle LJ Hooker (agen properti) juga menimpali bahwa momen suku bunga yang turun dari tahun 2014-2016 dari 7,25% menjadi 5% ini adalah cara pemerintah untuk mendukung masyarakat Indonesia berpenghasilan terbatas untuk memiliki rumah pertama.
“Banyak pengembang yang mencoba membangun rumah subsidi dengan kondisi menguntungkan ini. Mengapa? Karena kesempatan ini ibarat durian runtuh, yang mana Anda tidak akan tahu apakah pemerintah akan senantiasa menurunkan suku bunga, atau malah justru menaikan dengan drastis di tahun depan,” ungkapnya.
Monika juga menambahkan, saat ini rumah-rumah bersubsidi kian gencar dibangun di beberapa wilayah oleh pengembang properti. Dan ternyata antusiasme masyarakat terlihat tinggi. Mengingat harga rumah bersubsidi masih berkisar Rp120 juta-an.
Seperti contoh Perumahan Green Palme Residence yang akan membangun 460 unit dari total keseluruhan 1.300 unit, sudah terjual 250 unit (terhitung dari Januari 2016 – Juli 2016).
Menurut Monika, tingginya antusiasme masyarakat terhadap rumah bersubsidi selain turunnya suku bunga, juga disebabkan lokasi perumahan yang strategis dengan fasilitas umum seperti jalur transportasi cepat atau dekat dengan kawasan industri.
Perumahan Green Palme Residence sendiri berlokasi di wilayah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang yang berada sekitar 10,6 kilometer dari kawasan industri GI Milenium di Tangerang. Selain itu, perumahan ini juga berada tidak jauh dari Stasiun Tigaraksa, yakni sekitar 7 kilometer atau setara dengan 18 menit lama waktu perjalanan.
Selain Green Palme Residence, dua perumahan bersubsidi lain seperti Triraksa Village 2 Tigaraksa dan Paloma Nguter di Sukoharjo Jawa Tengah juga turut menjadi incaran para konsumen.
Serupa dengan Perumahan Green Palme Residence, Triraksa Village 2 juga mengalami peningkatan penjualan hingga 60% (terhitung dari Oktober 2015). Lokasi perumahan ini juga berada tidak jauh dengan kawasan industri, yang mana para pembeli didominasi dari kalangan pekerja pabrik-pabrik di sekitar perumahan.
(Lihat resensi proyek Perumahan Green Palme Residence klik di sini)
Hal senada dialami oleh Perumahan Paloma Nguter di Sukoharjo. Menurut Sigit Indri selaku manager umum PT. Paloma Citra International terjual 31 unit dari 78 unit terhitung dari Januari 2016-Juli 2016.
Sigit mengaku, dengan adanya suku bunga yang tetap sampai lunas ini membuat peningkatan penjualan hingga mencapi 40% – 60% di pertengahan tahun.
(Lihat resensi proyek Perumahan Paloma Nguter di Sukoharjo klik di sini)
Feature picture: Perumahan Triraksa Village 2 Tigaraksa.